28 - Sebuah Harap

8K 975 116
                                        

Sudah dua hari sejak kejadian Jungkook yang mabuk, dan sejak dua hari itu pula Jungkook hanya mengurung diri di kamar. Dia tak mau bicara bahkan menolak untuk makan. Yoona sungguh khawatir dengan keadaan putra bungsunya. Ini pertama kalinya Jungkook seperti itu.

Sama halnya dengan Jimin, dia pun sangat mengkhawatirkan adiknya. Jimin ingin mencoba bicara dengannya sejak dua hari yang lalu, namun dia pikir Jungkook masih perlu menenangkan diri. Dia hanya tak mau adiknya semakin terluka.

Namun melihat sikap Jungkook yang semakin mengkhawatirkan seperti itu, Jimin tak sanggup lagi. Akhirnya malam ini dia memaksa masuk ke kamar Jungkook dan menghampirinya yang sedang duduk melamun di balkon kamarnya.

"Jungkook-ah, ayo makan. Eomma sudah menyiapkan makan malam untuk kita" ajak Jimin lembut.

Jungkook masih diam. Tatapannya kosong, jauh ke depan.

Jimin mengusap wajahnya kasar, "Jungkook-ah, kumohon jangan seperti ini. Jangan membuat kami khawatir" pinta Jimin memohon.

"Kau boleh marah padaku, kau juga boleh mengabaikanku. Tapi kumohon jangan bersikap seperti ini pada Eomma. Eomma sangat mengkhawatirkanmu. Setiap malam Eomma selalu menangis dan menyalahkan dirinya sendiri karena merasa ini semua adalah salahnya. Kumohon, Jungkook-ah... Eomma sudah banyak menderita, jadi jangan buat dia semakin sedih dan khawatir" lanjut Jimin memohon.

"Jangan kau pikir hanya dirimu yang paling terluka. Tolong pikirkan perasaan Eomma juga. Selama ini dia selalu berusaha terlihat baik-baik saja di depan kita, tanpa kita tahu ternyata Eomma menyimpan banyak luka. Jika kau tetap seperti ini, itu hanya akan semakin melukai Eomma. Dia akan selalu berpikir bahwa ini adalah kesalahannya."

Jungkook menatap Jimin datar.

"Keluarlah, Hyung. Aku lelah. Kumohon... "

Jimin hanya menghela napas kasar, merasa lelah karena tak bisa membujuk Jungkook.

Sepeninggal Jimin, tak disangka Jungkook justru menangis dalam diam. Dia mencoba menahan isakannya, namun gagal. Akhirnya dia biarkan dirinya menangis terisak. Jungkook kesal dengan dirinya yang bersikap kekanak-kanakan seperti itu.

Semua perkataan Jimin benar. Sikapnya yang seperti itu hanya akan semakin menyakiti sang ibu. Ibunya sudah sangat menderita selama ini. Jadi Jungkook tak ingin membuatnya kembali menderita.


.
.
.


Keesokan paginya, tanpa ada yang menyangka, Jungkook keluar dari kamarnya dan menuju meja makan, dimana Yoona, Haejin dan Jimin sudah duduk, siap menyantap sarapan. Ketiga pasang mata itu menatap terkejut ketika Jungkook menghampiri meja makan dan mengambil posisi di tempat ia biasa duduk. Mereka dapat melihat wajah ceria yang biasa pemuda itu tunjukkan. Seolah kejadian beberapa hari ini tak pernah terjadi.

Jungkook sudah duduk dan mengedarkan pandangannya pada ketiga orang di meja makan itu. Kemudian dia memasang wajah sebal. 

"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Kalian tak suka jika aku keluar kamar dan makan bersama kalian?" tanya Jungkook kesal.

Ketiga orang itu segera tersadar.

"Ah, aniya Jungkook-ah. Justru kami sangat senang kau mau makan bersama kami lagi" ucap Yoona degan senyum cerah.

Jungkook membalasnya dengan senyum yang tak kalah cerah.
Jimin dan Haejin pun ikut tersenyum. Merasa bersyukur karena Jungkook sudah tak mengurung dirinya lagi.

No Place For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang