Shock

48 12 0
                                    


Ku dekap lembut asa yang membuncah di relung sukma
Ku patri rindu di atas mimpi yang penuh goresan lara
Kemana kini aku melangkah?
Rasaku hilang sudah arah.
Cepatlah berlalu malam
Kini aku tlah merasa tenggelam
Nafas habis sudah dihisap harap
Dupa pilu menyeruak hingga patah sayap
Jatuh terjerembab.
Buta arah kupandangi gelap
Aku....


Mentari menghentikan tulisannya pada baris 'aku'. Gadis berpiyama motif micky mouse itu meletakkan penanya di atas meja. Mungkin Malam ini cukup sampai situ dulu, pikirnya.

Mentari menghela nafasnya dan melihat jam di dinding kamarnya. Masih pukul 20.20 wib. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan keluar menuju basecamp kesayangannya. Ia ingin curhat kepada Sang Malam.

"Hai Malam." sapa Mentari dengan wajah tak semangat.

"Jangan memasang wajah seperti itu. Sudah kubilang, wajahmu jelek, jangan ditambah jelek lagi." ejek sang Malam.

"Iiihh nyebelin!" Mentari duduk sambil menekuk kedua kakinya.

Padahal Mentari ingin sekali mengadu pada sang Malam. Namun seperti biasa, sang Malam pasti mengejeknya terlebih dahulu, membuat moodnya semakin bad saja. Huh!

Tiba-tiba, Nilla, Bundanya Mentari datang mengejutkan Mentari, sontak Gadis berambut kuncir kuda itu melonjak kaget.

"Ngelamun aja anak Bunda.."

"Siapa yang ngelamun, Mentari aja lagi ngitung bintang."

Nilla menatap langit malam, dan ia tak menemukan setitik bintang pun disana. Tak perlu bertanya, ia sudah tau pasti ada yang sedang terjadi pada anak Gadisnya.

Nilla tersenyum dan mengelus puncak kepala Mentari. "Oiya, Virga tadi nelfon, jadi Bunda angkat. Katanya dia mau main kerumah."

Mentari menatap Bundanya sebentar, lalu mengalihkan pandangan ke arah depan. "Mentari bingung, Bun."

"Bingung kenapa Sayang?"

"Bingung aja sama perasaan Mentari."

Nilla tersenyum dan menatap ke arah langit Malam. "Yauda nanti bicarakan semua apa yang kamu bingungkan."

Mentari menoleh pada Bundanya yang seakan tau kepada siapa ia sedang dilema dan seolah tau apa yang telah dirasakannya. "Bunda tau?"

"Bunda pernah muda, Mentari.."

"Hehehe.. Makasih udah jadi Bunda terbaik untuk Mentari." ucapnya sambil memeluk Bundanya.

"Sama-sama Sayaang.."

Disaat keduanya sedang berpelukan layaknya teletubies, terdengar suara Lelaki sedang mengucap salam dari depan rumah.

Assalamualaikum..

"Bukain sana pintunya.." pinta Nilla.

Mentari langsung berdiri dan segera membuka pintu rumahnya. Sementara itu, Nilla tersenyum melihat tingkah anak gadisnya yang ia rasa sedang galau itu.

"Waalaikumsalam.."

Mentari membuka pintu dan terkejut melihat seorang Lelaki kurus berdandan layaknya mau mendaki gunung berdiri di depan rumah Mentari. Lelaki itu tersenyum konyol kepada si pemilik rumah.

"Ucok?? Ngapain kesini? Nyari Ayah?" tanya Mentari yang sudah menebak dengan pasti jika teman-temannya ingin naik ke gunung pasti akan selalu mampir kerumahnya. Katanya sih mau minta restu. Hahaha..

Ucok menggeleng pelan sambil menggesek-gesekkan kakinya. Ia tersenyum kikuk, seperti sedang mengisyaratkan sesuatu. Dan sepertinya sedang menahan sesuatu. "Numpang kamar mandi ya Ri? Hehe.. Boleh?"

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang