Kang Seulgi mencintai Oh Sehun seperti malam, dipenuhi oleh diam.
Seulgi tidak mau menjadi bintang ; karena ia tidak mau menjadi salah satu diantara seribu.
Seulgi tidak mau Sehun menjadi bulan untuknya ; karena bulan selalu berubah-ubah.
Ia hanya...
Don't forget for comment, star. thxx, always be here xixi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deru nafas terengah-engah, detak jantung berdebar cepat. Tangan mencengkram kuat setir mobil, kaki menancap gas dengan kuat. Mengendarai dengan kecepatan tinggi, menyelipi beberapa mobil bahkan lampu merah. Sehun tidak peduli dengan semua yang ada disekitarnya, sibuk menggila untuk segera membawa gadis mungilnya ke Rumah Sakit.
Darah sudah banyak mengucur keluar, tangan Sehun sudah penuh darah untuk menahan luka tembakan tersebut dengan seutas kain. Berharap segera sampai, karena Seulgi sudah tidak sadarkan diri.
Melalui jalanan dengan kencang, bahkan melanggar peraturan lalu lintas. Diteriaki orang-orang, beruntung tidak sia-sia, karena dirinya berhasil membawa Seulgi ke Rumah Sakit. Meneriaki para suster untuk membawa ke UGD.
Sehun duduk menunggu, menggengam ponselnya dengan gemetar, berharap orang yang dihubungi segera mengangkat ponselnya.
"Temukan sekarang, bawa ke markas!" Dengan keadaan urak-urakan, Sehun buru-buru pergi dari sana. Sebelum itu segera menghubungi Wendy untuk datang agar menjaga tunangannya sebentar.
Seharusnya benar-benar pergi, tetapi niatnya terhenti ketika menemukan seorang laki-laki yang tingginya hampir sama dengannya. Kedua tangan dimasukan, penampilan yang begitu elegant. Kemudian berakhir tersenyum lebar, sambil menatap penampilan Sehun dari bawah sampai atas.
"Hi brother, long time no see."
Jantung Sehun langsung berdebar-debar tidak tenang, rasa takut menelusuri dirinya.
•••
Kedua mata Seulgi masih tertutup rapat, berbaring lemah dibantu oleh alat nafas dan lainnya. Luka tembak yang dihasilkan membuatnya kehilangan banyak darah, bisa saja akan tewas jika terlambat sedikit saja.
Sepertinya juga sudah hampir satu hari penuh belum siuman, begitupun Sehun yang belum kembali. Hanya ada Wendy yang menemani, sambil berkutik dengan laptopnya. Kurang baik apalagi dia, menuruti permintaan Sehun untuk menemani tunangannya—padahal banyak tugas menumpuk.
"Sehun belum kembali?" Chanyeol berdiri didepan pintu, melirik kesekitar untuk mengecek orang yang dicari.
Wendy tersenyum tipis, tetapi masih fokus mengetik. "Biarkan saja, mungkin sedang mengurus sesuatu berbahaya diluar sana. Berat tahu jadi orang penting, di ancam dari segala sisi." Tuturnya terlihat tidak masalah, sukses membuat Chanyeol tersenyum gemas.
"Hmm ya sudah, tapi jika kau ingin istirahat pulang saja. Nanti aku yang menjaga sambil menunggu Sehun kembali," lanjutnya melangkah masuk dan duduk disamping Wendy.