15 - Masa Lalu (5)

6.1K 751 11
                                    

Setelah pertengkaran yang terjadi malam itu, Yoona memilih pergi dari rumah kecil mereka dan menyewa sebuah kamar seorang diri. Alasannya karena dia tak mau keputusannya goyah jika selalu bertemu dengan Jeha. Hanna sudah melarangnya dan memintanya kembali, namun Yoona tetap keras kepala.

Dan sejak saat itu pula sikap Jeha pada Hanna mulai berubah menjadi lebih dingin. Dia selalu berangkat kerja pagi-pagi sekali, bahkan sengaja melewatkan sarapan, dan pulang sangat larut. Hal itu dilakukannya untuk menghindar dari Hanna. Jeha sedikit marah dan merasa tak adil dengan semua yang terjadi dalam hidupnya. Mengapa harus dia yang mengalah hanya karena perasaan suka Hanna padanya?

Hanna pun memaklumi sikap Jeha. Dia tak mencoba mengganggunya karena tak ingin membuat Jeha semakin marah padanya.

Di sisi lain, Jeha selalu berusaha membujuk Yoona untuk kembali seperti dulu, namun tak pernah mendapatkan hasil apapun. Yoona justru semakin menghindari Jeha, bahkan dia keluar dari semua pekerjaannya dan lebih memilih mencari pekerjaan lain supaya Jeha tak terus-menerus mencoba menemuinya.


Sebulan berlalu dan hubungan ketiganya tetap seperti itu. Lain halnya dengan hubungan Yoona dan Haejin yang semakin dekat. Bahkan mereka berdua berencana menikah minggu depan. Meskipun ibu Haejin menolak pernikahan itu, karena tak suka dengan Yoona yang latar belakang keluarganya tak jelas, Haejin tetap pada keputusannya untuk menikahi Yoona. 

Haejin sungguh mencintai Yoona. Bahkan larangan dari sang ibu tak akan berpengaruh besar padanya. Tentu saja sang ibu akhirnya setuju karena tak mau Haejin pergi dari rumah dan meninggalkan semua perusahaan serta  bisnis peninggalan suaminya. Haejin adalah pewaris tunggal dari Tuan Park, jadi jika dia pergi maka tak akan ada yang bisa meneruskan bisnis keluarga mereka.

Karena rencana pernikahan itulah yang membuat Yoona pagi ini mengunjungi rumah mereka yang dulu. Dia berniat memberitahukan kabar bahagia ini pada kedua temannya. Yoona menghela napas berkali-kali, mencoba menenangkan diri sebelum akhirnya mengetuk pintu yang catnya sudah mengelupas itu.

Pintu terbuka memunculkan seorang gadis cantik dengan celemek yang masih terpakai melapisi pakaiannya. Gadis itu, Hanna, cukup terkejut dengan kedatangan Yoona. Pasalnya sudah sebulan ini Yoona sama sekali tak memunculkan dirinya lagi di depan Jeha maupun Hanna.

"Yoona-ya?" Hanna segera memeluk Yoona, menyalurkan kerinduan pada sang sahabat. Air mata tak dapat ia bendung lagi.

Mereka berdua kemudian masuk dan duduk di ruang tengah. Suasana sedikit canggung sebelum akhirnya Yoona buka suara.

"Apa Jeha sudah berangkat?" tanyanya.

"Eoh, dia sekarang selalu berangkat sangat pagi, bahkan sebelum aku keluar kamar, dan selalu pulang tengah malam" jawab Hanna lirih.

"Tapi kalian selalu sehat, 'kan?" tanya Yoona mencoba santai.

"Aku baik" Hanna mencoba tersenyum. "Tapi Jeha... entahlah. Aku bahkan sangat sulit untuk bertemu dengannya" lanjutnya menghela napas pelan. Ekspresinya memancarkan kesedihan yang begitu besar.

Yoona menduduk, "Maafkan aku" ucapnya lirih.

Hanna menggenggam tangan Yoona, mencoba menenangkan "Hey, kenapa kau minta maaf? Ini bukan salahmu. Justru aku yang seharusnya minta maaf karena merusak hubungan kalian" ujarnya lirih.

Yoona menggeleng. Balas menggenggam tangan Hanna. "Harusnya aku tak terlalu memaksanya. Kukira dia akan dengan mudah menuruti permintaanku" sesal Yoona.

"Dia bersikap begitu karena dia sangat mencintaimu Yoona-ya. Aku bisa memahaminya" ujar Hanna dengan senyum manisnya. "Aku tak masalah dengan sikap Jeha yang berubah padaku. Hanya saja aku takut dia akan berbuat sesuatu yang buruk padamu" kekhawatiran jelas ada pada ucapan Hanna.

No Place For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang