Istana pasir itu semakin lama semakin tinggi. Bangunan-bangunan yang terbentuk dari sebuah kaleng mungil menjadikan istana itu terlihat begitu indah. Dengan puncak yang dibentuk kerucut, sangat nampak layaknya istana yang sesungguhnya. Di sekeliling istana tersebut juga dikelilingi oleh pagar setinggi separuh dari tinggi istana. Menjadikan istana pasir terlihat sempurna. Hingga gulungan ombak kecil meruntuhkannya tanpa dapat dicegah lagi.
Angela tertawa ringan melihatnya. Istana yang sudah susah payah dibuatnya dengan putri tunggalnya, Vita, kini hanyut terbawa riak ombak. Vita menekuk bibirnya karena kecewa sekaligus kesal. Si mungil itu bersedekap dengan mata menyorot marah.
"Nggak apa-apa, Sayang. Nanti kita buat di sana ya." Ela menunjuk gundukan pasir di bawah pohon kelapa. "Biar nggak terkena ombak lagi."
"Tapi pasir di sana kering, Ma," protesnya hampir menangis. Sekali lagi Ela tertawa. Ingin sekali dicubitnya pipi tembem itu saking gemasnya.
"Gampang, kita siram pake air laut aja, ya. Jangan cemberut, dong. Harusnya kamu tertawa saat istanamu terbawa ombak."
"Mama gimana sih, istana ambruk kok malah disuru ketawa."
"Aduh, udah deh, Sayang. Besok kita main lagi. Kita cari tempat yang agak jauh tapi yang pasirnya masih bisa dibentuk. Oke?" Ela mengangkat dua jempolnya. "Sekarang waktunya kita kembali ke hotel. Vita harus mandi."
Mendengar kata mandi, Vita mengangkat alisnya seperti bersuka cita. "Mandi di kolam renang, Ma?"
"Mandi di kamar mandi dong. Kolam renang kan bukan tempat untuk mandi. Kalau mau belajar berenang, gimana kalau besok pagi aja? Sekarang bukannya Vita capek?" Ela berusaha membujuk karena sejujurnya dia sendiri sudah sangat lelah. Seharian ini dia menemani Vita berwisata di sekitar pantai. Mumpung Vita libur, jadi Ela menyempatkan diri untuk membahagiakan Vita.
"Oke deh, Ma. Vita pengen mandi terus mimik susu sambil nonton kartun ya, Ma."
"Sip." Kali ini Ela mengangkat kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia menunggu kedua tangan Vita memukulkannya pada telapak tangannya.
"Tos!" ucapnya lucu kemudian mereka tertawa bersama.
Dengan menenteng sandal masing-masing, mereka berjalan menelusuri pinggir pantai untuk menuju resor yang telah Ela pesan. Sebuah resor terbaik yang memiliki fasilitas lengkap dengan sebutan bintang lima, berlokasi paling dekat dengan Pantai Anyer.
Sudah sejak tiga bulan yang lalu Vita merengek meminta liburan ke tempat wisata. Dia terus menagih janji ibunya yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Meskipun selama ini Vita adalah anak berumur lima tahun yang sangat pengertian sekali terhadap kesibukan ibunya, tapi ketika libur sekolah tiba, dia tidak mau lagi mengalah dengan pekerjaan ibunya. Dia paham sekali bahwa hari libur adalah waktunya untuk bermanja kepada ibunya. Jadi Ela pun tidak akan melupakannya.
Sebagai single parent, Ela selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi Vita. Mulai dari kebutuhan sehari-hari sampai perhatiannya sebagai seorang ibu. Ela memang tidak bisa menemani Vita seharian di rumah. Tidak bisa pula mengantar jemput anaknya apalagi menyuapi anaknya makan. Karena pekerjaan yang menuntutnya lebih dari sepuluh jam sehari, membuatnya menempa Vita menjadi anak mandiri sejak kecil.
Setiap hari Vita dijaga oleh Sofi, seorang asisten rumah tangga yang sudah selama lima tahun bekerja padanya. Ela menyerahkan pengasuhan Vita kepada Sofi. Dia mempercayakan semua kebutuhan Vita kepada Sofi. Karena itu pada saat hari libur begini, Ela akan memberikan waktunya seratus persen kepada putrinya. Dan lihat, Vita sangat bahagia sekali.
Pernah suatu waktu Ela menanyakan hal yang mengusik pikirannya setelah banyak status yang muncul di akun media sosial mengenai akibat dan resiko ibu bekerja terhadap putra-putrinya. Saat itu Ela memang terusik. Tapi sebagai seorang ibu yang hanya dia saja yang wajib membiayai hidup Vita, dia tidak punya pilihan lain. Akhirnya dia memberanikan diri bertanya kepada si cerdas Vita.
![](https://img.wattpad.com/cover/155221278-288-k88153.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angela (Terbit)
General FictionPerjalanan cintanya tidak semulus perjalanan karirnya. Pada usia 25 tahun, suaminya pergi selama-lamanya, meninggalkannya dengan seorang gadis kecil permata hatinya. Pada usia 28 tahun, suami keduanya mengkhianatinya, meninggalkan penyesalan dan sis...