BAB 18 - Takdir

216 27 7
                                    

Hidup itu seperti cokelat, terkadang terasa manis, terkadang terasa pahit. Percayalah, bahwa perputaran hidup itu ada.

—o0o—

Daniel mengacak rambutnya dengan kasar. Lalu dia menatap mapnya kembali. Setelan jas yang dia kenakan mulai kusut dan membuat penampilannya terlihat berantakan.

Kathryn memang cepat untuk belajar. Buktinya, dia mulai mengerti mengenai masalah yang dihadapi perusahaan milik keluarga Daniel. Dia melihat penampilan atasannya yang sudah berantakan itu. Dia berniat untuk merapikan, tapi dia tahu kalau Daniel dalam mood tidak baik. Jadi, dia hanya diam.

—o0o—

"Apakah semuanya sudah siap?" tanya James pada Nadine.

"Sudah," jawab Nadine sambil mengalungkan tas selempangnya. "Kita akan ke mana dulu? Emmm, bagaimana kalau ke apartemen Kathryn saja?" lanjutnya dengan riang.

"Aku dengar, Daniel dan Kathryn sedang berada di Amsterdam karena cabang perusahan milik keluarga Daniel sedang bermasalah. Tenang saja, sayang, aku sudah bilang tanggal pernikahan kita ke mereka. Mereka pasti datang," ucap James sambil mengelus kepala Nadine.

"Ternyata ada urusan perusahan. Huft, kalau begitu, kita akan ke mana dulu?" tanya Nadine lagi.

James menampilkan senyum manisnya dan menarik tangan kanan Nadine. James menarik Nadine menuju mobilnya untuk membawa Nadine ke suatu tempat.

Setengah jam dilewati dengan diam, tapi saling menampilkan senyuman. Senyuman yang begitu tulus. Nadine dan James sudah sampai di rumah yang tidak terlalu besar, tapi terkesan elegan. James turun untuk membukakan pintu mobil Nadine. Sungguh romantis.

"Ini rumah siapa?" tanya Nadine penasaran. Sebelumnya Nadine tidak pernah diajak James ke rumah tersebut.

James mengetuk pintu rumah itu dengan senyum cerah. Pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita yang berusia sekitar 50-an. "Selamat siang, Tuan," sapa wanita paruh baya tersebut.

"Siang, Bi," balas James. Nadine hanya diam karena bingung. "Ayo masuk!" ajak James. James menarik Nadine untuk masuk ke dalam rumah.

"Ini rumah siapa, James?" tanya Nadine yang berhenti berlari.

James tersenyum, "Ini rumah kita, sayang. Bagaimana, kau suka?" ucap James sambil menangkup pipi Nadine menggunakan kedua tangannya.

"Emmm, aku suka. Kenapa kau tidak bilang dari tadi?" jawab Nadine.

"Hahaha, kejutan untukmu, sayang..." ucap James sambil mencubit kedua pipi Nadine gemas.

Nadine dan James mengelilingi rumah yang sudah dibeli James dengan kerja kerasnya selama ini. Bekerja keras untuk orang yang kita sayangi, tidak akan menjadi beban, malah akan menjadi kebahagiaan tersendiri.

James akan menghabiskan waktunya dengan Nadine sebelum menyebarkan undangan pernikahan mereka.

—o0o—

Seorang wanita paruh baya tengah berjalan santai di tempat biasa pejalan kaki berlalu-lalang. Dia membawa tas jinjing yang berisi beberapa berkas tuannya. Setelah berjalan sekitar lima menit, sampailah dia di tujuannya.

Wanita paruh baya tengah berjalan masuk ke kantor tuannya dengan santai. Masuk ke lift dengan santai, tanpa ada rasa ragu maupun takut.

Di lantai 12 wanita itu berada sekarang. Dia melepas masker yang ia kenakan. Kemudian, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Don't Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang