Pendakian Pertama

30 3 0
                                    

Juli, 2015.

Tatap matanya tajam menyala dengan kelembutan,
Genggaman tangannya kuat namun menghangatkan;
Virga.

Seusai menuliskan segelintir sajak malam, Mentari menutup buku bersampul jingga dan menyimpannya di laci lemari. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memiringkannya sedikit sembari memandangi carrier yang sudah siap tempur esok pagi. Perlahan ujung bibirnya tertarik sedikit ke atas, karena di fikirannya mulai muncul khayalan-khayalan indah tentang perjalanannya esok hari.

Tepat seminggu yang lalu ketika Virga ingin menemui Ayahnya, ternyata Virga punya maksud dan tujuan lain bahwa dirinya ingin meminta izin kepada Ayah Mentari untuk mengajak Mentari naik gunung bersamanya. Bukan untuk meminta izin melamar anaknya, hahaha. Virga masih belum berani mengatakan hal itu.

Jelas Ayah Mentari sangat mempercayai Virga karena sebelumnya juga ia pernah pergi kemping bersama Virga. Dan Ayah Mentari mengizinkannya.

Ketika malam itu, Kholil, Ayah Mentari pulang ke rumah. Ia langsung menemui puterinya di dalam kamar yang sedang asik membaca buku.

"Asiknya yang baca buku itu," ucap Kholil.

Mentari menoleh, "loh Ayah udah pulang?"

"Buktinya ini udah di kamar kamu."

Mentari tertawa dan meletakkan bukunya.

"Oiya, awal bulan agustus kamu ada rencana nggak?" tanya Kholil.

Mentari bergumam sambil berfikir, lalu menggelengkan kepalanya, "enggak Yah."

"Bagus,"

"Emang kenapa Yah?"

"Tadi Virga ke toko, dia bilang mau ngajak kamu kemping bulan depan."

Mentari melotot sambil berkata, "serius?"

"Iya Sayang."

Mentari seolah sedang terbang di atas bunga-bunga yang bermekaran. Ia merasa senang sekaligus bangga terhadap Virga yang berani meminta izin langsung pada Ayahnya.

"Tapi Virga kok gak bilang Mentari dulu ya Yah kalo mau ngajak kemping."

"Mau kasih kamu surprise mungkin," jawab Kholil sambil tersenyum.

Begitu juga Mentari, ia terus tersenyum hingga waktu itu tiba. Esok hari ia akan pergi bersama Virga. Kemping pertama mereka ke Gunung Pusuk Buhit di Pulau Samosir.

***

Awal Agustus.

Esoknya, seperti janji Virga kemarin. Ia tiba di rumah Mentari pagi hari dan sudah membawa peralatan yang lengkap. Begitu juga Mentari, ia telah menyiapkan segalanya ketika malam hari. Jadi saat pagi tiba mereka hanya perlu berangkat saja.

"Jangan begadang," kata Nilla, Bunda Mentari.

"Iya Bunda,"

"Jangan makan terlambat,"

"Iya Bunda,"

"Jangan sembarangan berkata dan berbuat,"

"Iya Bunda,"

"Ja-"

"Sudahlah, anak gadismu ini sudah besar. Dia tau mana yang baik dan buruk untuknya," potong Kholil.

Sedangkan Nilla hanya mengangguk. Ia percaya pada anaknya. Hanya saja meskipun Mentari sudah menaiki gunung beberapa kali, ia masih tidak bisa menghilangkan rasa khawatir terhadap anaknya. Apalagi Mentari anak perempuan satu-satunya yang ia punya.

MENTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang