Bab 16 - Amsterdam

257 32 35
                                    

I should feel happy because I'll meet she again. But, why instead I feel hate she?

—o0o—

Malam ini Kathryn merasa aneh. Tiba-tiba dia sangat merindukan ibunya. Entah di mana ibunya berada, bagaimana keadaannya, dan apakah dia masih hidup?

Grae sudah tidur dari satu jam yang lalu. Tadi sore, dia full bermain games bersama Brace. Dia merasa tidak enak, jika menolak ajakan Brace.

Kathryn membolak-balikkan tubuhnya ke kanan dan kiri. Dia merasa tidak tenang, dia merasa seperti ada hal buruk yang terjadi, dan perasaannya itu membuatnya tidak bisa tidur.

Kathryn mengangkat tubuhnya, sehingga dia tertuduk dengan kepala menunduk. Kathryn mendorong rambut depannya ke belakang, dia juga mendongakkan kepalanya ke atas.

"Kak, ada apa? Hua.. Kena, hua... Kenapa kau bangun? Apa sudah pagi? Perasaan aku baru tidur sebentar deh," oceh Grae dengan suara khas orang bangun tidur.

"Eh, kau terbangun ya? Maafin kakak ya. Tidur lagi deh ini masih tengah malam," ucap Kathryn menidurkan Grae kembali. Kathryn seperti ibu bagi Grae. Dia selalu berusaha agar Grae tidak kehilangan seorang ibu dan ayah.

"Kakak juga tidur ya!"

"Iya, kau bawel sekali. Kau sudah seperti Brace," ucap Kathryn yang tentu dibalas Grae dengan pelototan.

"Kak, jangan pernah menyamaiku dengan Brace! Aku lebih tampan darinya, aku lebih tinggi, suaraku pasti lebih bagus, dan aku tidak banyak tingkah seperti dia," oceh Grae yang membuat Kathryn tersenyum geli.

"Hahaha, iya, iya. Jangan bersikap buruk pada Brace! Kau dan dia nanti akan jadi teman sekelas kan? Jadi, jaga sikapmu itu, oke?" ucap Kathryn sembari mengelus kepala Grae.

"Kak, ayo tidur! Jangan terus mengelus rambutku ini! Nanti rambutku jadi berantakan," ucap Grae sambil memindahkan tangan kakaknya ke kasur.

Kathryn tidur dengan melihat wajah teduh adiknya. Dia merasa senang karena adiknya itu tidak merasakan apa yang dia rasakan sekarang. Tanpa diketahui Kathryn, sebenarnya Grae selalu rindu dengan ayah dan ibunya.

—o0o—

Sebentar lagi, matahari akan ke posisinya. Brace dan Grae sudah bangun dan sudah mandi. Pagi ini, mereka akan jogging bersama. Tentu saja tidak berdua, tapi berempat.

Brace membuka tirai dengan kasar, "KAK, BANGUN! AYO JOGGING BARENG!"

"Busyet dah, ini orang apa beruang yang lagi hibernasi? Tidur kagak bangun-bangun. Tumben banget nih bocah," gumam Brace sambil berjalan mendekati kakaknya. Brace akan berteriak tepat di telinga kiri Daniel, tapi sebelum Brace berteriak, Daniel sudah membuka matanya.

"Kau mengatakan aku ini bocah, ha? Di sini yang bocah plus ingusan siapa?" tanya Daniel dengan suara beratnya. Dia memosisikan tubuhnya dengan duduk. "Untung saja kau tidak jadi berteriak di telingaku. Bisa-bisa aku jadi tuli," lanjut Daniel sambil pergi ke kamar mandi dengan hanya membawa handuk.

"Cepet ya, kak! Aku mau ke kamar Grae dulu. Mau ngajakin dia sarapan bareng. Bye kakak ingusan... Hahahahahah..."

"DASAR BOCAH INGUSAN YANG SENENGANNYA JOGET-JOGET GAK JELAS!" teriak dari kamar mandi. Pagi-pagi sudah emosi. Ini semua gara-gara Brace.

Sebelum membuka pintu, Brace menjawab ucapan dari kakaknya itu, "OY! ITU NAMANYA DANCE! DASAR MANUSIA PURBA, KAGAK TAHU DANCE."

Dan selanjutnya, Brace tidak mendengar ocehan kakaknya lagi. Alasannya dia ingin cepat-cepat kabur. Dia sangat senang mengganggu kakaknya, mungkin bisa dijadikan hobi baru.

Don't Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang