5. Positif

29.3K 1.9K 87
                                    

"Lend, aku pamit pulang dan Rein kerja yang bener jangan coba bunuh diri lagi," ucap Ben sebelum pergi.
Varlend semakin merasa bersalah mendengar penuturan terakhir Ben bahwa wanita itu mencoba bunuh diri. Ia semakin merasa bersalah, tetapi bagaimana caranya dia minta maaf karena kata maaf tak akan mengubah segalanya. Wanita itu pasti tak akan mau memaafkannya.

Haruskah dirinya bertanggung jawab pada wanita asing itu yang tak pernah ia cintai? Sementara hatinya masih terkunci pada seorang gadis yang berada jauh di negeri seberang.

"Maaf Presdir, apakah benar Anda memanggil saya. Saya Reiniza," ujar Rein membuyarkan lamunannya.

Varlend yang tersadar bahwa wanita itu mengajaknya bicara  langsung tersadar bahwa perempuan itu tak mengingatnya atau pura-pura tak mengenalnya untuk membalas dendam. Ia bertanya-tanya pada hatinya. Jika, memang benar wanita itu tak mengenalnya seharusnya dirinya bersyukur.

"Silakan duduk," ujar Varlend ramah. Untungnya pria ini mudah mengubah ekspresi sehingga Rein tak curiga.

"Emh, saya tertarik dengan desain Anda dan berencana untuk segera mempublikasikannya ke media. Apakah Anda setuju jika desain Anda akan menjadi brand utama perusahaan tapi kami tidak bisa menggunakan nama Anda sebagai perancangnya. Seperti yang Anda tahu kalau desainer kontrak hanya berperan untuk membantu saja," jelas Varlend sambil mengamati setiap pergerakan Rein.

Rein memang tak berharap banyak dengan hasil kerjanya. Ia sudah bersyukur menjadi desainer kontrak di sini dengan harga yang lumayan menarik, tapi ia harus berpikir keras nantinya akan bekerja di mana saat kontraknya habis. Saat para karyawan mengucapkan jika desain dari para desainer kontrak bisa memenangkan proyek, maka perusahaan akan mengangkatnya menjadi desainer tetap, sehingga ia tertarik untuk mengikutinya.

"Maaf, kalau boleh saya tahu. Apakah jika saya menyetujui kontrak kerja ini, saya bisa diangkat menjadi pegawai tetap?" tanya Rein ragu.

"Perusahaan akan memberikan uang kepada Anda dua ratus juta dan hadiah berlibur ke Hawai karena beberapa gambar pakaian akan diambil di sana, sehingga Anda bisa melihat para model menggunakan pakaian rancangan Anda. Sementara untuk masalah pegawai tetap, Anda bisa mengikuti beberapa tahap tes empat bulan lagi."

Rein mengangguk mengerti. Kandaslah sudah harapannya. Tak sampai empat bulan kontraknya sudah habis. Itu tandanya jika ia mengikuti seleksi itu berarti sebelumnya ia harus mencari pekerjaan dulu.

"Nona Anda baik-baik saja, kan?" tanya Varlend yang melihat gurat kesedihan di wajah cantik itu. Selain itu, Varlend juga menyadari muka wanita itu juga memucat yang menandankan perempuan di hadapannya sedang dalam keadaan tidak sehat.

Lagi-lagi Rein hanya mengangguk.

"Minumlah," ujar Varlend sambil menyodorkan teh miliknya yang belum sempat ia minum. Rein langsung meminumnya, tetapi perutnya malah terasa mual. Ia pun langsung memuntahkan seluruh isi perutnya karena tak mampu menahannya. Varlend yang duduk di sofa bersebelahan dengan Rein terkena sedikit muntahan.

"Maaf," lirih Rein sebelum ia kehilangan kesadarannya.

Varlend yang melihat itu langsung menghubungi dokter pribadinya untuk segera datang memeriksa keadaan Rein. Lelaki itu juga menyuruh cleaning service untuk membersihkan ruangannya itu. Ia gendong tubuh mungil itu ke kamar pribadinya yang bersebelahan dengan ruang kerjanya. Perusahaan itu memang memiliki kamar khusus untuk pemiliknya, jadi tak heran jika Varlend memiliki kamar pribadi di kantornya sehingga sewaktu lembur ia bisa merebahkan tubuhnya di kamar itu.

Selepas membaringkan Rein. Ia langsung membersihkan sudut bibir wanita itu dengan tisu basah, lalu Varlend mengganti jasnya. Tak lama kemudian dokter pribadinya telah datang dengan peralatan lengkapnya.

Dokter bermata savir itu langsung bergegas memeriksa Rein.

"Bagaimana keadaannya, Net?" tanya Varlend pada gadis bermata biru itu yang tak lain adalah sahabatnya.

"Dia baik-baik saja," jawab Netta dengan santai begitu selesai memeriksa Rein.

"Serius?" Varlend menatap gadis itu lekat.

"Setahuku itu adalah gejala biasa pada wanita hamil muda. Kau tanyakan saja untuk lebih lanjutnya ke dokter kandungan."

Varlend yang mendengar kabar baik itu seperti tersambar petir. Hatinya semakin ketakutan. Hal yang tak pernah ia duga malah terjadi. Dirinya benar-benar bingung sekarang. Mengakui perbuatannya dan langsung bertanggung jawab atau pura-pura tidak tahu dan terus berbohong selamanya. Sebenarnya dirinya ingin menebus dosanya, namun bukan berarti ia mau menikah dan menerima anak itu dengan mudahnya. Apalagi, ayahnya pasti akan sangat murka kepadanya jika mengetahui kebenaran itu.

***

Dua jam berlalu, Rein akhirnya tersadar juga dari pingsannya. Ia pandangi ruangan itu saksama yang tampak asing untuknya. Dirinya benar-benar bingung di mana dia berada. Perempuan itu memutuskan untuk memutar knop pintu yang ia yakini akan membawanya keluar dari kamar itu yang ternyata ruangan itu langsung terhubung dengan ruangan kerja Varlend.

Benar saja saat Rein membuka pintunya, ia langsung melihat pemuda itu yang tengah menatap kosong langit-langit.

"Maaf Presdir atas kesalahan saya tadi, sehingga sangat merepotkan Anda," ujar Rein dengan suara parau. Ia takut akan kehilangan pekerjaannya sekarang.

"Tidak apa-apa. Lebih baik kau jangan terlalu banyak memikirkan masalah karena tidak baik untuk kandunganmu," jawab Varlend setenang mungkin.

Seperti bom waktu akan segera meledak menghancurkan semua kehidupan di bumi. Rein tak pernah menyangka bahwa dirinya akan mendapatkan sebuah petaka dari dosa orang lain. Dunianya serasa runtuh seketika. Waktu terasa tak bersahabat padanya karena tak memperkenankannya untuk memutarnya kembali. Jika bisa ia tak akan datang ke pesta itu.

"Tidak, ini tidak mungkin. Presdir Anda bercanda, kan?" lirih Rein. Air matanya tak kuasa dibendung lagi. Mengalir dengan derasnya. Bagaimana kehidupannya selanjutnya? Orang tuanya pasti akan sangat malu karena wajah mereka seolah dicoreng dengan arang karena tak bisa menjaga anak gadisnya.

"Tenanglah," bujuk Varlend sembari memeluk tubuh rapuh itu. Ia usap punggung Rein dengan lembut.

"Kalau kamu punya masalah, kamu bisa cerita pada saya. Anggap saja saya temanmu," ujar Varlend yang sebenarnya ketakutan jika hal buruk terjadi. Dalam hatinya, ia berharap semua akan baik-baik saja.

"Saya benci hidup saya. Masa remaja saya tak ada yang indah, saat kuliah saya berasa hidup memiliki kekasih yang sempurna. Namun, tepat dua  bulan yang lalu, dia meninggalkan saya, setelah itu saya pergi ke pesta tanpa pasangan dan bertemu pria berengsek yang memberi saya minuman yang dicampur obat dan malam itu hal yang tak diharapkan pun terjadi," ungkap Rein dengan lancarnya, tanpa ia sadari kalau telah membuka aibnya. Rasa kesal dan kekecewaan membuatnya frustrasi. Ia benar-benar butuh teman bicara.

Varlend merasa menjadi pria terberengsek di dunia. Ia paham betul pria yang melukai hati wanita sama seperti melukai hati ibunya, tetapi dirinya belum siap mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab.

"Diperkosa dan hamil tanpa tahu wajah pria itu rasanya sungguh menyakitkan. Bagaimana jika anak saya bertanya kelak seperti apa rupa ayahnya? Saya harus menjawab apa? Belum lagi hujatan orang lain," jelas Rein memendam amarah. Raut wajahnya memerah, tangannya mengepal seketika. Bulir-bulir air matanya semakin menjadi.

Bayangan malam itu berputar kembali. Begitu gelap, ia terbangun setelah tertidur karena pengaruh obat dalam keadaan sedang dicumbu. Ingin memberontak, tetapi tubuhnya terlalu lemas setelah meminun minuman yang diberikan oleh pria asing kala itu.

Varlend menatap Rein iba, renyut jantungnya berdetak dengan kencang.  Rasa bersalah semakin menjadi. Membuat keringat dingin mengucur dari pelipisnya karena ketakutan.

"Tuhan pasti punya rencana yang baik untukmu. Percayalah semuanya akan baik-baik saja karena Tuhan ada di sisi kita," hibur Varlend setenang mungkin, yang sebenarnya tak yakin semuanya akan baik-baik saja. Jemarinya tergerak untuk menghapus air mata Rein, pandangan mereka bersitemu sejenak.

Tbc...

Apa pendapat kalian tentang Varlend?
Munafik apa berengsek?

Am I Pregnant? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang