Senin pagi adalah hari yang paling Jungkook benci. Meskipun hari lainnya ia juga tak suka, kecuali hari Minggu.
Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, Jimin mendapat tugas membangunkan adiknya untuk berangkat ke sekolah. Ia tak habis pikir dengan Jungkook yang harus selalu dibangunkan supaya tak terlambat. Padahal Jungkook bukan lagi anak sekolah dasar.
Jimin menaiki tangga, berjalan ke arah kamar adiknya dan memasuki kamar itu tanpa perlu repot mengetuk pintu. Karena sudah bisa dipastikan kamar itu tak akan terkunci , seperti biasanya.
Seorang pemuda baru saja menaiki tangga, hendak menuju kamarnya yang terpisah satu kamar dari kamar Jungkook. Pemuda itu mendengar keributan-keributan kecil ketika Jimin membangunkan Jungkook, bahkan ketika ia masih berada di tangga karena saking kerasnya keributan antara mereka berdua. Pemuda itu, Taehyung, hanya melanjutkan langkahnya, melewati kamar Jungkook. Namun sebelum ia berhasil membuka pintu kamarnya, sebuah suara menyapa telinganya.
"Kau baru pulang?" Jimin yang bertanya, baru keluar dari kamar Jungkook.
Taehyung membalikkan badan, menatap kakaknya dengan tatapan datar seperti biasanya.
Hingga kemudian hanya gumaman singkat yang dia berikan sebagai jawaban."Kau kemana saja semalaman?" tanya Jimin lagi.
"Hanya bermain" jawaban singkat Taehyung membuat Jimin sedikit kesal. Jimin bahkan belum melupakan rasa kesalnya ketika di kolam renang tempo hari, dan sekarang Taehyung masih tetap bungkam tak mau terbuka padanya.
Jimin mendesah. Tak habis pikir dengan adiknya yang satu ini. Kemana saja ia semalaman hingga baru pulang pagi-pagi seperti ini. Sudah jelas jika Jimin mengkhawatirkannya, apakah Taehyung tak bisa melihatnya?
Jimin berusaha meredam kekesalan. Ia hanya tak ingin Taehyung semakin menjauh jika emosinya yang ia ikuti.
"Mandilah. Setelah itu turun dan sarapan bersama. Aku tunggu di meja makan" ucap Jimin mengakhiri percakapan itu sebelum kekesalannya semakin meluap.
Ketika Jimin sudah berbalik dan hendak melangkahkan kakinya menuruni tangga, gerakannya terhenti oleh suara Taehyung.
"Tak usah menungguku. Aku tidak lapar" ucap Taehyung sambil menatap datar punggung sang kakak. Kemudian berbalik dan masuk ke dalam kamar begitu saja.
Jimin tak berbalik. Hanya memejamkan mata sesaat dan menghela napas kasar, sebelum akhirnya melanjutkan langkah menuju ruang makan. Bergabung dengan sang ibu yang sedang merapikan meja makan.
Sabarlah Jim, jangan terpancing emosi. Mungkin Taehyung hanya butuh waktu untuk bisa terbuka dan kembali menjadi Taehyung yang dulu.
.
.
.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Taehyung berangkat ke kampusnya, tanpa sarapan lebih dulu tentunya. Ketika melewati ruang makan, ia hanya berpamitan seadanya tanpa mempedulikan tatapan penghuni meja makan itu.
Jalanan pagi ini masih cukup lengang sehingga hanya dibutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di kampusnya. Motor sport miliknya terparkir dengan rapi saat jam menunjukkan pukul 7.30. Sedangkan kelasnya dimulai pukul 8.00.
Bukan berarti Taehyung anak yang rajin karena datang begitu awal. Hanya saja ia tak ingin berlama-lama di rumah dengan mendengarkan keributan Jungkook dan Jimin ketika sarapan, ataupun melihat perhatian sang ibu pada kedua saudaranya. Ia hanya... merasa iri.
Kakin yang dibalut celana jeans dan sepatu convers yang warnanya mulai pudar, ia langkahkan menuju sebuah mesin penjual kopi di ujung koridor yang dilaluinya. Tanpa mempedulikan tatapan tak suka para penghuni koridor pagi ini. Setelah segelas kopi berada di tangannya, langkahnya ia lanjutkan menuju sebuah taman, dekat dengan gedung tempat ia kuliah, kemudian mendudukkan dirinya di pinggir kolam ikan yang ada di taman itu. Kopi di tangannya ia sesap sedikit. Kemudian tangannya ia gunakan untuk mengambil sekotak rokok beserta pemantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Place For Me ✔
أدب الهواةSatu hal yang paling aku takutkan adalah tak bisa berdiri di samping kalian lagi -Kim Taehyung-