AKU MENTARI

195 24 4
                                    

MENTARI POV

Namaku Mentari. Bunda yang memberi nama cantik tak sengaja itu. Nenek pernah bercerita kepadaku ketika menjelang kelahiranku waktu itu, seperti ini...
"Dulu, waktu kamu mau lahiran, Bundamu masih jauh berada dijalan menuju rumah bersalin bersama Nenek dan Ayahmu naik becak tua milik kakek. Saat di becak, Bundamu ribut sekali, dia menjerit kesakitan dan berteriak kepanasan, "Aduuuhh.. PANAS! huuuh ! PANAS! aduuuuuuuh sakiiit.. aduuuuhh.. Gasss Bang! GAS! Matahari uda keluar ini !! aduuuuhh..!!" begitulah teriakkan Bundamu ketika tak sengaja menyebut nama Matahari saat kamu masih ada didalam rahim Bunda. Sedangkan Ayahmu hanya diam dan sesekali melihat kearah Bundamu, dia lagi berusaha mengendarai becak sambil rambutnya yang panjang itu dijambak Bundamu, tapi Ayahmu jago dia tetap bisa fokus ke jalan tanpa menabrak apapun meski sekali kami hampir jatuh ke got karenanya. Lalu sekitar jam 11.55 kami sampai, dan Bundamu langsung dibawa ke ruang bersalin karena dia sudah tidak tahan ingin melahirkanmu, bajunya basah kebas karena keringatan dan kamu tau? Dia hanya perlu sekali teriakan "aaaaaaa Matahariiiiiiii.. panaaaaaass.." lalu tepat jam 12.00 wib kamu dilahirkan ke dunia pada bulan April musim kemarau.."

Seperti itulah proses kelahiran dan asal mula tercipta namaku menurut cerita Nenek. Dan mengapa Bunda memberi nama Mentari bukan Matahari kepadaku, itu karena Bunda tidak mau nama Sang Surya Matahari ada dua di dunianya. Jadi Bunda memutuskan memberi namaku Mentari.
Kata Bunda, "Bunda memberi nama kamu Mentari agar kamu bisa bersinar seperti Matahari dan Bunda ingin membuat semua orang yang ada didekat kamu itu merasa senang karena hadirmu, seperti tumbuhan yang senang bila mendapat sinar dari Matahari, dan seperti Bunda yang paling bahagia ketika kamu hadir di dunia."
Bagiku Bunda tak cukup hanya seorang Ibu yang melahirkan anaknya, namun Bunda juga adalah sosok inspiratif yang mengajarkanku bagaimana cara menikmati dan menghargai Hari.

Aku adalah seorang anak perempuan yang lahir di bulan April pecandu permen asam Tamarin. Mungkin nafasku akan sesak jika tak makan permen Tamarin satu hari saja, minimal aku melihat bungkusnya aku sudah merasa cukup tenang. Entah mengapa rasa asam yang dimilikinya sungguh membuat candu dan membuatku diriku tenang.

Pernah ketika aku kelas 1 Sd, sahabatku Cahya, memanggilku dengan sebutan Tamarin bahkan sampai sekarang dia juga memanggilku demikian. Dan karena permen Tamarin aku berkenalan dengannya dan bersahabat baik dengannya.
Ketika itu pertama kali aku masuk sekolah dasar. Aku duduk dibangku paling depan sebelah kiri dan disampingku ada seoarang anak perempuan rambutnya dikuncir dua sedang memegang kompeng. Dia sangat pendiam, bahkan ketika aku mengajaknya berkenalan, dia hanya menjawab dengan satu kata dan kadang kadang dengan bahasa tubuh.

"Hai, nama kamu siapa?" Tanyaku sembari mengulurkan tangan kananku kepadanya.

"Cahya." Katanya sambil menenerima uluran tanganku.

"Rumah kamu dimana?" Tanyaku lagi kepadanya sambil membuka bungkus permen Tamarin kesukaanku.

"Disana." Jawabnya sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah kanan.

"Ooh, disana. Emmm, itu punya kamu?" Tanyaku lagi sambil menunjuk ke arah kompengnya.

Tiba tiba dia langsung memasukkan kompengnya kedalam kantung roknya dan dia melirik tajam kearahku tanpa mengeluarkan kata apapun. Suasana menjadi hening setelah pertanyaan yang kulontarkan tadi kepadanya.

Lalu aku coba membuka percakapan lagi dengannya,
"Emm. Kamu mau bombon? Nih." Kataku lalu menaruh satu biji permen di atas mejanya.
Dia hanya menggelengkan kepala.

Lalu aku berkata lagi, "kenapa gak mau? Bombonnya enak loh, rasanya asam tapi enak. Coba lah." Rayuku kepadanya.

Dia melihat kearahku dan memberi tatapan penasaran.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang