23

825 49 0
                                    

Jadilah pembaca yang berkepripembacaan dengan mensuport lewat vote dan koment.

.

.

.

.

Daren menggendong Keysha seperti koala, dengan tangan Daren yang meyanggah pantat gadis itu dan kedua tangan Keysha berada pada lehernya.

Daren membuka pintu rumah Keysha dan ia mengernyit kala, rumah Keysha kembali tak terkunci. Daren memasuki rumah Keysha perlahan, menatap kesekitar memastikan jika tak ada yang mencurigakan.

Daren menghela nafas, lalu menutup pintu dengan kakinya dan membenarkan tubuh Keysha yang merosot sebentar dan kembali melanjutkan jalannya menuju kamar Keysha.

Setibanya di lantai atas, Daren menatap dua pintu kamar disana. Saty berwarna putih dan satu berwarna hitam dengan gantungan yang bertuliskan stop or die

Daren melanjutkan langkahnya melewati pintu kamar berwarna hitam itu dan membuka pintu kamar disebelahnya.

Daren menaruh tubuh Keysha diatas ranjang namun saat ia ingin berdiri Keysha mempererat pelukan pada lehernya. Daren menompang tubuhnya dengan kedua tangannya diatas kasur agar tubuhnya tak menimpa Keysha.

Daren tersenyum menatap Keysha yang tertidur pulas, Daren mendekati wajah Keysha perlahan dan mencium kening gadis itu, hati-hati Daren melepaskan tangan Keysha pada lehernya dan berdiri, menaiki selimut hingga kedada gadis itu dan mengelus kepala Keysha sebentar.

"Maaf Keysha, gue belum mau khilaf" Daren tersenyum mengejek dirinya geli.

Daren melangkah menuju pintu dan menutup pintu kamar Keysha perlahan. Daren tertegun ditempat kala ia mendapati pintu sebelah kamar Keysha bergerak terbuka.

"Cika?"

"Lo?"

"Ngapain dari kamar adik gue?" Tanya Abi menutup pintu kamarnya.

Sementara Cika ia menegang ditempat. Daren membuang nafas kasar, menatap Cika lalu Abi dan menggeleng tak mengerti.

"Astaga, gue gak habis fikir sama lo Cik" Daren mengejek

Abi menatap Cika yang menunduk.

"Ngapain dari kamar Keysha?" Tanya Abi kembali.

Daren maju memperdekat jaraknya dengan Abi, menatap Abi tajam "apa lo tahu adik lo jalan sama temen lo? Apa lo pernah peduli kalo adik lo kesepian karena lo gak pernah pulang? Apa lo perduli A b i?" Daren menaiki satu alisnya.

"Ananta udah izin sama gue, dan perduli atau enggak, itu urusan gue, its not your business"

Daren tersenyum "ahk,gue lupa diri sih, tadianya ini bukan urusan gue, iya bener. Tapi, karena dia sama lo keluar dari kamar yang sama, kayaknya ini bakalan ada urusannya sama gue deh" Abi bersedekap

Cika mendongak "Daren, kamu salah paham"

"Gue gak suka penjelasan"

"Ini gak seperti apa yang ada di fikiran kotor lo!" Abi menatap Daren

"Masih untung cuma fikiran gue yang kotor, senggaknya, gue gak pernah main kotor"

"Daren..." Cika menatap Daren "aku ini pasiennya Abi"

Daren mengernyit, Abi menghela nafas lalu membuka pintu kamarnya dan menatap Daren "masuk, gue gak mau adik gue bangun"

Daren melangkah ragu, lalu masuk kedalam kamar Abi.

"Gue ketemu Cika di jalan sewaktu mau pulang, sewaktu mau gue samperin dia pingsan dan gue bawa kerumah, karena dikamar gue ada beberapa alat medis jadinya gue bawa dia kekamar gue, bukan kayak yang adaa difikiran lo"

"Lo....dokter?"

"Belum bisa dibilang dokter juga sih, gue cuma bantuin papanya Cika dirumah sakit, sambil nunggu gue sidang"

"Keysha, tahu? Oh, pasti gak tahu kan?"

Cika menatap Daren, "Daren, sebelumnya aku minta maaf sama kamu. Tentang tunangan kita yang batal, aku mau jelasin ini ke kamu, tapi, kamu gak mau dengar penjelasan kan?" Cika menghela nafas "tapi, tolong dengerin aku untuk kali ini aja. Jadi, aku gak dateng malam itu karena aku pingsan saat di perjalanan, aku dilarikan kerumah sakit dan yang paling menyakitkan aku didiagnosa kena kanker darah, mangkanya aku mutusin untuk nelfon kamu dan batalin tunangan kita, aku gak mau kita berakhir dengan kematian aku"

Cika menyeka air matanya, Daren tertegun,

"Aku sakit waktu dengar kamu nikah, aku sakit Ren, sampe kondisi aku semakin ngedrop dan saat itu aku gak sengaja ketemu Abi, dia yang bawa aku kerumah sakit saat aku jatuh dari tangga cafe dan dia kenal sama papa aku, papa aku nitipin aku sama Abi karena kita satu kampus. Dan, Abi akhirnya diminta papa untuk bantu-bantu dirumah sakit, istilahnya kayak sejenis dokter tapi masih dibawah naungan papa, sambil nunggu Abi lulus dan Abi juga yang selama ini ngekontrol aku"

"Cika gak pernah tahu sebelumnya kalo Keysha itu adik gue, dan finalnya adalah hari ini, saat Cika gue bawa kerumah karena dia pingsan dan dia ngelihat foto gue sama Keysha diatas meja itu"

Daren menatap foto yang Abi maksud "dan akhirnya gue ceritain sama dia kalo Keysha adalah adik gue, dan lo sama Keysha sebenarnya gak jadi nikah"

"Buat apa sih?" Daren menaiki satu alisnya

"Buat apa lo ninggalin adik lo, tiep malem hanya karena mau ngontrol cewek ini?"

Cika tertegun mendengar ucapan Daren. Abi mengernyit

"Lo juga! Kalo lo mau mati gak usah ngeribetin orang lain" ketusnya "jangan lo kira karena semua alasan lo yang panjang dari tadi bakalan buat gue jadi simpati lagi sama lo! Gak, gak semudah itu Cika....hati gue udah gak lembek lagi ngelihat lo nangis"

Abi mengepalkan tangannya,

"Kenapa Bi? Marah? Gue heran sih, kenapa lo mesti peduli banget sama nih cewek? Atau karena lo cuma mau manfaatin dia buat tetap bisa kerja di rumah sakit bokapnya dia?" Daren menaiki satu alisnya dan menangkap tangan Abi yang sudah dekat dengan wajahnya

Daren berdiri dan menghempas kepalan tangan Abi, menatap lelaki itu tajam

"Gue cuma mau izin, tapi lo ngizinin atau enggak gue gak peduli juga sih, intinya, gue bakakan nikahin Keysha secepatnya dan cepat-cepat bawa dia keluar dari rumah ini, ninggalin lo sendiri. Supaya lo tahu gimana kesepiannya Keysha selama ini"

Cika menangis terseduh, bahunya bergetar hebat, Daren menatap Cika sekilas

"nangis gih,  sebisanya elo, mumpung belom mati.......kan?" Smirk Daren diakhri kalimatnya, sebelum sebuah hentakan yang menghantam rahangnya.

Daren tersungkur, lalu menatap Abi, ia berdiri mengepal dan menarik kerah baju Abi dan membalas pukulan yang Abi layangkan.
Mereka beradu tonjokan, dengan sisi egois masing-masing.

Cika menangis keras, menatap dua orang yang tengah saling melepaskan bogeman. Hingga semuanya terasa gelap dan suara jeritan melengking menusuk telinga.

...

By Accident[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang