40 (Cwtch)

4.7K 193 2
                                    

"Dan, jarak yang membuat seseorang menyadari arti kehilangan serta kehadiran." - Alina Kiara


• • •

Alina duduk sendirian di depan kelasnya. Ia tengah fokus membaca novel bergenre fiksi remaja. Saking fokusnya, ia tak menyadari jika seseorang baru saja duduk di sampingnya.

"Tamat. Seneng banget gue!"

Alina menutup novelnya, lalu menoleh ke samping kirinya. "Alvaro sejak kapan di sini?"

"Tadi." Laki-laki itu menjawabnya dengan pandangan yang masih terpaku dengan novel terjemahannya.

Alina memainkan kakinya ke depan, ke belakang. "Nggak gabung sama temen lo?"

"Males."

"Lo suka baca nov-"

Perkataan Alina terhenti ketika sebuah telunjuk berada di depan bibirnya. Kini, Alvaro tengah menatap dirinya dengan tajam. Alvaro pun kembali melakukan aktivitasnya.

"Iya, deh. Gue diem. Dasar kepo," gumam Alina.

Diam-diam, Alvaro tersenyum mendengar ucapan gadis di sampingnya. Ketika Alvaro membaca halaman 275, headphone yang bertengger di lehernya, kini diambil seorang gadis.

"Pinjem, ya? Gabut, hihi." Alina memasang headphone berwarna putih di kepalanya, mencolokkan kabel headphone ke ponselnya, lalu memutar lagu di aplikasi Spotify.

"You don't know babe... When you hold me... And kiss me slowly... It's the sweetest thing... And it don't change... If I had it my way... You would know that you are..."

"You're the coffee that I need in the morning... You're my sunshine in the rain when it's pouring... Won't you give yourself to me... Give it all, oh..."

Alina terkejut mendengar suara yang cukup serak dan berat menyambangi nyanyiannya. Tak mau merusak suasana, ia melanjutkan nyanyiannya.

"I just wanna see... I just wanna see how beautiful you are... You know that I see it... I know you're a star... Where you go I'll follow... No matter how far... If life is a movie... Oh you're the best part, oh... You're the best part, oh... Best part..."

Alunan lagu Best Part seolah-olah teredam. Kini, Alina hanya fokus dengan wajah rupawan Alvaro. Ia tersenyum dengan canggung, sedangkan Alvaro hanya menatapnya datar. Alina tidak tahu bahwa Alvaro tengah menahan dirinya agar tidak tersenyum.

"Lo pilek, ya? Ingus lo mau netes." Setelah berkata seperti itu, Alvaro pergi meninggalkan Alina yang terdiam.

Refleks, Alina mengusap hidungnya menggunakan tangan. "Nggak ada, kok. Gue 'kan nggak pilek. Tapi, Alina baperrrr!"

• • •

"Lo dari mana, sih? Dicariin juga."

Ketika memasuki kelas, Alina langsung disambut gerutuan sahabatnya, Athilla.

Alina tidak menggubris pertanyaan Athilla, ia langsung duduk di bangkunya, menyembunyikan kepala di dalam lekukan tangan.

"Ini nih, ciri-ciri orang aneh. Dateng-dateng, langsung gitu. Alina kenapa?" Athilla menoel-noel tangan sahabatnya.

Alina mendongakkan kepalanya. "Baper, Ath. Aku baper." Ia menggoncang-goncangkan bahu Athilla.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang