7 - Masa Lalu (3)

8K 987 73
                                    

Pagi hari, Taehyung bangun dengan kondisi menyedihkan. Dia merasa sangat lemas. Matanya bengkak, hasil dari menangis semalaman. Dan sepertinya dia juga demam. Bagaimana tidak? Semalam dia berada di tepi sungai Han selama berjam-jam tanpa pakaian hangat. Jika saja sang supir, Jung Jaewon, tidak menyusulnya, mungkin pagi ini dia masih berada di sana. Tanpa ingin beranjak sedikitpun.

Jam di atas nakas menunjukkan pukul 6. Taehyung memaksakan diri untuk bangkit dari tidurnya. Berjalan gontai menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan bersiap untuk ke sekolah.

Sekitar 20 menit, dia sudah keluar dari kamar mandi dan sudah berseragam rapi. Taehyung menatap pantulan dirinya di cermin. Tatapannya datar. Tak ada binar. Wajahnya pucat. Matanya bengkak. Terlihat sangat menyedihkan.

Tas sekolahnya ia raih kemudian berjalan keluar dari kamar menuju meja makan di apartemen itu. Sarapan pagi ini sudah tersedia di atas meja. Sepertinya Jaewon yang menyiapkannya tadi ketika dia masih bersiap. Makanan di atas meja itu hanya mendapat tatapan datar tanpa minat dari Taehyung. Anak itu kemudian mengambil gelas kosong dari meja itu, dan selanjutnya menuang air kedalamnya guna membasahi tenggorokannya yang sedikit sakit. Mungkin itu juga efek menangis semalaman.

Setelah itu ia segera berjalan keluar apartemen tanpa menyentuh makanan di atas meja sama sekali. Dia berjalan menuju halte bus yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari apartemen tempat ia tinggal. Pagi ini dia tak ingin naik taksi. Dia ingin naik bus saja.

Taehyung hanya ingin bertemu banyak orang, seperti ketika ia naik bus. Dia tak ingin sendirian. Karena ketika suasana sepi dan ia sendirian, bayang-bayang kejadian semalam dan perkataan-perkataan menyakitkan yang semalam ia dengar akan kembali memenuhi pikirannya.


.
.
.


Suasana di rumah mewah keluarga Park pagi ini cukup kacau. Semalam Jimin kembali sakit. Sakit kepala, muntah, bahkan mimisan. Hingga ia harus buru-buru dibawa ke rumah sakit pagi ini.  Hal itu tentu saja membuat seisi rumah keluarga Park panik, terutama Yoona. Meskipun Jimin sudah sering sakit, tetap saja Yoona ketakutan tiap kali putra sulungnya kambuh. Ia tak suka melihat putranya kesakitan. Ia tak suka melihat putranya tak sadarkan diri. Ia takut kehilangan putranya.

Sejak lahir, Jimin memiliki fisik yang lemah. Ia mudah sakit dan mudah lelah, hingga sering mimisan. Dan ketika usianya menginjak 10 tahun, Jimin divonis menderita leukimia.

Hal ini tentu saja menghancurkan hati Yoona dan Haejin. Mereka tak habis pikir, sebenernya apa kesalahan mereka selama ini, hingga keluarga mereka diberi cobaan yang semakin berat.

Dimulai dari kejadian tragis yang menimpa Yoona, kemudian Yoona yang sempat trauma dan mengalami depresi bahkan hampir bunuh diri, dan sekarang putra sulung mereka harus menghadapi cobaan berat itu.

Mungkinkah di kehidupan sebelumnya mereka adalah orang jahat? Sehingga ini semua merupakan hukuman dari Tuhan?

Namun dengan saling menguatkan, mereka dapat melalui itu semua dengan cukup baik. Setelah vonis itu, Jimin menjalani rangkaian pengobatan. Mulai dari mengkonsumsi obat hingga kemoterapi, yang tentunya sangat berat untuk dijalani oleh anak seusia Jimin.

Dan karena keyakinan mereka, 2 tahun setelahnya Jimin dinyatakan sembuh. Namun kanker itu belum sepenuhnya hilang. Yang artinya suatu saat dapat menyerang lagi.

Seolah dipermainkan oleh takdir, dua tahun setelah sembuh, kanker itu kembali menyerang tubuh Jimin. Hingga akhirnya mereka menyetujui untuk melakukan transplantasi sumsum tulang belakang. Hal ini karena Yoona tak ingin melihat Jimin kesakitan dan tersiksa jika melakukan kemoterapi lagi.

No Place For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang