Nomor Tak Dikenal

57 21 0
                                    

April 2015

Pagi ini adalah hari terakhir Mentari dan teman-temannya kemping di Gunung Sibuatan. Rasa rindunya telah sedikit memudar setelah dua malam tidur di atas gunung ini.

Rombongan Mentari akan turun pada pukul 9 pagi bersama rombongan warga camp yang lain.

Sembari menunggu Rona memasak makanan untuk bekal mereka diperjalanan nanti, Mentari menggendong kerilnya lalu memutuskan untuk menunggu teman-temannya di puncak explore.

Mentari berhenti disebuah hamparan tanah yang sedikit lembab kemudian ia duduk dan menekuk kedua kakinya. Kedua bola matanya menyoroti setiap pendaki yang hendak bersiap ingin turun ke bawah. Ia sedang mencari seseorang. Namun dirinya tak juga mendapati sosok itu.

Mana dia? batinnya.

Ketika Mentari hendak mengangkat bokongnya agar segera berdiri dari tempat duduknya tadi, sinar matahari pagi membentuk sebuah bayang hitam di atas tanah yang lembab itu. Mentari menoleh dan melihat seseorang sedang berdiri di belakangnya.

"Nyariin siapa?" tanya seseorang yang berdiri dibelakangnya.

Mentari menyipitkan kedua matanya memandang sosok itu. Mentari mengenali wajah itu. Wajah yang sangat familiar baginya.

"Nggak nyari siapa-siapa kok Lang" Mentari tersenyum kepada Elang lalu kembali memandang kearah depan.

Elang mendaratkan bokongnya diatas tanah tepat disamping Mentari.

"Jangan kebiasaan pergi sendirian lagi, Ri."

Mentari menatap Elang lekat-lekat dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Mentari merasa bingung dengan ucapan Elang barusan. Padahal Mentari sudah biasa pergi sendirian dan biasanya Elang tak mengkhawatirkannya seperti ini.

"Tumben?" tanya Mentari sambil tersenyum miring.

Elang menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. Ia tak tau harus menjawab apa pada Mentari. Elang hanya menyengir geli karena ucapannya barusan.

Selama Mentari dan Elang saling bercerita dan bercanda gurau, tak lama tampak Rona, Ucok dan Indra telah siap untuk segera turun kebawah. Mereka bertiga menghampiri Elang dan Mentari yang sedang asik tertawa.

"Woi!! Ayok gerak" ajak Indra yang sedang mengikat tali sepatunya.

"Yok!!" jawab Mentari dan Elang bersamaan.

Rombongan Mentari turun pukul 9 pagi bersama rombongan warga camp yang lain.

Perjalanan turun ke kaki Gunung Sibuatan tak selama perjalanan saat naik ke puncak gunung. Diperlukan waktu sekitar 6 jam untuk turun ke kaki gunung. Tidak melelahkan, hanya saja bisa membuat lutut kaki pegal karena tumpuan saat menuruni tanah yang curam berada di lutut.

Di perjalanan menuju ke kaki gunung, Mentari selalu memperhatikan tiap-tiap pendaki yang melewatinya. Ia masih mencari seseorang. Hatinya belum merasa puas jika belum mendapatkan apa yang ia inginkan.

Dari kemarin siang menuju ke sore hingga malam sampai ia tertidur, Mentari tak juga menemukan apa yang ia cari. Bahkan ketika pagi sudah kembali datang, yang Mentari dapat hanya rasa penasaran.

Kemana dia? Batinnya berulang kali bertanya.

Dalam kurun waktu 6 jam, rombongan Mentari berhasil menerjang hutan rimba beserta jurang-jurang yang terjal dan tiba di bawah kaki Gunung pukul 15.12 wib. Mereka langsung bergegas pulang ke rumah setelah merasa rombongan mereka sudah lengkap.

Diperjalanan mereka sempat singgah disalah satu perkebunan jeruk yang sedang panen besar. Mereka membeli jeruk untuk oleh-oleh untuk orangtua mereka dirumah.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang