2 - Pertemuan yang disengaja

15K 1.2K 29
                                    

Seoul, Mei 2017

Kini tepat dua tahun semenjak kelulusan Taehyung dari sekolah menengah atasnya. Sudah dua tahun pula ia menjadi mahasiswa jurusan kedokteran Universitas Seoul. Setelah hari kelulusan yang hanya dihadiri oleh sekretaris Lee, Taehyung bertekad akan mengubah sikap nakalnya selama ini. Dia sudah tak pernah mengikuti balapan liar, menjauh dari geng motor dan tak pernah menggunakan tinjunya untuk tawuran. 

Segala sesuatu tentunya dilakukan bukan tanpa tujuan. Taehyung hanya lelah. Bukan lelah untuk menjadi nakal. Dia lelah karena usaha yang dilakukannya selama ini untuk mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya tak pernah membuahkan hasil. Justru apa yang ia lakukan membuat dirinya semakin menjauh dari mereka. Dan mungkin mereka semakin membencinya.

Taehyung yang sedang berjalan menuju parkiran harus menghentikan langkahnya ketika tiba-tiba ada seseorang memanggilnya. 

"Taehyung - ah!" Jimin berteriak memanggil sang adik, kemudian berlari menyusulnya. 

"Kau mau pulang?" lanjut Jimin ketika sudah berada di hadapan Taehyung.

"Aniya, aku akan ke rumah sakit." Jawab Taehyung datar. 

"Kau masih ada kelas?" 

"Hmm" 

Jimin sudah terbiasa dengan sikap Taehyung yang datar. Dia sudah membiasakan diri dengan perubahan sikap sang adik. Satu hal yang masih membuatnya bingung adalah penyebab adiknya berubah. Seingat Jimin, selama sekolah dasar hubungan mereka baik-baik saja. Tapi semuanya berubah semenjak mereka memasuki sekolah menengah pertama. 

Tepatnya setelah Jimin menjalani operasi. Sepertinya ada hal yang terlewatkan olehnya selama ia dirawat di rumah sakit, dan hingga sekarang dia belum menemukan petunjuk sama sekali. Meskipun begitu, Jimin tetap  berusaha mendekati Taehyung walaupun hanya tatapan dan jawaban datar yang ia terima. Dia yakin Taehyung-nya akan kembali lagi. Hanya butuh waktu dan kesabaran untuk mendekatinya.Namun ada satu hal yang tak Jimin sadari bahwa Taehyung sudah terlalu jauh untuk kembali.

Hening beberapa saat ketika Jimin bingung karena jawaban yang sangat singkat itu.

"Kau sudah makan siang? Mau makan siang bersama?" tawarnya.

"Aku belum lapar. Aku bisa makan di rumah sakit nanti"

"Ah, baiklah" jawab Jimin sedikit kecewa. Inginnya untuk bertanya lagi ia urungkan karena takut Taehyung merasa terganggu. Jadi dia hanya diam, tak melanjutkan percakapan itu hingga Taehyung memutuskannya secara sepihak. 

"Aku pergi" bahkan sebelum Jimin sempat menjawab Taehyung sudah melanjutkan langkahnya menuju motornya. 

Jimin hanya bisa menghembuskan napas berat sembari melihat kepergian adiknya. 

Mungkin lain kali, jangan menyerah Jimin-ah.


.
.
.

Ketika senja telah habis, matahari kembali ke peradabannya digantikan oleh sang gelap. Di sebuah jalan kecil yang terlihat cukup sepi, seorang siswa tingkat akhir sekolah menengah atas yang mengenakan seragam basket lengkap dengan bola basket di tangannya, tengah berjalan sendirian. Pemuda yang tampak ceria itu adalah si bungsu dari keluarga Park, Park Jungkook. Tujuan utamanya sekarang adalah rumah. 

Langkahnya yang ringan terhenti ketika tiga orang pemuda dengan seragam sekolah datang menghampirinya. Mereka bertiga tak terlihat seperti siswa baik-baik. Jungkook mengenali ketiganya. Jelas saja. Mereka adalah segerombolan siswa nakal yang siang tadi sempat Jungkook hentikan aksinya saat akan mengganggu salah satu murid nerd di sekolahnya. 

No Place For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang