Terik

115 23 0
                                    

Hallo semua !
Cuman mau ngasih tau nih kalo pada bagian awal cerita kebanyakan flashback nya ya. Jadi tetap enjoy bacanya yah.
Salam kenal, Ade. 😊

***
-Mentari Kecil-

Hari itu langit sangat cerah. Tak ada gumpalan awan putih diatas sana, hanya ada biru yang luas terbentang di cakrawala. Mentari mengawali pagi dengan membuka mata dan melihat jarum jam tepat pukul 07.00 wib. Mentari segera bangkit dari pulau kapuk dan langsung bergegas mandi express. Jika jarum jam sudah lewat pukul 7, bagi Mentari takkan sempat untuk sarapan nasi. Karena butuh waktu lama untuk mengunyahnya. Lebih baik makan roti siap saji, praktis. Meski sebelum jam istirahat nanti bisa  diastikan perutnya sudah keroncongan.

Mentari pergi sekolah naik sepeda. Untuk seumuran gadis kecil kelas 2 Sd seperti Mentari, bisa dikatakan sudah sangat mandiri jika pergi sekolah naik sepeda dan tidak diantar orangtua. Di sekolah Mentari, hanya Mentari dan dua temannya yang pergi sekolah menggunakan sepeda. Lainnya, ya diantar dengan orangtua.

"Bundaaa, mana sepedanya? Mentari harus cepat, gak mau telat lagi."

"Siapa suruh kamu males bangun pagi? Kalo kamu telat, ya itu salah kamu bukan Bunda." jawab Bunda sembari mengeluarkan sepeda dari pintu belakang rumah.

"Iya iya besok Mentari bangun pagi. Tapi gak janji, hehe."

"Hmm.. Yauda katanya Mentari mau cepat kok malah ngajak Bunda cerita."

"Iya Mentari pigi yaa Bunda, Assalamualaikum" kata Mentari sambil menyalam tangan Bunda.

"Waalaikumsalam."

"Yaaah.. Ayaaaaah.. Mentari pigi sekolah dulu yaa." ucap Mentari kepada Ayah yang sedang mencuci kereta kesayangannya.

"Siap gadisku. Hati hati yaa.."

Sebuah sepeda melaju sangat kencang diantara lalu lalang pembeli sarapan lontong sayur di pinggir jalan. Dan beruntungnya Mentari pagi ini, ia tidak telat lagi. Meski hanya selang satu menit ia tiba disekolah, dan lonceng langsung berbunyi. "Alhamdulillah..hihi"

Pelajaran pertama lulus dengan mulus disusul dengan jam istirahat yang membuat semua siswa kesenangan seperti mendapatkan jackpot. Ada siswa yang langsung ambil posisi bermain kelereng, lompat tali (mamase) diluar kelas, ada juga yang main samberlang, dan ada yang hanya duduk diam di dalam kelas, dan terakhir ada siswa yang langsung go to canteen seperti Mentari yang sudah kelaparan.

"Wak, beli mi gomaknya sama goreng tempe satu, dibungkus aja ya Wak" pinta Mentari pada Uwak kantin.

"Goreng tempe apa tempe goreng?hayoo" goda uwak kantin kepadanya.

"Eh iya tempe goreng Wak. Hehe."

"Ini nah.."

"Makasi Wak."

"Samasama, Mentari."

"Wak.. O wak.. Tempe goreng Uwak enak loh, tipis tipis gitu. Bunda Mentari kalo buat tempe goreng pasti tebal tebal gak kayak buatan Uwak."

"Hahahaha, kamu ini ada ada aja yaa."

"Hehehe. Tapi beneran enak Wak."

Disela asiknya bercanda dengan Uwak kantin, lonceng pertanda masuk pun berbunyi. Padahal belum sempat Mentari memakan makanannya, tapi kok rasanya sudah kenyang bercanda dengan Uwak kantin yang punya selera humor tinggi.

Di kelas.

"Heh, dari mana aja? Aku cariin tau dari tadi." kata Cahya sambil memanyunkan bibir kepadanya.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang