Hujan dan Cerita

47 15 1
                                    

29 April 2015

"Virga.. Jawab. Yang ketiga apa?"

Virga tersenyum simpul dan menampilkan lubang tipis di pipi kirinya itu.

"Kamu."

Hening seketika.

Mentari mengerutkan keningnya bingung. Ia tak mengerti apa maksud dari Virga.

"Aku?"

Virga lantas menganggukkan kepalanya pelan.

"Iya kamu."

"Kenapa aku?"

"Karena kam-" ucapan Virga tiba-tiba terhenti saat mendengar suara rintik hujan jatuh diatas atap rumah Mentari.

"Hujan" Virga tersenyum sumringah. Entah sebab apa yang membuatnya sangat menyukai Hujan, Mentari belum mengetahuinya.

Virga berdiri dari tempat duduknya lalu melangkahkan kakinya ke depan teras rumah. Mentari hanya diam saat melihat Virga berjalan keluar tanpa mengatakan apapun padanya. Mentari mengikutinya dari belakang.

Malam ini, Hujan turun sangat lebat. Rintiknya yang deras membuat heningnya malam terpecah. Semilir angin nan sejuk menerpa tubuh kedua insan yang sedang berdiri menatap Hujan yang jatuh ke bumi.

"Mentari.."

"Iya?"

"Inget gak waktu pertama kali kamu mandi Hujan?"

Mentari lantas mengangguk cepat dan tampak sebuah goresan senyum terpahat di bibirnya.

🌻🌻🌻

-Mentari Kecil-

Hari Minggu adalah surganya bagi anak-anak seperti Mentari, dimana pada hari ini tidak ada yang namanya belajar di sekolah. Bukan hanya surganya anak-anak saja, tapi juga surganya Ibu-ibu rumah tangga, dimana mereka akan dibebaskan dari yang namanya ngasih uang jajan untuk anak mereka. Lumayan, buat nambah nambah uang belanja, pikir mereka.

Seperti biasa, jika dihadapkan dengan Minggu pagi, rutinitas Mentari adalah menonton TV, serial kartun Shinchan yang ditayangkan setiap Minggu pagi adalah sarapan utama Mentari. Sembari menunggu iklan yang sedang tayang di TV segera selesai, Mentari berjalan ke dapur mencari makanan untuk mengganjal perutnya. Ternyata kartun Shinchan tak mengenyangkan seperti yang Mentari kira.

Ayah melihat Mentari sedang membuka tutup lemari kemudian segera menghampiri Mentari.

"Kamu lapar?" tanya Ayah.

"Iya Yah. Bunda kemana Yah kok tumben belum masak sarapan?" jawab Mentari sambil mengelus elus perutnya yang mulai mendendangkan lagu keroncong.

"Bunda lagi minta air ke rumah Bu Wita."

Sudah satu Minggu lebih di daerah rumah Mentari mengalami mati air, dikarena ada perbaikan saluran air yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Mau tak mau, setiap 2 hari sekali Bunda meminta persediaan air kepada Bu Wita, yang diketahui rumahnya Bu Wita berada dibawah rumah Mentari. Otomatis air pasti mengalir ketempat yang lebih rendah dari pada ketempat yang lebih tinggi.

"Belum hidup air ya Yah?" tanya Mentari sambil berjalan kearah bak cuci piring dan mencoba memutar keran air. Ya, tak ada setetes air pun yang jatuh. 

"Belum, Nak. Hujan pun udah lama gak turun. Harusnya kan kita bisa nampung air Hujan daripada minta terus sama bu Wita, yakan? Segan juga Ayah." jelas Ayah panjang lebar sambil menutup lemari.

"Iya juga ya Yah?"

Apa Hujan sedang marah padaku, sehingga dia tidak datang beberapa hari ini? Batin Mentari.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang