Siang ini, rumah kediaman keluarga Park cukup sepi. Hanya terlihat Yoona yang sedang sibuk berkutat di dapur. Ketiga putranya tentu saja sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sedangkan suaminya masih tidur di kamar. Dia baru saja pulang dari luar kota pagi ini. Jadi sekarang adalah waktu untuknya beristirahat.
Yoona sedang menyiapkan makan siang untuk suami tercintanya. Suasana hatinya sedang cukup baik. Tak jarang senyum tercipta di bibir indahnya, bahkan dia juga bersenandung kecil.
Dia sendiri juga heran, mengapa dia bisa sebahagia ini hanya karena kepulangan sang suami. Ah, mungkin ini karena dia sudah sangat merindukan Haejin, meskipun hanya ditinggal selama empat hari.
Kegiatannya yang sedang sibuk menata meja makan terhenti karena kehadiran seorang pelayan di rumah itu, yang membawa sebuah amplop berwarna coklat berukuran sedang.
"Permisi, Nyonya. Sepertinya ada kiriman surat untuk Nyonya. Saya mendapatkannya dari penjaga di depan" ucap ahjumma itu sopan, sambil menyerahkan amplop yang dibawanya.
"Surat? Dari siapa ini?" tanya Yoona bingung sambil melihat-lihat amplop itu, berusaha mencari nama si pengirim.
Tapi nihil. Hanya ada nama penerima surat itu, dan namanya lah yang tertera di sana.
"Baiklah, terima kasih ahjumma" ucap Yoona ramah, disertai senyum manisnya.
Sepeninggal si pelayan, Yoona mencoba membuka amplop coklat itu. Dia sungguh penasaran siapa pengirimnya dan apa isinya.
Isi dari amplop itu adalah kertas putih yang terlipat menjadi dua, yang Yoona yakini berisi tulisan. Yoona membuka lipatan kertas itu dan mulai membacanya.
Tiba-tiba tangannya bergetar. Rasa takut menyelinap di dalam dirinya. Matanya jelas memancarkan ketakutan dan kekhawatiran. Kakinya mendadak lemas dan tak mampu menopang tubuhnya dengan baik. Sehingga dia berpegangan pada pinggiran meja makan. Tangannya mencengkram kuat pinggiran meja itu. Napasnya sedikit memburu.
Tulisan di kertas itu mengingatkannya akan kenangan buruk yang sempat menghancurkan hidupnya. Ingatannya seolah dipaksa kembali ke kejadian kala itu. Kata-kata pria itu kembali terngiang di kepalanya.
Aku akan membawamu hancur bersamaku.
Itulah kalimat yang tertulis dalam kertas yang kini sudah ia jatuhkan ke lantai. Dan yang lebih membuat Yoona takut adalah darah yang digunakan untuk menuliskan kalimat itu.
Ini adalah sebuah terror. Dan Yoona jelas tahu siapa pelakunya, meskipun nama orang itu sama sekali tak tertulis di sana. Walaupun sudah tahu siapa pelakunya, Yoona tetap tak dapat terhindar dari ketakutan.
Dia hendak meraih gelas berisi air untuk sekedar mengurangi rasa paniknya. Namun belum sempat tangannya mengangkat gelas itu, tiba-tiba gelas itu jatuh ke lantai karena Yoona tak menggenggamnya dengan kuat. Menimbulkan suara yang cukup memekakan telinga. Tangannya masih gemetar dan tak bisa digerakkan dengan baik. Dia sendiri sempat terkejut. Sekarang air mata sudah menetes dari kedua matanya dengan deras.
Haejin yang sudah bangun dan hendak menuruni anak tangga, mendengar suara pecahan dari arah ruang makan. Buru-buru dia menghampiri istrinya.
"Yoona-ya, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Haejin khawatir.Dia memegang kedua bahu Yoona. Bisa dilihat istrinya sedang ketakutan dan tubuhnya bergetar, bahkan kini terisak cukup keras.
"O-oppa, a-aku takut" ucap Yoona di sela isak tangisnya.
Tangisannya semakin memilukan telinga Haejin. Segera saja Haejin membawa tubuh bergetar itu ke dalam dekapannya. Dia usap punggung sang istri, mencoba menenangkannya, dan beberapa kali juga ia kecup kepala Yoona sambil membisikkan kata-kata penenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Place For Me ✔
FanfictionSatu hal yang paling aku takutkan adalah tak bisa berdiri di samping kalian lagi -Kim Taehyung-