XXIV. Again And Again

1.7K 159 67
                                    

Vote and comment! 💛💛

Bukan bermaksud naif. Perempuan mana sih yang tidak mau bersama Oh Sehun-tampan, pengusaha kaya, dermawan, baik. Tetapi menurut Seulgi opsi terakhir kurang tepat, Sehun itu kamuflase menurutnya-bisa mengubah keadaan sepintar mungkin.

Ah sepintar itu, sehingga Seulgi sudah lengah untuk melawan. Pilihannya hanya untuk mengikuti alur dan dialog yang telah diatur , begitulah hidupnya selama bersama Sehun. Percayalah Seulgi juga muak menerima keadaan ini, dirinya yang selalu dikejutkan oleh hal-hal tak terduga.

"Jadi kalian menikah Minggu depan?" Pertanyaan itulah yang menyeret Seulgi pada kejadian beberapa hari yang lalu. Rasanya seperti mimpi dia akan menikah, bukan hal semacam ini yang Seulgi rencanakan sejak awal untuk datang.

"Tidak akan, Sehun bahkan tidak melamarku. Dia itu omong kosong, sekarang sudah saatnya aku melawan." Seulgi saja tidak percaya akan mengatakan hal tersebut. Selama ini yang dilakukan hanya terdiam menerima segalanya dengan pasrah.

"Jadi jika Sehun melamarmu, kau akan menikah?" Krystal melemparkan pertanyaan lagi, ikut khawatir pada sahabatnya.

"Tidak penting. Dan ada yang lebih penting dari itu."

Seulgi terdiam, melemparkan ingatannya mengingat wajah seseorang-Irene, yang juga saat itu datang ke pesta. Membayangkan saja ia sudah malu sendiri karena merasa beda level, tetapi ada yang lebih penting. Ketika Sehun mengatakan akan menikahinya, semua orang tersenyum bahagia termasuk Irene. Itu cukup membuat Seulgi bingung setengah mati, bertanya-tanya bagaimana wanita tersebut bisa ikut bertepuk tangan dan tersenyum lebar. Entah dia yang begitu pintar menutupi rasa sakitnya-atau memang bukan urusannya.

Tentu saja bohong, Irene dan Sehun itu saling mencintai.

"Ada. Kau harus membuat keputusan," itu bukan suara Krystal. Melainkan suara husky laki-laki, yang ternyata selama ini sudah lama tak terlihat karena pergi ke luar negeri.

"Park Jimin?" kejut Seulgi. Ia langsung mencubit pipinya terasa seperti sedang bermimpi, tidak mungkin Jimin yang selama ini pergi tanpa kabar kembali lagi dihadapannya dengan pakaian kasual seperti biasa.

"Hai Seul, kau tambah cantik saja." Kata pemuda itu sambil tersenyum tipis, tentu saja bagaimana pun Jimin menghilang tanpa kabar yang benar-benar membuat Seulgi geram. Tetapi senyuman itu membuang jauh-jauh semua rasa marah, hanya ada rindu melebur jadi satu. Bagaimana pun mereka itu teman yang sangat dekat, sering menghabiskan waktu bersama-dulu.

"Oke, jelaskan apa yang terjadi." Kata Seulgi menatap tajam, tangannya menarik Jimin untuk duduk di kursi sebrangnya bersama Krystal yang hanya menatap bingung.

"Jelaskan apa?"

Mata Seulgi berputar jengah, "semuanya. Kenapa kau bisa berada disini, dan kemana saja? banyak sekali Jim-termasuk yang Sehun katakan." Nafasnya seketika tercekat saat mengingat sesuatu terlintas dipikirannya.

"Sehun mengatakan apa memangnya?" Terlalu retorik, bagaimana Jimin bisa begitu santai bertanya balik. Seakaan sengaja membuat Seulgi angkat bicara apa yang terjadi, entah apa tujuannya.

"Serius Jim, jelaskan semuanya bukan hanya itu." Buru-buru ia merespon karena sudah penasaran setengah mati, sudah cukup beban Sehun yang berikan untuknya.

Jimin mengangguk-angguk, "pertama, aku berada disini karena sedang dapat cuti satu minggu untuk mengurus kepindahan yang belum selesai. Kedua, aku tentu saja disana bekerja, ketiga-aku tanya lagi apa yang tunangan mu itu katakan?" tuturnya serius.

Terjadi keheningan sejenak, Seulgi menolah kearah lain memikirkan terlebih dahulu. Akhirnya terdengar helaan nafas berat,

"K-au yang menabrak Hanbin," ia menundukkan kepala setelah mengatakannya. Takut perkataannya salah-ya walaupun itu memang harapannya.

MAKE ME FEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang