XXI . First Our Time

1.2K 164 56
                                    

Benar saja. Semua perkataan Oh Sehun perihal tentang hubungannya dengan Kang Seulgi sudah berjalan dengan lancar. Buktinya sekarang berpelukan di balkon sambil minum secangkir teh hangat. Menikmati udara pagi yang jarang sekali mereka rasakan karena akhir-akhir ini banyak masalah berdatangan.

"Tentang perkataan kemarin, aku mungkin akan membalik pertanyaannya." Kata Sehun tiba-tiba, tetapi kedua tangannya masih melingkar sempurna di perut sang gadis.

Seulgi terdiam sejenak, kemudian berbalik menghadap Sehun penasaraan. "Apa kau akan meninggalkanku?" pertanyaan yang sukses direspon kekehan miris oleh Seulgi. Terlalu retorik, karena kenyataannya pria itu sudah menghilangkan seseorang yang selalu ada untuknya.

"Sehun, aku mungkin bisa lebih memilih Kim Hanbin jika kau tidak mengancamnya lagi atau Park Jimin—tapi berubah setelah kau bilang dia yang hampir membunuh Hanbin. Intinya adalah, tidak. Kau sudah menghancurkan segala ekspestasi ku selama ini untuk hidup tentram." Tutur Seulgi panjang lebar, menghela nafas pelan sambil menundukan kepala.

Sehun tersenyum lebar dengan gamblang, "bagus berarti rencanaku berhasil, menyingkirkan lelaki yang membuat mu bergantung padanya. Sekarang hanya ada aku, selalu aku ya. Soal Kim Taehyung bisa aku atasi." Ucapnya seakaan semua itu hal biasa.

"Atasi apa, toh ti-"

"Aku dengar kalian membuat perjanjian, tahu saja dia itu bajingan." Rasanya ingin tertawa saja, bahkan dimata Seulgi pemuda itu lebih bajingan lagi, jelas-jelasan mempermainkannya tanpa henti.

"Aku juga perlu jawaban, kau akan pilih aku atau Irene? aku rasa jika pertanyaannya sama denganmu akan terlalu naif, karena perihal meninggalkan kau bisa bertahan pada keduanya." Kata Seulgi dengan wajah sendu, buru-buru Sehun menariknya kedalam pelukan.

Jemari Sehun mengusap rambut gadisnya dengan lembut, seakaan sangat dicintai. "Perlu aku katakan, akan menyakitkan jika kau membahas hal ini lagi. Aku ingin kita seperti ini dulu saat ini," katanya terdengar tulus.

"Hun, kau tidak akan mengancamku lagikan?"

"Aku tahu, seperti akan membunuh Hanbin, Soojung, atau bahkan ibumu. Tenang saja masih akan aku lakukan, agar kau tetap disini, disisiku, dipelukanku." Bukannya terkesan menakutkan, tetapi malah terkesan manis dan lucu dimata Seulgi. Ia langsung menenggelamkan tubuhnya didada Sehun, memeluk begitu erat takut waktu akan segera berlalu.

Sampai suara ponsel Sehun terlihat bergetar dari dalam, pemuda itu langsung melepasakannya dan masuk mengangkatnya.

'Hai bajingan, sampai kapan akan mengabaikan pesan dan panggilanku!' teriak seorang wanita dari sebrang sana, jelas sekali suara Wendy—sahabatnya sendiri.

'Sampai kau mengatakan pada Seulgi bahwa aku pemuda tampan yang baik' kata Sehun terang-terangan, terlihat tidak berniat menelfon terlalu lama.

Terdengar suara helaan nafas gusar, 'aku serius, mungkin sudah seratus panggilan dan seluruhnya kau abaikan hanya kali ini tidak. Mungkin selanjutnya iya, tapi sebelum itu aku akan katakan ini secara rahasia.' Tuturnya panjang lebar.

'Cepat,'

'Jennie tertembak, sekarang dia ada di Rumah sakit Atlanta ruangan VIP. Takut-takut Ada seseorang yang melihatnya secara gampang, dan memberitahu keluarganya.' Seperti bom, Sehun terkejut bukan main.

'Sial, tetap seperti itu. Aku akan kesana sekarang secepat mungkin. Pindahkan ke tempatku diam-diam, sambil memanggil dokter petter." Sehun langsung mematikan panggilannya, keluar dari kamar Seulgi untuk menemukan orang suruhannya.

MAKE ME FEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang