BUB 3 ~ Akhirnya Mengetahui

6.5K 190 3
                                    

Sebelum mengenalmu, jatuh cinta tak pernah sesakit ini.

~ BERJUANG UNTUK BERTAHAN ~

Saat ini Nindia, Dila dan Kenan sedang berada di warung makan dekat sekolah mereka.

Sepulang sekolah tadi, Kenan mengajak Nindia dan Dila ke warung bakso dekat sekolah mereka. Katanya, Kenan ingin membicarakan sesuatu dengan mereka berdua.

"Lo ngapain ajak kita kesini, Nan?" tanya Dila.

"Kan tadi gue udah bilang, gue mau ngomong sesuatu ke kalian berdua," jawab Kenan.

"Terus mau ngomong apa?" tanya Dila lagi, dia sudah semakin penasaran apa yang ingin Kenan ucapkan.

"Emm itu ... soal Alvin," kata Kenan.

"Lah? Kenan tahu lo sama Alvin, Nin?" tanya Dila bingung. Setahu Dila, tidak ada yang tahu tentang Nindia dan Alvin selain dirinya dan Nindia.

Nindia mengangguk, "Iya Dil, gue kasih tahu."

"Oh," jawab Dila singkat.

"Gue udah tahu dia suka sama siapa, Nin," ucap Kenan.

"HAH? SERIUSAN? SIAPA? DIA SUKA GUE GAK?" Nindia sangat antusias, membuat pengunjung yang sedang menikmati makanan mereka menatap ke arah meja Nindia, Kenan, dan Dila.

Dila langsung membekap mulut Nindia. "Eh, tolong ya bego lo gak usah dipelihara! Gak tahu malu anjir! Jangan teriak-teriak, orang-orang jadi pada ngelihatin kita, kan!" kesal Dila.

Nindia memperhatikan orang-orang yang memandanginya. "Eh iya maaf-maaf terlalu antusias," ungkap Nindia pelan.

"Aduh Nin, kalau tahu bakal kayak gini, gak bakalan gue ngajak lo kesini," tutur Kenan sambil menutup wajahnya menahan malu.

Nindia mengerucutkan bibirnya, "Yaudah sih, kan gue udah minta maaf!"

"Udah-udah gak usah dipermasalahin," sela Dila.

"Jadi, lo mau ngomong apa? Mau ngomong masalah Alvin sama Nindia? Terus kenapa gue diajak ikut kesini, kan gak ada urusannya sama gue?" Dila melontarkan banyak pertanyaan.

"Jelas ada lah urusannya sama lo," sahut Kenan.

Nindia dan Dila saling menatap dengan dahi berkerut, "Apa urusannya?"

"Gue kasih tahu, tapi kalian jangan berantem gara-gara ini," Kenan terus memutar-mutar pembicaraan, membuat kedua wanita di hadapannya semakin bingung.

"Apa sih Nan? Berantem? Lo gak usah kebanyakan basa-basi deh, bikin tambah bingung tahu gak!" Nindia akhirnya angkat bicara.

Kenan berkata, "Alvin suka sama Dila."

"HAH?" kaget Nindia dan Dila bersamaan.

Dalam detik itu juga, tubuh Dila mematung. Mengapa Alvin bisa menyukainya? Alvin seharusnya menyukai Nindia, bukan dirinya.

"Kok bisa?" tanya Nindia.

"Gue gak tahu, gue cuma sampaikan apa yang Alvin ucapin. Gak gue lebih-lebihin dan gak gue kurang-kurangin," terang Kenan.

Seketika mata Nindia memanas, air matanya segera ingin mengalir namun Nindia menahannya.

Gue mohon jangan keluar disini. Batin Nindia.

Kenan dan Dila saling menatap, mereka melihat raut wajah Nindia yang berubah. Mereka tahu, ini tidak sesuai keinginan Nindia.

"Maaf, gue gak bermaksud bikin lo sedih," Kenan merasa bersalah.

Nindia memaksakan senyumnya, "Gak apa-apa, Nan, gue gak sedih. Semua orang berhak mencintai, Alvin juga berhak buat cinta sama Dila."

"Gue gak akan suka sama dia Nin, percaya sama gue, gue gak akan suka sama dia. Gue janji," Dila berusaha meyakinkan, ia tak mau melihat sahabatnya sedih.

Nindia menghadap Dila dan memegang pundak Dila. "Gue percaya sama lo, gue yakin lo gak akan suka sama dia," sahut Nindia.

"Gue balik, udah dicariin sama nyokap. Gue duluan," tambah Nindia. Tanpa menunggu jawaban dari kedua temannya, Nindia langsung pergi begitu saja.

Setelah Nindia pergi, Kenan dan Dila masih diam mematung.

"Lo gak salah info kan?" tanya Dila.

"Enggak lah, sumpah," timpal Kenan sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V untuk mengisyaratkan dia berani bersumpah bahwa dia tidak sedang berbohong sekarang.

Dila menghembuskan napas kasar, kenapa semuanya terjadi? Kenapa bisa tak sesuai dengan apa yang diharapkan?

"Yaudah lah gue balik!" Dila langsung berlalu meninggalkan Kenan sendirian.

"Eh, makanan siapa yang bayar?" tanya Kenan sedikit berteriak supaya bisa terdengar oleh Dila.

Dila berhenti dan membalikkan badannya. "Lo lah yang bayar, kan lo yang ngajak kesini. Makasih traktirannya Kenan Mahesa!" Dila tersenyum puas, sedangkan Kenan hanya menarik napas melihat kelakuan temannya itu.

Dompet udah tipis, jadi makin tipis aja kan. Batin Kenan.

~~~

Nindia duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Memandang langit yang mulai terlihat gelap. Dia sangat kecewa dengan hari ini.

Mengapa Alvin bisa menyukai sahabatnya? Mengapa bukan dia yang disukai oleh Alvin? Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lagi di dalam hatinya.

Nindia menarik napas dalam, menghembuskan napasnya pelan-pelan, berusaha melepaskan masalahnya.

Line

Suara notifikasi membuat Nindia tersadar dari lamunannya. Ia melirik ponselnya, dan mengambil benda berbentuk pipih tersebut.

Ada sebuah pesan masuk, Nindia langsung membukanya.

NadilaS.F : Maaf, udah buat lo kecewa. Gue gak tahu Alvin bakalan suka sama gue, tapi gue janji gue gak akan suka sama dia Nin

Nindia tersenyum simpul, jemarinya mulai mengetikkan sesuatu.

NindiaAzzahraa : Gue percaya sama lo, Nadila

Nindia menutup ponselnya, merasakan angin yang mulai dingin menusuk tubuhnya. Dia memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya.

Nindia memilih untuk tidur. Mungkin, memejamkan matanya bisa membuat dia melupakan masalahnya, walaupun hanya sementara.

~~~

Hola!!!

Yeay bisa update cerita ini lagi. Terus tungguin ya part selanjutnya, terus baca cerita ini. Tambahin ke perpustakaan dan ke reading list kalian jangan lupa dan yang paling penting vote dan commentnya okeee!

Sampai jumpa di part berikutnya, papayy!

Berjuang untuk Bertahan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang