Bab 10 - Kebahagiaan

261 40 3
                                    

Brace berlari di koridor sekolahnya. Dia membawa gitar ke sekolah. Seperti biasa, banyak pasang mata yang menatap Brace dengan rasa kagum. Rata-rata, haters dari kalangan para pria yang iri dengan ketampanan milik Brace.

Brace sudah berada tepat di depan kelasnya. Melangkah masuk dengan sok gagah. Agak sombong memang. Tapi, hari ini, dia ingin mencari perhatian seseorang. Saran-saran yang dia dapat dari kakaknya, dia lakukan. Meski, dia tidak sepenuhnya percaya dengan saran dari kakaknya itu, tapi dia tetap mencobanya.

"Hallo, guys!" teriak Brace dengan melambaikan tangan kirinya.

Penghuni kelas Brace semuanya menatap Brace heran. Ada apa dengan Brace hari ini? Penampilannya masih sama, tapi tetap saja ada yang beda pada dirinya.

"Pagi, Brother!" ucap teman yang pernah menjadi pendampingnya saat lari keliling lapangan, Arifin.

"Kok ada yang aneh ya...?" selidik ketua kelas, Andra.

Brace hanya tersenyum menanggapi omongan Andra. Ketua kelas ini, memang yang paling teliti. Bahkan, dia selalu mengecek lantai setelah petugas piket selesai. Dia tidak ingin ada kotoran sedikit pun.

"Tebak!" perintah Brace.

Arifin dan Andra menatap Brace dari atas sampai bawah. Tidak ada yang beda. Penampilannya masih sama. Lesung pipi juga masih ada.

"Apaan sih yang baru?" tanya Arifin kesal.

"Daleman gue yang baru. Hehehe..." jawab Brace cengengesan.

Arifin pergi begitu saja meninggalkan Brace yang masih cengengesan. Gak heran, kalau Brace itu aneh setiap hari. Bawaannya tuh, pengen mukul, tapi takut dosa. Duh, jadi bingung.

"Brace, bisa gak sih, gak aneh sehari aja?" ucap Andra.

"Hehehe, gak bisa. Udah dari kandungan kayak gini. Kau gak usah protes!"

"Terserah deh. Btw, nanti temenin aku ke mall ya?" ucap Andra.

"Ngapain?" tanya Brace.

"Ya beli baju lah..."

Brace mengacungkan jempolnya tanda setuju. Kemudian, dia duduk di bangkunya. Hari ini ada pelajaran musik. Pelajaran yang disukai oleh Brace.

---o0o---

Hari sudah menjelang sore. Daniel dan Kathryn sudah selesai bekerja. Mereka pergi ke apartemen milik Daniel. Makan siang dengan Nyonya Adel, membuat Kathryn harus ekstra bersabar.

Flashback on

"Hallo, Mr. Daniel! How are you?"

"I'm good. How are you, Mrs. Adel?"

"I'm fine too. So, she is your wife?"

"Dia sekretarisku."

Kathryn hanya tersenyum manis. Dia tidak akan banyak bicara sesuai perintah Daniel. Mrs. Adel masih cukup muda. Kira-kira, umurnya masih 38 tahun.

"Jadi, siapa namamu?"

"Namaku Kathryn, Mrs."

"Ah, sepertinya, aku pernah melihatmu di bawah jembatan..."

Kathryn sedikit terkejut, tapi dia langsung mengubah ekspresinya menjadi lebih tenang, "Mungkin Mrs. Adel salah lihat."

Don't Trust LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang