Chapter 05: The Other Side

9.8K 1.4K 140
                                    

Jennie's

Pacar?

Tadi aku gak salah denger kan sama apa yang di ucapkan Kai?

Mataku memandangi tubuhnya yang melekat pada tubuhku dan ketika pandangan kami bertemu, rasa-rasanya aku seperti kehilangan daya gravitasi untuk menahan tubuhku agar tidak terhempas.

"Jennie pacar gue."

Aku hanya bisa tertegun dan memandangnya dengan pandangan tidak percaya.

Seakan mengerti dengan maksud pandanganku, Kai kemudian berbisik, "Gue jelasin nanti."

Aku pun mengangguk namun ketika dia menarik tanganku dan membawaku keluar dari kerumunan, aku tidak mengerti sama sekali kenapa jantungku bisa berdetak lebih cepat dari biasanya.

Jujur, aku sama sekali tidak bisa menerka bagian Kai sebelah mana yang bisa membuat perasaanku menjadi tidak karuan seperti ini, apakah tubuhnya yang tegap, rambutnya yang hitam, atau mungkin aroma khas Kaisar Danistha yang membuatku hanya bisa pasrah ketika dia mengenggam tanganku seperti ini?

What do you do to me now, Kaisar Danistha?

Setelah berjalan melewati koridor panjang gedung F yang merupakan gedung perkuliahan jurusan Business International dan melewati taman kecil yang memisahkan gedung F dan E, akhirnya kami tiba di parkiran mobil FEB.

Akibat pikiranku yang masih kacau, aku benar-benar tidak mengerti kenapa Kai membawaku ke parkiran mobil.

Gue gak mau dia culik kan?

"Kak.." Aku menarik lengannya untuk mendapatkan perhatiannya. Ternyata, di detik itu juga aku baru menyadari, Kai belum melepaskan genggaman tangannya dariku.

Kai menoleh dan menatapku. "Ya?"

"Ini, lo gak mau nyulik gue kan?"

Kai mengedipkan kedua matanya dan sedetik kemudian tawanya pun terlepas.

Ah, lucu banget ternyata dia kalo lagi ketawa.

"Males banget nyulik lo, ngasih makannya susah."

Aku menatapnya datar, sok-sok ngambek gitu padahal sebenernya aku mau bilang kalo mendengarkan tawanya itu menyenangkan.

Tapi aku kan gengsian.

Lagian buat apa juga ngomong kaya gitu ke dia? Ya kan?

Sumpah, kayanya otak gue udah gak sinkron.

Aku masih menatapnya ketika tawanya terhenti. Aku benar-benar gak bisa mengartikan maksud dari tatapannya ketika dia melihat bajuku yang dipenuhi bercak merah dari jus tomat yang di lempar Mak Lampir barusan.

Ada pandangan sedih dan amarah di sudut matanya. I really cant tell which one is true.

Kai kemudian menghela nafasnya.

"Bentar, gue ada spare baju bersih di mobil gue."

Lagi-lagi aku tertegun memandangnya. Kenapa dia bisa sebaik ini?

Yours Truly • Kai x Jennie •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang