21 - Ancaman

7.8K 953 70
                                    

Di sebuah tempat latihan judo, seorang pemuda sedang duduk sambil tersenyum melihat kekasihnya yang sedang mengajari anak-anak berlatih judo. Senyuman manis gadis itu adalah hal yang selalu menjadi candu bagi si pemuda, Jungkook.

Ini adalah salah satu momen yang paling Jungkook suka. Melihat Seulgi tertawa lepas dan bercanda dengan anak-anak kecil. Gadis itu terlihat seperti sedang melepas semua bebannya.

Setelah cukup lama mengenal gadis itu, Jungkook semakin merasa jika dirinya belum mengenal Seulgi sepenuhnya. Jungkook yakin masih ada suatu hal yang kekasihnya itu sembunyikan darinya. Entah apa itu, Jungkook tak ingin terlalu mencampurinya.

Dia yakin jika sudah waktunya, maka gadis itu sendiri yang akan memberitahu dirinya. Jungkook percaya pada Seulgi.

Namun tak bisa dipungkiri bahwa akhir-akhir ini Jungkook merasa sedikit khawatir. Sikap Seulgi akhir-akhir ini sedikit berbeda. Dia menjadi lebih sering diam dan melamun.

Tawaran Jungkook untuk menjemputnya pulang dari cafe pun sering dia tolak. Jika Jungkook ingat-ingat, itu semua terjadi setelah Jungkook mengenalkannya pada Jimin. Jungkook rasa Jimin juga sudah tak pernah bercerita padanya mengenai gadis yang kakaknya sukai itu.

Ah, tidak. Jungkook tak boleh memikirkan hal-hal buruk itu.

Latihan telah usai dan Seulgi menghampiri Jungkook yang masih setia menunggunya. Jungkook segera menyodorkan sebuah handuk kecil berwarna pink dan sebotol air. Seulgi menerimanya dengan senyum manis, sebagai tanda terima kasih.

"Kukira kau tak akan datang. Kau bilang Eomma-mu sedang sakit?" ucap Seulgi sambil mengusap wajahnya yang cukup berkeringat.

"Mana mungkin aku tak datang. Eomma kan sudah ditemani oleh Appa. Jika aku tak datang, lalu siapa yang akan membawakan handuk dan minum untukmu?"

Seulgi hanya mendengus.

Jungkook mengambil alih handuk pink itu dan mulai mengusap wajah kekasihnya, di bagian yang masih berkeringat, dengan lembut. Gadis itu sepertinya sudah terbiasa dengan perlakuan manis Jungkook. Sehingga dia hanya tersenyum senang mendapat perlakuan manis seperti itu.

"Jadi bagaimana kondisi Eomma-mu? Sudah baikan?" tanya Seulgi lagi.

"Eoh. Demamnya sudah sedikit turun. Hanya saja kadang masih mengigau dalam tidurnya"

"Memangnya, kenapa Eomma-mu bisa sakit?" tanya Seulgi hati-hati.

Jungkook menghentikan pergerakannya. Kemudian menghela napas berat.

"Kau sudah lapar? Ganti bajumu dan bereskan barang-barangmu, Noona. Kita makan siang, dan akan kuceritakan padamu nanti setelah makan siang" ucap Jungkook lembut.

Seulgi hanya mengangguk dan segera bangkit, melakukan yang Jungkook suruh padanya.

Hingga sekarang mereka berdua sudah berada di sebuah taman, saling duduk bersebelahan. Di taman itu terdapat banyak permainan untuk anak kecil, sehingga ada banyak anak kecil yang terlihat sedang bermain dengan diawasi oleh orang tua mereka. Mereka berdua memilih duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap ke area bermain anak-anak.

Jungkook menceritakan semua yang telah terjadi selama dua hari ini, tanpa terkecuali. Dia memang merasa butuh tempat untuk berbagi. Dan Seulgi adalah orang yang tepat, menurutnya.

"Jadi kakak keduamu itu adalah... Ah, aku tak dapat mempercayainya" ucap Seulgi dengan nada tak percaya.

Jungkook hanya mengangguk pelan.

Hening sejenak.

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Seulgi masih sedikit terkejut dengan semua yang diceritakan oleh Jungkook.

No Place For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang