Kabar Tak Terduga

52 16 0
                                    

Mei 2015

"Jadi, lo mau dijodohin Nenek sama cucunya temen Almarhum Kakek yang namanya Pak Abdul, dan ternyata cucunya adalah temen lo sendiri?" tanya Shinta, sepupunya Mentari. Sudah sebulan lebih Shinta tinggal dirumah Nenek karena ingin menghabiskan masa libur panjangnya. Katanya ia bosan melihat hingar bingar ibukota Jakarta yang tak ada habisnya, jadi ia ingin merasakan ketenangan bersama Nenek di Desa Sidamanik. Disini ia bisa melihat hamparan perkebunan teh yang hijau menyegarkan mata dan fikirannya. Maka dari itu Shinta merasa betah berada di lingkungan ini.

Mendengar pertanyaan yang Shinta lontarkan, Mentari hanya menganggukkan kepalanya sambil mengunyah keripik ubi yang baru dimasak Neneknya.

"Yauda terima aja kali. Lo kan jomblo. Lagian lo kan udah kenal sama orangnya."

Mentari langsung menggelengkan kepalanya menolak saran Shinta. Baginya, perjodohan itu hanyalah sebuah angin lalu yang harus ia lupakan.

Shinta yang merasa gemas dengan Mentari langsung melemparkan potongan keripik ubi ke arah Mentari. Lantas Mentari melotot tajam kepada Shinta yang sedang nyengir merasa tak bersalah. "Apaan sih! Iseng banget!"

"Lo sih gemesin banget. Ngomong kek, jangan makan mulu lo besarin. Emangnya temen lo itu jelek ya, jadinya lo gamau?"

Mentari menggelengkan kepalanya lagi dan masih tetap mengunyah keripiknya. Mentari malas mengeluarkan suaranya karena topik pembicaraannya dengan Shinta sangat tidak menarik.

"Ganteng dong?" Shinta mendekatkan dirinya dengan Mentari. Sesekali ia menyenggol lengannya Mentari. Namun Mentari tetap tak menggubrisnya.
"Nama akun instagramnya apa?" lanjutnya.

Mentari memutar malas bola matanya sambil meraih ponsel Shinta dan mengetikkan nama akun ig seseorang disana. Ia sudah menduga, pasti Shinta akan menanyakan hal ini kepadanya, apalagi jika menyinggung soal pria tampan.

"Gilaaaa! Lo buta ya? Ini sih ganteng, Riiiii." Shinta mencubit pipi Mentari dengan gemas. "Gue follow ah.."

"Serah deh."

Mentari tak memperdulikan ulah Shinta yang sedang menstalking habis akun ig temannya, Elang. Pasti sehabis ini Shinta akan meminta nomor WhatsApp Elang kemudian Shinta akan menchatingnya terlebih dahulu. Mentari hanya akan menggelengkan kepala melihat tingkah sepupunya yang sedikit agresif itu.

Mentari bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke dalam kamar. Matanya sedang mencari dimana letak ponselnya. Sejak pulang dari acara lamaran tadi, ia sama sekali tak menyentuh benda berlayar pipih itu.
"Shin! Kamu sembunyiin Hp ku dimana?!!" teriaknya dari dalam kamar.

"Heh bocah! Lo ga ada megang Hp dari pulang tadi. Enak aja lo nuduh gue." balas Shinta tidak terima.

Apa ketinggalan di rumah Kakek Abdul ya? Tanyanya dalam hati.

Tiba-tiba seorang wanita tua berdaster batik menghampiri Mentari yang sedang membongkar habis isi kamar. "Ya Allah, berantakan sekali. Kamu lagi nyari apa, Cu?"

"Hp Mentari, Nek. Udah dicariin tapi gak ketemu. Dimana ya? Apa ketinggalan dirumah Kek Abdul ya Nek?" ucap Mentari sambil membuka laci meja rias.

"Kamu udah cek di dalam tas?"

Mentari menepuk pelan keningnya. Ia tersadar belum memeriksa tasnya. Pasti ponselnya berada di dalam sana sekarang. Tangannya meraih sling-bag hitam dibalik pintu dan langsung merogohnya. Benar, benda berlayar pipih itu berada disana.

Mentari nyegir sambil menunjukkan ponselnya yang sudah ditemukan kepada Neneknya. "Ada, Nek. Hehe"

"Makanya, nyari pake mata, jangan pake mulut, Cu."

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang