Prolog

1.1K 76 25
                                    

Mengadu nasib di ibukota membuat Kathryn dan adiknya harus bekerja keras supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup. Bertemu dengan pria aneh dan cuek membuatnya harus terjebak dalam permainan pria itu.

Kathryn berjalan di trotoar. Dia sedang mencari cara agar dia memiliki pekerjaan dengan cepat. Dia hanya memakai kaos merah muda polos dan celana jeans yang sobek di bagian lututnya. Bukan karena style, melainkan akibat terjatuh saat dia ingin kabur dari kejaran orang jahat. Tinggal di ibukota membuat dia selalu bertemu dengan banyak preman.

Kathryn memegang lututnya karena lelah. Napasnya mulau tidak teratur. Dia mengambil tisu yang ada di dalam tasnya. Setelah preman-preman itu tidak lagi mengejarnya, dia duduk di pinggir trotoar. Dia membuka minuman kemasan karena merasa tenggorokannya sangat kering.

Kathryn berdiri dan memasukkan minuman kemasan itu ke dalam tasnya. Dia sangat lelah, tapi dia belum menyelesaikan tujuannya untuk keluar rumah. Dia harus mencari pekerjaan yang memiliki upah besar agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebenarnya Kathryn sudah memiliki pekerjaan, yaitu sebagai buruh cuci baju. Namun, pekerjaan itu tidak cukup untuk membeli obat adiknya, Grae.

Kathryn berjalan gontai menyebrang jalan. Dia sangat lelah dan dia harus kembali ke rumah karena hari sudah mulai gelap.

-o0o-

Daniel sedang berada di depan laptopnya. Terlihat kemeja biru tua yang awalnya rapi itu, kini menjadi kusut. Daniel mengacak rambutnya frustasi. Dia sangat lelah karena pekerjaan yang harus di selesaikan tepat waktu. Daniel sudah ada janji dengan mamanya untuk makan malam bersama. Sepertinya, Daniel harus membatalkan janjinya lagi.

Daniel mengambil benda tipis bertuliskan Vivo di meja kerjanya. Dia mulai mengetik nama mamanya di sana. Karla Padilla, itu adalah nama mamanya.

"Halo, Ma. Sepertinya aku harus membatalkan janjiku lagi. Aku sedang sangat sibuk. Mungkin aku akan pulang pukul sebelas malam," ucap Daniel setelah panggilan tersambung.

"Kau ini! Selalu sibuk dengan pekerjaan. Bisakah kau berhenti sebentar dan mulai mencari seorang gadis yang akan kau nikahi?! Mama tidak sabar ingin menggendong cucu!"

"Ma, kalau ingin menggendong cucu, mama kan bisa gendong anaknya kak Rian, tetangga kita. Mama gak usah maksa aku buat ketemu sama anak dari teman-teman mama lagi. Daniel capek, Ma. Lagian Daniel masih muda dan ingin fokus kerja dulu," ucap Daniel dengan suara yang mulai serak karena lelah.

"Terserah kau saja. Jikabtahun depan kau belum juga memiliki kekasih, kau akan mama jodohkan dan tak ada penolakan!"

"Iya, Ma."

Daniel mengacak rambutnya kesal. Dia sangat kesal dengan mamanya yang menginginkan Daniel agar cepat menikah. Daniel mematikan laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas kerjanya. Kemudian dia berjalan keluar dari ruangan. Dia ingin menenangkan dirinya sebentar dengan bertemu sahabatnya, James Reid.

To : James Reid
James, bisakah kita bertemu? Aku ingin bicara denganmu.

From : James Reid
Maaf sobat, aku sedang bersama Nadine. Kalau kau ingin bicara, datanglah ke kafe milik mamanya Nadine. Kau tahu, kan? Kita pernah ke kafenya dulu.

To : James Reid
Baiklah. Aku segera ke sana.

Daniel menyetir mobilnya dengan sangat kencang karena entah mengapa hari itu jalanan sepi. Seorang gadis meyebrang jalan dengan santai tanpa melihat kanan-kiri. Daniel yang melihat itu, memencet klaksonnya berkali-kali, tapi gadis itu hanya diam. Daniel akan menabrak gadis itu, jika dia tidak menginjak remnya. Daniel sudah mengumpat beberapa kali di dalam mobil.

Don't Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang