26

931 53 0
                                    

Jadilah pembaca yang berkepripembacaan dengan mensuport lewat vote dan koment.

.

.

.

.

"Daren, gue mau ngomong serius sama lo"

Keysha menatap Abi, "eh, Key, lo masuk deluan aja" lalu gadis itu mengangguk dan memasuki cafe, meninggalkan Daren dan Abi

"Ada apa?"

"Cika....kritis"

Daren diam, menatap Abi tak mengerti

Abi menghela nafas "dia butuh lo Ren, Cika butuh lo disampingnya dia"

Daren tersenyum kali ini, tidak, bukan senyuman, ia menampakan smirknya "apa lagi? Lo mau maksa gue jengukin dia? Gak!"

"Gue tahu lo kesel sama dia, bahkan mungkin lo benci sama dia, tapi, tolong Ren, sekarang dia butuh lo buat bertahan hidup"

"Gue bukan tuhan, jadi, ada atau enggaknya gue dihidupnya, gak bakal ngaruh sama nyawanya"

"Lo brengsek ya Ren?  Gue takut sama masa depan adik gue kalo sama lo! Dengan begitu mudahnya lo berpaling dari satu hati kehati lainnya hanya karena satu kesalahan! Apa lo gak pernah mikir kalo dulu kalian pernah saling membahagiakan? Gue gak tahu lagi sama jalan fikir lo! Terseralah, bangsat emang lo ya!"

Abi berjalan meninggalkan Daren dengan penuh emosi, Daren membahasi bibirnya, lalu menghela nafas dan memasuki cafe menyusul Keysha.

...

Abi mencengkram stir dengan kuat, dia benar-benar tidak bisa mengatakan dengan Cika jika Daren tidak mau mengunjunginya dirumah sakit, ia begitu tidak tega melihat tangisan gadis itu lagi.

Setelah jatuh pingsan malam itu, Abi membawa Cika kerumah sakit punya papanya Cika, kondisi Cika semakin menurun, apalagi selama ini Cika tidak mau di kemo.

Abi memukul stir dengan begitu kesal, namun tiba-tiba ponselnya berdering, Abi meminggirkan mobilnya dan meraih ponselnya dan mengangkatnya

"Iya, bu?"

"Pulang kamu"

"Kenapa?"

"Pulang Abi!"

"Bangbi gak bisa pulang sekarang"

"Ibu bilang pulang!"

"Iya, iya, bangbi pulang"

Sambungan terputus, kerutan tercipta pada kening Abi, ibunya terdengar sangat emosi ditelfon tadi dan itu membuatnya takut.

Abi menjalankan mobilnya kembali dan memutar arah mengurungi niatnya untuk kerumah sakit menuju jalan pulang. Tidak butuh waktu lama bagi Abi untuk sampai dirumah, dengan sedikit tergesah-gesah Abi berjalab memasuki rumahnya

"Bu...."

"Bangbi pulang"

Abi berteriak mencari ibunya, lalu nafasnya tercekat melihat ibunya yang sedang bersedekap, bukan karena hal itu, tapi karena melihat apa yang ada disekitar ibunya

"Bisa jelasin sama ibu?"

Abi memejamkan matanya sejenak, lalu mendekati ibunya.

"Maaf bu"

"Apa ini Abi? Kamu kuliah kedokteran?"

Abi menunduk sembari berlutut dihadapan ibunya "iya"

Ibunya menghela nafas lalu bersender pada sofa "ibu kecewa sama kamu"

"Abi gak mau perusahaan"

"Tapi ibu mau kamu nerusin perusahaan"

"Abi gak tertarik sama dunia itu bu"

"Kalo bukan kamu siapa lagi? Emangnya anak ibu sama ayah siapa lagi? Cuma dua, Keysha gak mungkin bi, dia masih kecil! Kamu gak kasihan lihat ayah? Dia sudah berumur, kalo kamu jadi dokter, perusahaan kita gimana? Tutup? Iya? Itu mau kamu?"

"Bu..., bangbi ngerti, bangbi salah, iya. Maaf."

Rosa menghela nafas "ibu udah telfon ayah, mungkin malem nanti ayah sampe, kamu gak boleh kemana-mana. Masuk kamar! Dan bawa ini"

"Bu...bangbi mau kerumah sakit"

"Enggak, enggak Abi!"

"Bangbi punya tanggung jawab disana"

"Denger kata ibu atau besok kita semua pindah ke Bandung"

Abi menatap ibunya, lalu ia berdiri dan mengambil alat medis yang ditemukan ibunya itu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, Abi tidak pernah melihat ibunya semarah ini, Rosa adalah wanita yang lembut, dan jarang marah, dan hal itulah yang membuat Abi maupun Keysha sangat tunduk sama ibunya dan nurut jika ibunya sedang marah.

"Makan dulu, bangbi" 

Abi menutup pintu kamarnya dan tidak menjawab perkataan Rosa. Abi mengeluarkan ponsel dan menuju balkon

"Hallo, om, maaf banget Abi hari ini gak bisa piket malem, ayah dateng malem ini dari Bandung, maaf ya om"

"..."

"Kalo hal itu nanti Abi bicarain lagi sama Daren"

"..."

"Oke, makasih om"

Abi menutup ponsel dan memasuki kamar menuju kasur lalu menjatuhkan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan matanya.

...

Keysha berkedip, lalu menoleh pada Daren "lo....serius?"

Daren tersenyum "iya"

"Ren....gak usah main-main ahk"

"Gak main-main Key, gue serius"

"Gue gak mau nikah muda" Keysha menatap Daren serius

"Walaupun itu sama Ananta?"

"Gak ada hubungannya sama dia Ren, gue emang gak mau nikah muda"

"Mau pacaran?"

"Hah?"

"Sama gue" Daren memutar tubuhnya menghadap Keysha, Keysha gugup dan langsung mengalihkan pandangannya dari Daren

"Apaan sih"

"Gue serius"

"Au ahk, lo gelap" Keysha berjalan meninggalkan Daren sendiri dengan langkah yang cepat, Daren tersenyum melihatnya lalu ia turut berjalan mengikuti Keysha.

Langkah Keysha tiba-tiba terhenti dan itu membuat Daren mengernyit, lalu mempercepat langkahnya untuk berdiri disamping gadis itu, dan menatap apa yang gadis itu lihat.

"A...yah?"

.....

By Accident[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang