Feeling

27 3 0
                                    

Agustus, 2015.

Satu hari telah berlalu, namun selalu ada ruang spesial untuk menyimpan kenangan di dalam kalbu. Ikatan tali persahabatan dan cinta makin erat di waktu bersamaan. Adalah semesta saksinya. Semisal ada muram mengkerut di wajah, langsung saja ada jenaka yang menghapusnya.

Di sini, langit merekam semuanya. Tentang mereka yang kemarin tidur di bawah cakrawala yang sama.

Dan Hari ini adalah waktu kepulangan mereka seperti yang telah dijanjikan sebelumnya. Meskipun jam pulang mereka sedikit dipercepat karena cuaca mendung yang sepertinya sebentar lagi akan menurunkan hujan. Jadi mau tau mau mereka harus cepat agar ketika menuruni gunung nanti tidak dalam keadaan hujan, menghindari trek yang licin dan berkabut.

Gadis berjaket orange satu-satunya orang yang paling sibuk diantara warga camp masih terlelap. Sebab sejak bangun tadi, ia sudah tau sebentar lagi pasti akan turun hujan lebat. Maka dari itu ia langsung memberitahu rombongannya untuk mempercepat kepulangan mereka.

"Rona... Bangun! Bangun! Ayo pulang!" ucapnya pada seorang temannya yang masih tidur. Mentari memukul pelan pipi Rona hingga ia membuka pelan kedua matanya.

"Aaa... Nanti Ri, masih ngantuk," jawabnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

Mentari mendecak sebal lantas keluar tenda dan beralih menuju tenda laki-laki.

"Virga... Bangun!" panggilnya dari luar tenda.

Namun tak ada jawaban.

"Ucok! Indra! Tomi! Rega!" panggilnya satu-satu pada penghuni tenda laki-laki namun tak juga ada jawaban.

Mentari mendecak sebal, lantas melihat ke arloji di tangan kirinya, masih pukul 06.40, memang masih terlalu dini tuk pulang ke rumah. Ia menghembuskan nafas kasar dan menatap langit yang kian menghitam.

"Gelapnya..." gumamnya.

Ia menyapu pandangan, semua warga camp masih pada tertidur lelap di tendanya masing-masing. Lantas ia menatap langit mendung itu sambil berkata, "beneran mau turun ya?"

"Bergegaslah Mentari. Hujanku kali ini cukup deras dan lama," jawab sang Langit.

Mendengar itu lantas Mentari langsung membangunkan lagi Virga dan yang lainnya.

"Virga..."

"Virgaa..."

"Ucok..."

"Indra..."

"Banguuuuun!!"

"Tomiii!! Regaa!! Bangun!!"

Percuma saja tak ada yang menanggapinya.

Gadis itu hendak berbalik, namun tiba-tiba resleting tenda lelaki terbuka. Terlihat lelaki bermata malas menatap punggung gadis itu.

"Ada apa Ri?" tanya Rega.

"Banguni yang lain ya Reg, kita harus pulang sekarang."

Rega menganggukan kepalanya, tampak pasrah dengan pinta Mentari. Dan ia menutup kembali resleting tendanya. Sementara itu Mentari kembali ke tendanya hendak membangunkan Rona.

Namun temannya yang satu itu ternyata sudah terjaga terlebih dahulu. Rona menatap langit yang menghitam dan berkata, "wah, baru kali ini lihat langit segelap ini di atas gunung."

"Makanya kita harus segera turun sebelum hujan datang," sahut Mentari sambil melipat sleeping bagnya.

"Kaum adam udah pada bangun belum?" tanya Rona.

"Si Rega doang yang udah bangun."

Rona hanya bergumam sembari ikut mem-packing sb nya ke dalam keril.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang