Di sebuah kamar rawat VIP di suatu rumah sakit, Park Haejin sedang tertidur setelah menerima jahitan pada lukanya. Sedangkan Yoona setia menemani sang suami, duduk di kursi di samping ranjang sambil menggenggam tangan Haejin.
Jungkook duduk di sofa tak jauh dari ranjang, sama khawatirnya dengan sang ibu. Sedangkan Jimin sedang di luar kamar bersama sekretaris Lee untuk meminta penjelasan darinya tentang apa yang dialami sang ayah.
"Jadi Ahjussi tak melihat siapa pelakunya?" tanya Jimin.
"Mianhae, Jimin-ah. Ahjussi masih di dalam gedung ketika kejadian itu terjadi. Dan hanya supir Jung yang melihatnya. Kata supir Jung, si pelaku memakai pakaian serba hitam dan topi beserta masker hitam. Kejadian itu terlalu cepat hingga dia tak dapat mengenali si pelaku" jelas Lee Youngmin.
Jimin mengusap wajahnya kasar, "Jadi siapa pelakunya? Apa Ahjussi berpikir bahwa ini serangan dari perusahaan lawan?".
"Ahjussi juga tak tahu, Jimin-ah. Tapi sepertinya perusahaan lawan tak akan melakukan cara kotor seperti ini, mengingat selama ini mereka selalu melawan dengan terang-terangan. Lagipula cara ini terlalu beresiko bagi mereka" ujar Lee Youngmin.
"Jika bukan dari pihak lawan, mungkinkah dari orang dalam?" tanya Jimin.
"Maksudmu ada orang dalam yang berkhianat? Sepertinya tidak--" ucapan sekretaris Lee terhenti ketika ingatan akan ucapan Taehyung tempo hari kembali terngiang di kepalanya.
Ucapan yang dia abaikan begitu saja dan tak ia percayai sama sekali. Tapi mungkinkah ucapan pemuda itu tentang Jung Hoseok yang perlu dicurigai adalah suatu kebenaran?
"Wae, Ahjussi?" tanya Jimin heran karena ucapan pria itu terhenti begitu saja.
"Ah, aniya. Ahjussi pikir ini tak mungkin ulah orang dalam. Selama ini semua orang di perusahaan selalu berhubungan baik dan percaya dengan Presdir. Tapi akan Ahjussi selidiki lagi besok. Kau tak perlu khawatir. Luka Presdir tidak terlalu parah. Kata dokter 2 atau 3 hari pasti sembuh. Jadi kau tak perlu khawatir dan istirahatlah" ucap sekretaris Lee menepuk bahu Jimin, mencoba menenangkannya.
Jimin hanya mengangguk. Dia lelah. Pikirannya masih dipenuhi oleh Seulgi dan semua ucapannya malam itu. Dan sekarang sang ayah harus dirawat karena penyerangan yang tiba-tiba. Dia butuh tidur walaupun sebentar. Dan semoga setelah bangun semuanya akan lebih baik.
.
.
.
Pagi-pagi sekali Taehyung sudah datang ke rumah sakit tempat Haejin di rawat. Namun dia tak berani untuk masuk ke ruang rawat itu. Dia hanya diam duduk di kursi tunggu. Hingga ada seseorang yang memanggil namanya.
Dan sekarang, disinilah Taehyung berada. Di taman rumah sakit yang masih sangat sepi bersama orang yang memanggilnya tadi, Lee Youngmin. Taehyung yakin sepertinya sekretaris Lee ingin mengatakan sesuatu yang penting hingga harus memintanya ke taman yang sepi itu.
Sekretaris Lee menatap Taehyung tajam. Taehyung yang menyadari ditatap seperti itu hanya menunduk.
"Apa kau terlibat dengan penyerangan Presdir?" tanya sekretaris Lee tajam.
Taehyung tak terkejut dengan pertanyaan itu. Dia hanya menatap sekilas lawan bicaranya, kemudian kembali menunduk.
"Mianhae, Ahjussi" ucap Taehyung lirih, penuh penyesalan.
Lee Youngmin geram. Dia mencengkram kerah jaket Taehyung dengan kuat. Dia sungguh tak suka jika ada orang yang mencoba melukai Haejin. Meskipun Haejin adalah atasannya, namun hubungan mereka sudah sangat dekat di luar pekerjaan. Youngmin sudah menganggap Haejin sebagai hyung-nya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Place For Me ✔
FanfictionSatu hal yang paling aku takutkan adalah tak bisa berdiri di samping kalian lagi -Kim Taehyung-