BUB 25 ~ Amarah

3.3K 107 5
                                    

Kamu adalah orang yang memeluk luka hatiku dan menghilangkan bekas lukaku yang menyakitkan.

~ BERJUANG UNTUK BERTAHAN ~

Nindia memasuki area rumah sakit kembali. Setelah pulang ke rumah sebentar untuk mandi dan mengganti pakaian, ia segera kembali ke rumah sakit. Karena ia tak tega melihat Chaca sendirian di rumah sakit.

"Assalamu'alaikum," salam Nindia saat memasuki ruang rawat inap Riko.

"Wa'alaikumsalam,"

Nindia terkejut melihat ruang rawat inap berantakan, barang-barang berserakan di lantai, bahkan ada pecahan gelas yang berada di lantai.

Nindia melihat Riko dengan napas yang penuh amarah, dan Cantika yang sedang menangis ketakutan di sofa.

"Kenapa ini, Rik?" tanya Nindia panik.

Nindia langsung menghampiri Cantika yang sedang menangis di sofa.

"Cantika," panggil Nindia pelan. Cantika langsung memeluk Nindia. Nindia pun langsung membalas pelukan Cantika dan menenangkan Cantika.

"Kakak cantik, aku takut," lirih Cantika setelah melepas pelukannya.

"Takut kenapa?" tanya Nindia.

"Abang tadi marah-marah. Seram banget, Kak," tutur Cantika. Oh, Nindia mengerti sekarang, penyebab Cantika menangis ketakutan adalah Riko.

"Cantika tunggu disini bentar ya, aku mau ke Bang Riko dulu. Cantika gak usah takut lagi, kan udah ada Kak Nindia disini," ucap Nindia sebelum berjalan menuju Riko.

"Iya, Kak,"

Nindia berjalan mendekati Riko. Setelah berada di hadapan Riko, Nindia langsung mengambil dan menggenggam tangan Riko.

"Ada apa?" tanya Nindia.

Riko hanya menggeleng kuat, amarahnya masih terlihat, napasnya masih memburu.

"Tenangin diri kamu, Rik. Lihat Cantika, dia ketakutan karena ngelihat kamu kayak gini," terang Nindia.

Nindia memeluk Riko, berusaha menenangkannya.

"Kenapa lagi kamu?" tanyanya setelah melepas pelukannya dari Riko.

"Ayah," Hanya satu kata itu yang mampu Riko ucapkan, dia masih terlihat sangat marah.

"Ayah?" tanya Nindia bingung.

Riko menarik napas sebentar, ia berusaha menenangkan emosinya. "Tadi ayah datang kesini, bersama dengan jalang itu," Riko tersenyum miring.

"Seperti biasa, ayah lagi-lagi nyalahin bunda. Kamu tahu kan Nin, aku paling sayang sama bunda. Gak mungkin aku diam aja lihat bunda terus-terusan di salahin sama ayah," tambah Riko.

"Terus siapa yang ngelempar barang-barang ini semua? Sampai ada pecahan gelas juga. Ayah kamu yang lempar?" tanya Nindia.

Riko langsung menggeleng, "Aku yang lempar. Aku pusing Nin, kenapa masalah aku serumit ini? Kenapa aku gak pernah punya keluarga yang harmonis?"

Nindia mengelus punggung Riko. "Dengerin aku, Rik. Kamu itu beruntung masih bisa lihat kedua orang tua kamu walaupun mereka udah gak rukun, kamu gak lihat? Banyak anak-anak jalanan diluaran sana yang ingin ketemu sama orang tuanya tapi mereka gak bisa berbuat apa-apa," Nindia memberi nasihat kepada Riko, dia berharap supaya Riko bisa lebih tenang dan lebih bisa mengontrol emosinya.

"Tuhan ciptain takdir orang itu berbeda-beda. Mungkin keluarga kamu emang gak utuh, tapi kamu punya bunda dan Cantika yang selalu ada disamping kamu. Seharusnya kamu lebih bisa kontrol emosi kamu, kasihan sama Cantika. Aku takut dia trauma karena sering lihat orang marah-marah, Cantika masih kecil, Rik," jelas Nindia.

Berjuang untuk Bertahan [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang