64 (I Need U)

1.8K 126 7
                                    

"Bahkan dalam kegelapan, semua yang kita lihat sangat indah. Tolong percaya padaku.
Hanya menatap lurus kepadamu, sehingga kau tidak pergi kemanapun."
(Your Eyes Tell - BTS)

•••

Hari terus berlalu. Waktu yang kian menggerus peradaban membuat makhluk hidup mau tak mau bergerak maju meninggalkan yang lalu. If we always stand in one place and don't make changes, then we will be left behind, right?

Begitupula dengan apa yang terjadi antara Alina dengan Gevan. Tampaknya mereka kian hari kian dekat. Gevan yang jarang absen mengantar Alina ke sekolah, dan Alina yang tak lupa membuat bekal untuk dimakan Gevan di kampusnya. Sebuah potret pasangan yang bahagia, bukan?

Lain halnya dengan laki-laki yang saat ini tengah mendengarkan musik dengan headphone warna putihnya. Untung saja teman-temannya sedang berada di kantin, sehingga ia tidak akan kepergok memerhatikan secara terang-terangan gadis yang duduk di depan. Kecuali jika gadis itu berbalik menghadap ke arahnya, baru ia akan ketahuan.

"Hahaha, lo tuh ngomong apaan sih, Nar?" Celetuk sahabat gadis tersebut yang juga menjadi teman sebangkunya.

"Eh, beneran tahu. Dulu di toilet paling ujung tuh katanya ada yang aneh. Bukan gue sih yang ngalamin, tapi apa salahnya antisipasi."

Gadis yang sedari tadi asyik mendengarkan cerita turun-temurun dari temannya itu kini mengangguk-angguk. Kalau dibilang percaya sih, tidak terlalu. Ia mencoba untuk berpikir rasional. Mungkin ada faktor tertentu yang membuat toilet tersebut terkesan lain. Lagipula, ia juga tak akan menggunakan toilet tersebut mengingat bahwa jaraknya yang cukup jauh dari kelas.

"Dor!"

Sebuah tepukan keras di bahunya berhasil membuat Alvaro terbebas dari lamunannya. Tak lupa ia memasang wajah datar kepada Dave-sang pelaku.

"Lagi ngapain nih bosque? Sendirian aja kayak jones."

"Lo lupa? Alvaro kan emang jadi jones semenjak-ups, konten sensitif. Hati-hati bisa menyebabkan gamon berkepanjangan."

"Iya woi, jangan asal ceplas-ceplos aja." Kenzo memukul lengan Dave dan Raffa.

Dave meringis. Pukulan Kenzo bukan main efeknya. Ia tahu kalau sahabatnya hanya bercanda, tapi kenapa pukulannya harus sekeras itu? Memangnya dia ini Gatotkaca yang otot kawat, balung besi?

Biasanya jika teman-temannya itu sedang bertengkar di hadapannya maka ia akan terhibur, walaupun hanya menyunggingkan senyuman tipis. Tapi sekarang, entahlah mungkin suasana hati Alvaro sedang buruk.

"Ro, lo ngapain ngelamun lagi? Hati-hati ntar kemasukan arwah sapi penasaran."

"Ngomong apaan sih," celetuk Alvaro.

•••

Rapat OSIS pada sore hari itu ditutup dengan doa yang dipimpin oleh ketua OSIS yang menjabat pada masa sekarang. Ingat, Alvaro sudah tidak berwenang menjabat karena ia sudah kelas 12. Walaupun kelas 12 sudah tidak menjadi pengurus OSIS, namun peran mereka masih dibutuhkan oleh angkatan di bawah mereka. Buktinya, kali ini Alvaro, Alina, dan beberapa pengurus OSIS yang lain turut hadir dalam rapat membahas agenda kegiatan selanjutnya.

Alvaro yang sebenarnya dari tadi hanya tiduran di sofa karena lelah, baru saja bangun dari tidurnya. Ia menggaruk kepalanya yang terasa gatal.

"Baru aja bangun, Ro?" Ini suara Galih, teman seangkatannya. Rupanya ia tengah bersiap-siap untuk pulang.

Alvaro dan Alina ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang