27

925 50 0
                                    

Jadilah pembaca yang berkepripembacaan dengan mensuport lewat vote dan koment.

.

.

.

.

"Ren....."

Keysha mendekati lelaki itu dan menatapnya, Daren tersenyum, namun Keysha yakin Daren menyimpan kesedihan yang begitu mendalam.

"Are you okay?"

Daren mengangguk, lalu tak lama Keysha direngkuh oleh Daren. Lelaki itu membenamkan wajahnya pada bahu Keysha dan memeluk Keysha erat.

Keysha mengelus punggung Daren, ia tahu apa yang lelaki itu sekarang sedang rasakan.

Penyesalan memang terkadang semenyakitkan itu.

Daren menangis dipelukan Keysha, Keysa mengedipkan matanya agar air yang ingin jatuh itu tidak jadi turun. Keysha harus kuat, ia harus jadi penguat buat Daren sekarang.

Setidaknya Keysha bisa jadi cewek yang berguna.

Daren melepas pelukannya, lalu memegang kedua bahu Keysha dan menatap gadis itu. Keysha tersenyum tergerak untuk menghapus sisa air mata Daren dengan kedua tangannya.

"Dia pasti baik-baik, Ren"

Daren menggeleng "dia...kritis Key, dia gak baik-baik aja"

Keysha menelan salivanya "Cika kuat kok, gue yakin"

"Gue jahat banget sama dia Key, gue jahat" Daren kembali duduk dan memegang kepalanya

Keysha memeluk kepala Daren "dia gak ada alasan buat pergi kan Key?"

Keysha semakin sakit "iya, dia gak ada alasan buat ninggalin lo" Daren memeuk pinggang Keysha. Keysha tersenyum kecil lalu melepas pelukannya

"Gue...mau makan sebentar ya? Lo udah makan belum?"

Daren menatap Keysha "lo makan aja, gue gak selera makan"

Keysha mengangguk mengerti lalu berjalan meninggalkan Daren.
Daren kembali berdiri menatap kearah ruangan dari balik kaca yang menampaki gadis yang terbaring dengan alat medis ditubuhnya.

Cika kritis.

Daren sebenarnya tidak peduli awalnya, namun, Daren juga manusia, rasa bersalah karena telah melontarkan kata-kata kasar pada gadis itu menghantuinya sepanjang waktu, dan karena hal itulah ia berada disini.

Sedikit banyak, rasa Daren terhadap Cika memang belum begitu pudar, sepeti 20 persen dari 100. Namun, rasa bencinya terhadap Cika memusnahkan 20 persen itu, ia benar-benar membenci Cika dengan sepenuh hatinya.

Ia selalu berkata kasar pada Cika sebisanya, ia turut membenci Abi karena Abi adalah orang yang berada dipihak Cika. Daren egois jika telah tersakiti, ia tidak membenci setengah-setengah. Ia selalu melakukan sesuatu dengan sepenuhnya.

Tapi, sekarang adalah waktu yang berbeda, orang yang dulu ia cintai sepenuh hatinya telah berubah menjadi orang yang ia benci dengan segenap raganya namun sekarang mengancam jiwanya dengan rasa bersalah dengan ingin pergi meninggalkan dunia.

Daren begitu terpukul.

...

Keysha membuka popmienya, lalu mengaduk mie itu dan menyuapi kedalam mulutnya. Mengunyah dengan pasti sembari menatap jalanan yang ramai.

Hati siapa yang tidak hancur.
Seseorang yang beberapa bulan belakangan ini masuk kedalam hidup Keysha, selalu ada untuk Keysha, memastikan Keysha selalu baik-baik saja, dan bahkan sudah tak canggung lagi untuk tidur bersama, dia yang selalu menyakinkan hati Keysha untuk perlahan menerima dirinya dengan kata-kata yang selalu menyentuh dan tindakan yang bikin luluh.

Daren.

Lelaki itu adalah pelakunya, dia adalah biang dari hancurnya hati Keysha sekarang.

Manusia yang tidak punya kerjaan yang tiba-tiba saja mengganggu hidup Keysha.

Seharusnya dari awal Keysha sadar, jika Daren tidak mungkin secepat itu dapat melupakan Cika, Seharusnya Keysha paham maksud dari Daren selalu mengajak dirinya menikah hanya karena ingin cepat-cepat melupakan Cika. Keysha seharusnya membangun tembok yang tinggi pada hatinya, namun semua percuma Daren telah masuk kerumahnya dan itu adalah kesalahan.

"Lho, Keysha?"

Keysha tertegun dari lamunannya, mendongak "Hai...Ren" Keysha tersenyum sedikit lalu kembali menatap mienya

"Gimana keadaan Cika?"

Daren tempak kacau, lelaki itu menyenderkan tubuhnya pada kursi "gitu-gitu aja, gak ada perubahan"

"Sabar ya...Ren, mangkanya kalau lo masih suka sama Cika, jangan boongin hati lo, sekarang baru deh lo tahu rasanya" Keysha menutup popmie yang baru satu kali suap ia makan dan menyingkirkannya dari hadapan Keysha, tiba-tiba selera makannya hilang.

Karena Daren datang atau mungkin karena berbicara tentang Cika. Dan penyebabnya adalah keduanya.

"Apaan si Key! Gue emang udah gak suka lagi sama Cika kok"

"Gak usah boongin diri lo sendiri Ren, lo gak mungkin kacau banget kayak gini kalau seandainya lo gak suka lagi sama Cika"

Daren menaiki satu alisnya lalu tersenyum "lo......cemburu?"

"Apaan? Cemburu? Sama lo? Emang gue siapa? Emak lo?" Keysha menggeleng-geleng

Daren terkekeh "yakali kalo lo cemburu kan, siapa yang tahu" Daren menatap Keysha

Keysha mengalihkan pandangannya dari Daren "jangan lihat-lihat gue deh, entar lo suka"

Daren memajukan badannya mendekati meja, lalu menopang wajahnya dengan satu tangannya menatap Keysha berseri

"Lo...kalo cemburu kayak donat ya, bulet-bulut ngegoda pengen dimakan gitu"

Keysha berdecih, lalu mendorong pelan pipi Daren agar wajah lelaki itu tidak menatap dirinya dengan begitu intens.

"Gue gak suka lagi sama Cika, gue gini karena gue merasa bersalah aja nyimpan dendam sama Cika selama ini, apalagi gue suka banget ngomong kasar sama dia, jadi gue frustasi aja belum sempat minta maaf soal itu"

"Gak perduli!"

"Iya, iya Key, aku sama kamu kok tetep"

Keysha mencebikkan bibirnya "najis lo ahk"

"Besok nikah? Yaudah iya"

Keysha semakin kesal, Daren terkekeh menggoda Keysha dengan tatapannya.

"Dasar, panci angus"

....

By Accident[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang