Bab 20 - Adaptasi

222 23 36
                                    

Bagi sebagian orang, beradaptasi dengan lingkungan baru adalah hal yang cukup sulit. Grae sendiri merasa gugup ketika dia dan Brace turun dari mobil.

Pak Galih menghentikan mobil tepat di depan pagar sekolah. Setelah berpamitan pada Pak Galih, Grae dan Brace turun dari mobil. Sesekali Brace menyapa kakak kelas yang berpapasan dengannya.

"Apa kau gugup, Grae?" tanya Brace.

"Tidak," jawab Grae bohong. Grae menyembunyikan ekspresi gugupnya dengan menarik rambutnya ke belakang.

Brace menepuk pundak kiri Grae, "Hei, kawan! Aku tahu, kau gugup kan? Dulu saat pertama kali masuk sekolah, aku juga sangat gugup. Tapi, tenang! Ada aku yang bisa membantumu."

"Terima kasih, Brace," ucap Grae dengan tersenyum.

Brace dan Grae sudah sampai di depan kelas. Kemarin, Daniel sudah meminta tolong pada Pak Galih untuk mendaftarkan Grae di sekolah yang sama dengan Brace.

"Brace!" teriak beberapa orang dari belakang.

"Woy! Whats up, Man!" sahut Brace sambil bersalaman dengan ketiga sahabatnya. Bukan John dan Joaquin. Mungkin mereka terlambat.

"Sapa nih?" tanya Arifin dengan menyipitkan kedua matanya.

"Ini Grae, adik pacarnya kak Daniel. Grae, kenalin, kalau yang pakek kacamata namanya Andra, ini Agus, dan yang item ini, Arifin!" ucap Brace.

"Yaelah, masak item?" elak Arifin yang tak terima disebut item.

"Udah, terima nasib aja, Fin!" ujar Agus dengan menepuk punggung Arifin.

"Grae!" ucap Grae dengan menjulurkan tangan kanannya.

"Andra."

"Arifin."

"Agus."

"Udah kan? Sekarang kita masuk ke kelas yuk!" ajak Brace dengan menyenderkan lengan kiri Grae.

Ketika lima siswa tampan masuk, semua orang yang ada di dalam kelas seperti orang yang sedang bertransaksi di pasar. Brace mengernyitkan dahinya.

"Eh? Kenapa semua orang berkumpul di bangku si cewek kutu buku?" gumam Brace.

"Hm, ada apa dengan si cewek kutu buku itu ya?" tanya Arifin sambil menepuk dagunya menggunakan jari telunjuk, berpura-pura berpikir.

"Woy! Ada apaan nih?! Pagi-pagi udah kayak pasar!" teriak Arifin yang sudah tidak tahan lagi karena penasaran.

"Eh, Fin! Kagak usah teriak-teriak lagi! Ini nih, Luluk ultah," jawab Andree.

Arifin menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum malu. Gara-gara teriakannya, semua mata tertuju padanya dengan tatapan tidak suka. Brace dan Agus hanya menganggukkan kepala. Andra menepuk keningnya karena dia melupakan sesuatu. Sedangkan Grae, dia hanya mengamati sekitar.

"Luluk ultah hari ini? HBD ya, kutu buku!" ucap Andra yang dibalas anggukan dan senyuman dari Luluk.

Arifin, Agus, dan Brace juga mengucapkan selamat ulang tahun pada Luluk. Grae masih diam tidak berkutik. Dia hanya berdiri di samping Brace tanpa tahu apa yang harus dia lakukan. Apa dia harus mengucapkan hal yang sama seperti yang lain?

"Eh, btw, sembilan hari yang lalu, si Grae juga ultah loh. Di kelas ini yang ultah bulan November kan cuman Luluk. Nah, sekarang ada Grae. Wah... Apakah ini yang dinamakan jodoh?" ujar Brace membuat semua orang tertawa dan mengejek Luluk serta Grae.

"Ini anak baru?" tanya sang bendahara, Binti.

"Iya, Bin. Namanya Grae. Ganteng kan? Tapi, jangan direbut! Kan udah punya si Luluk. Ciyeee pipi Luluk jadi merah..." jawab Brace yang membuat seisi kelas mengejek Luluk.

Don't Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang