III. Rival

2.2K 311 9
                                    

"Aku bisa berjalan sendiri sir," Seulgi berusaha melepaskan genggaman atasannya itu. Tapi lagi-lagi hanya membuang waktu, pada dasarnya tangan Sehun menggenggamnya erat.

"Diam bisakan, perlu aku gendong juga?" Tanya Sehun tajam. Seulgi membelakan matanya tidak percaya, jelas-jelas seharusnya dia yang marah disini.

Pasrah. Seulgi pasrah total mengikuti Sehun dengan tangan saling menggenggam, yang tentu saja sukses menarik perhatian para karyawan disana.

Lihat aku bilang apa, pasti mereka berdua ada hubungan spesial

Sepertinya ini akan menjadi hot news

Lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya, dia tidak tahu ada siapa disini

She is bitch okey.

Telinga Seulgi rasanya sangat panas, oh ayolah semua orang sedang membicarakan dirinya terang-terangan. Ini semua hanya karena Oh Sehun, bos yang kelewat pemaksa.

Sampai diparkiran Seulgi dan Sehun langsung masuk kedalam mobil, keduanya akhirnya melepaskan tangan satu sama lain. Atau lebih tepatnya hanya Sehun, karena sejak tadi Seulgi sudah berusaha melepaskan.

"Sir, are you crazy?" Tanya Seulgi dengan wajah kelewat kesal, Sehun menatap kearahnya lalu terkekeh kecil.

"Coba bisa ulangi perkataan mu barusan, terdengar begitu manis." Tidak tahu bos-nya itu sedang menguras emosinya atau sedang menggoda. Yang Seulgi pikiran sekarang tentang kelangsungan hidupnya, dia tidak mau sampai berita-berita tadi terdengar oleh para reporter.

"Bukan itu, sir kau gila?" kali ini Seulgi berusaha serius, tapi masih ditanggapi acuh oleh pria disampingnya.

"Well, sepertinya tidak masalah hanya dengan bergandengan tangan." Akhirnya Sehun bersuara juga, ya walaupun bukan itu yang Seulgi inginkan dari topik pembicaraan.

"Sir, anda sudah memiliki kekasih tapi masih mencoba menggandeng tangan saya. Tentu saja or-"

"Kekasih? sejak kapan aku memiliki kekasih Kang Seulgi. Kau ini sekertaris ku tapi tidak mencari tahu semuanya dengan benar," sela Sehun menolah kearah gadis disampingnya dengan tatapan sulit diartikan.

"Lalu wanita yang anda temui di Rumah Sakit, itu siapa?" Tanya Seulgi, wajahnya benar-benar seperti gadis polos yang tidak tahu apapun.

Sudut bibir Sehun terangkat, mengangguk-angguk tidak jelas. " Oh jadi kau kira Yowon itu kekasihku?"

Tidak ada pembicaraan lagi, semua yang Seulgi ingin tanyakan sudah terjawab. Sampai matanya teralih pada monitor ponsel, ada beberapa pesan yang baru masuk.

Ketika Seulgi akan menyimpan kembali ponselnya, Sehun merebut dengan gerakan cepat terlalu penasaran.

"Oh iya, dia membalasnya?" Sehun bersuara setelah sibuk membaca pesan di layar monitor, Seulgi kesal karena Sehun menganggu urusan pribadinya.

"Sir, Aku tidak akan makan siang dengannya," jawab Seulgi lalu mendengus pelan.

"Ini aku kembalikan," ponsel Seulgi dikembalika lagi, tapi ada yang aneh. Seulgi tadi lihat Sehun terlihat mengirim pesan, tapi tidak ada apapun mungkin langsung dihapus.

"Apa yang kau kirim Sir?" mata Seulgi menatap tajam, takut sesuatu hal terjadi. Sehun tersenyum menyeringai, tapi hanya memberi jawaban dengan menggeleng.

•••

Baiklah Seulgi langsung bernyali ciut, masuk ke Restoran yang isinya para pejabat dan wanita karir. Persetan dengan itu semua, beruntung ia datang dengan Oh Sehun. Tentu saja jika bukan karena bos-nya itu, Seulgi tidak akan pernah menginjakkan kakinya di tempat mewah seperti ini.

"Kau sudah pesan semuanya kan?" Tanya Sehun , yang entah darimana ternyata Minhyuk mengikuti mereka.

"Sudah Tuan, jika begitu saya pergi dulu. Silahkan nikmati makan siang anda." Dan berlalu pergi, tadinya Seulgi mau bertanya kenapa Minhyuk tidak ikut makan di satu meja. Baru saja sampai, tapi pesanannya sudah datang. Banyak sekali yang dipesan sampai Seulgi membelakan matanya, dia sudah makan siang sialnya.

"Tahan lapar mu sebentar, kita harus tunggu seseorang." Ucap Sehun, mengalihkan atensi Seulgi dengan alis naik keatas.

Seseorang?

"Akhirnya datang juga, itukan yang mau mengajak mu makan siang?" Seulgi buru-buru mengikuti arah mata Sehun, dan mendapati seseorang yang tak asing lagi.

Park Jimin. Aneh kenapa laki-laki itu bisa disini, dan bahkan Sehun menunggunya.

"Sir, apa yang kau lakukan?" Tanya Seulgi lirih penuh penekanan.

"Dia sekarang saingan ku juga, hanya ingin lihat pria semacam apa, toh tidak perlu khawatir." Perubahan yang amat melenceng, Sehun yang Seulgi kenal bukan pria bermulut penggoda seperti itu. Walaupun baru kenal beberapa hari.

"Hai Seulgi," sapa Jimin dengan santainya seakan hanya ada mereka berdua. Sejak tadi mata Sehun terus menatap tajam, ingin tahu seberapa dekat mereka berdua.

"Hai Jimin, aku kira tidak datang." Seulgi membalas dengan canggung, oh ya lord Sehun terus-terusan menatapnya juga.

"Kau kan sekarang akan sibuk, jadi aku memanfaatkan waktu yang ada untuk yang termanis." Sudah biasa jika Park Jimin yang seperti itu, penggoda ulung yang sialnya tampan.

Sehun tersenyum menyeringai, " jadi sudah mengobrolnya. Kurasa sekarang saatnya makan siang," sarkasan yang kelewat simpel.

"Terimakasih atas makanannya Mr. Oh, senang bertemu dengan Anda." Jimin tersenyum tipis, tapi ada ketidaksukaan jika Sehun yang melihatnya.

Tak ingin basa basi mereka bertiga akhirnya memilih makan siang terlebih dahilu, tidak ada perbincangan sama sekali hanya dentingan sendok beberapa kali, atau Jimin yang beberapa kali mengajak ngobrol Seulgi. Sejujurnya saja Sehun dan Seulgi sangat kenyang, tapi terpaksa untuk terus melanjutkan pertemuan.

"Sekali lagi terimakasih," Jimin berucap lagi setelah mengusap bibirnya dengan tisu yang tersedia.

"Tentu saja, Kau teman kekasihku jadi tidak masalah."

Seulgi maupun Jimin sama terkejutnya, berfikiran mungkin hanya salah dengar. Tapi sepertinya tidak sama sekali, jelas-jelas Sehun mengatakannya.

"Sepertinya Kau berada di posisi yang sama denganku Mr. Oh, untuk memiliki Kang Seulgi." Jimin tersenyum penuh kemenangan.

Sehun menatap dengan tatapan sulit di artikan, begitu dingin tak ada reaksi apapun. "Tapi sepertinya aku akan lebih mudah."

Keadaan seperti membuat Seulgi tidak mengerti apapun, ingin protes tapi takut salah bicara. Apalagi Sehun sekarang menatapnya lagi, tiba-tiba tersenyum tipis.

Berapa detik kemudian Minhyuk datang, dan pada akhirnya Jimin maupun Seulgi tahu maksud dari perkataan Sehun tadi. Tentang mengatakan akan lebih mudah mendapatkan, tentu apalagi selain awak media.

"Para wartawan sudah banyak didepan Restoran untuk bertemu Tuan dan Nona Sekertaris Kang."

Seulgi ditambah terkejut ketika mendengar Minhyuk memanggilnya dengan sebutan nona, amat berlebihan.Sedangkan Sehun menatap kearah Jimin menantang, tersenyum penuh kemenangan balik, telak sekali Jimin kalah di perang pertama.

"Seulgi dengar, Aku akan menganggap mu seperti wanita murahan jika bersama Laki-laki brengsek itu." Tutur Jimin tiba-tiba mencengkram lengan Seulgi untuk menolah padanya.

Seulgi meringis kesakitan, membuat Sehun geram. Bangkit dari kursinya lalu memberikan satu pukulan keras untuk Park Jimin.

"Jangan berani menyakitinya, dia milikku!"

Semuanya terjadi begitu saja, Sehun sudah menarik tubuh mungil Seulgi untuk berlindung dibelakang tubuhnya.

[]

[Klik bintang dan komen. Thanks u and see u next part.]

MAKE ME FEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang