2

2.3K 164 1
                                    

Jadilah pembaca yang berkepripembacaan dengan mensuport lewat vote dan koment.

.

.

.

.

"CIK..CIK...CIKAAA?"

TUTTT

Daren membanting ponselnya, dia menjambak rambutnya pelasn dan meninju dinding lobi. Bagaimana ini?
Setengah jam lagi ia akan bertunangan dengan Cika, namun, tiba-tiba gadis itu mengirimnya pesan. Jika dirinya tidak bisa bertunangan dengan Daren.

Daren merosot dan terduduk dilobi, ia tak apa jika tak jadi tunangan, tapi bagaimana dengan acara yang telah siap dan juga orang tuanya? Mau ditaruh dimana muka mama dan papanya jika nanti acaranya gagal karena tunangan anaknya memutuskan secara sepihak? Ia tidak akan rela jika mengecewakan papa dan mamanya.

"Oh, kamu disini sayang? Mama cariin lho" Anya---mama Daren mengelus rambut Daren

"Kok kamu kusut gini sih? Nagapain duduk di lobi gini?"

Daren menatap mamanya, menampakan wajahnya yang kacau, Anya menompang wajah putranya dan menatap lekat wajah Daren

"Kenapa kacau gini sih kamu? Acaranya udah mau mulai lho! Papa nungguin kita juga"

Daren tersenyum lalu ia berdiri dan membantu mamanya untuk berdiri juga, ia harus apa sekarang?

Anya membetuli jas putranya yang tampak tak beraturan lalu setelahnya mereka berdua berjalan menuju ketempat Armi--papa Daren berada

"Gimana Ren? Mau dimulai belum acaranya?" Armi menetap Daren

Daren mengepalkan tangannya lalu menghela nafasnya perlahan dan menatap Anya dan Armi bergantian

"Pa, ma... Cika..,cika ngebatalin pertunangannya" Daren menunduk pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah ini

Rahang Armi tampak mengeras dan Anya diam.

"Daren gak tahu kenapa, dia tiba-tiba bilang gitu aja" jelas Daren lebih lanjut

Armi menghela nafas kasar "papa gak bisa ngomong lagi, kamu urus semua acaranya sampe selesai dan jangan ngecewain papa. Papa sama mama akan deluan kesana untuk menyapa teman-teman papa"

Armi berlalu dengan Anya yang berada dalam gandengannya. Daren berteriak frustasi dan gusar.

Sekarang apa?

"Lo brengsek Cikkkkkk" teriaknya "apa arti tiga tahun buat lo ha? Apa??" Teriaknya lagi, untung saja ruangan ini kedap suara

Daren hanya masih tak percaya jika Cika yang telah tiga tahun menjalin kasih dengannya harus keji seperti ini. Daren menatap arlojinya.
Dengan tenang dan tangan yang mengepal ia berjalan pasti memasuki tempat acara. Ia sudah bertekat jika ia akan mengalihkan para tamu dengan acara ulangtahunnya saja

Daren memutar knop pintu dan berjalan masuk, untung saja semua tamu sedang asik tak ada yang menyadari kehadirannya namun, lima langkah ia melangkah lampu padam dan ada yang menabraknya dan eratan pada badannya membuat ia terdiam. Seseorang memeluknya dari belakang, ia merasakan jika seseorang itu sangat ketakutan dan ia biarkan saja hingga tak berlangsung lama, lampu menyala kembali. Dan suara tepukan tangan menggema diseluruh sudut gedung

Pelukan itu terlepas, ia menatap seorang gadis yang menunduk dan terus membungkuk beberapa kali lalu pergi. Daren melihat kesekitar dan ia memikirkan sesuatu dan ia meraih pergelangan gadis itu dan menatap gadis itu yang masih saja menunduk, ia meraih dagunya dan membuat gadis itu mendongak, namun masih menutup mata dan kedua tangannya yang meminta maaf.

Daren tersenyum tipis, lalu ia menyentil dahi gadis itu. Yang membuat gadis itu mengadu menatapnya tajam. Lalu kemudian perempuan itu tetap saja berucap kata maaf

"Sudah bicaranya?" Daren pusing mendengar perempuan itu meminta maaf

Namun, lagi-lagi gadis ity berucap maaf dan Daren mendesis lalu ia menggenggam tangan gadis itu dan menatap kearah para tamu sembari tersenyum

"Iya, dia tunangan saya" Daren tersenyum menatap semua tamu dan kemudian semua bertepuk tangan dan ia menatap gadis disampingnya melongo menegang

"Selamat menikmati acaranaya, saya minta maaf akan kesalahan teknis yang terjadi, acara akan kita mulai sesaat lagi setelah operator acaranya memastikan jika semua baik-baik saja" Daren membungkuk dan kemudian ia menarik gadis itu menuju belakang panggung.

"Oke, saya Daren. Mungkin kamu terkejut sama pernyataan saya tadi, tapi ini semua bukan sepenuhnya salah saya"

Keysha menggelengkan kepalanya tak percaya "siapa yang tunangan elo itu siapa?"

Daren menatap Keysha "siapa nama kamu?"

"Penting, he?"

Daren membuang nafasnya "beri tahu saya, dan umurmu juga"

"Lo tu gak sopan ya!"

"Yasudah, siti..."

"Siti pala lo" Keysha memotong ucapan Daren

Daren mengupat "kalo kamu beri tahu saya nama kamu saya juga gak akan manggil kamu dengan Siti" nada biacara Daren meninggi

"Keysha, tiga bulan lagi 17 tahun"

"Sip, jadi gue gak mesti lagi bicara formal sama lo! Jadi, Keysha disini lo salah juga kenapa meluk gue dan gue udah gak bisa nolak lagi karena semua tamu tahunya elo tunangan gue, jadi, tolong bantu gue untuk sampe acara ini selesai, tolong. Gua akan bayar atau turutin semua yang lo mau, kapanpun itu dan dimanapun"

"Lo fikir gue tertarik? Enggak ya, enggak, DAREN!"

"Kalo gitu, gua laporin lo sama polisi atas tuduhan sabotase, gua gak pernah ketemu elo dan gak pernah ngerasa ngundang lo di pesta gue karena tamunya gua kenal semua termasuk teman nyokap bokap gue sampe keanak-anak mereka. Dan... elo bukan tamu disini" Daren menatap Keysha

"Jadi, lo ngancem gue?" Keysha menaiki satu alisnya

"Yaudah, gua telfon sekarang" Daren mengeluarkan ponselnya dan menaruhnya ditelinganya

Keysha menatap sinis, paling hanya mengancam saja.

"Iya, pak begini.."

Daren menjeda ucapannya dan memperlihatkan sambungan dengan nama kontak kantor polisi. Keysha sontak memencet tombol merah disana dan memukul bahu Daren

"Gak waras lo!"

"Jadi?"

"Yaudah, tapi, lo harus bayar mahal untuk semua kebohongan ini, dan dosa gue lo yang tanggung"

Daren tersenyum dan memegang kedua bahu Keysha erat dan mengguncang tubuh gadis itu, setelahnya Keysha kembali menegang kala Daren memeluknya erat sebentar

"Gak usah peluk-peluk juga kali" Keysha berucap ketus

"Maaf Key, tapi makasih ya, semahal apapun itu gue bayar"

Keysha hanya diam menatap dan setelahnya mereka berdua kembali melanjutkan acara yang telah tersusun rapih, hingga tukar cincin dan selama itu juga Keysha tak melihat Adelyn.

...

By Accident[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang