Chapter 25: Unbothered

5.3K 819 52
                                    

Kai's

Jaman dahulu kala, jaman dimana gue masih gagal move on dari Krystal gue selalu mempertanyakan Sean yang merelakan dirinya di perbudak oleh cintanya pada Sonya, yang sewaktu itu masih bocah SMA bau kencur.

Waktu itu gue berfikir, love was only meant for weak people. Kenapa gue bilang lemah? Ya karena mereka mau aja setolol itu dibego-begoin sama cinta.

I had enough ya, dibego-begoin sama cinta dan gue gak mau lagi diperbudak sama cinta.

Tapi bukan berarti gue harus jadi cowok sejuta wanita macam Andra juga. Gue cuma gak mau aja terlibat sama rumitnya hubungan sepasang pria dan wanita.

Sewaktu melihat Jennie seperti yang gue bilang dulu, gue memang gak pernah ada niatan sama sekali buat sayang sama dia. Loving her was the least thing that crossed my mind when I first saw her. Tapi kalo Jennie itu magnet, medan magnetnya mungkin terlalu kuat hingga gue gak bisa menahan lagi semua daya tarik dan rasa yang timbul dengan begitu saja.

Dan ketika gue harus membohongi perasaan gue, jujur aja gue gak tau gimana caranya untuk menyimpan perasaan itu untuk tidak keluar dari kotaknya karena mau seberapa besar usaha yang gue lakukan, this feeling would remain unbothered.

Hari ini genap sebulan sudah gue berpisah dengan Jennie karena keputusan tolol yang gue ambil sendiri. Delapan bulan lalu, di lokasi yang sama, di taman belakang gedung FEB, memori otak gue masih mengingat dengan jelas pertama kalinya gue meminta Jennie untuk menjadi pacar gue disini.

At that time, honestly I just randomly asked her out. Gak ada alasan khusus, kalau pun ada jawaban yang bisa gue kasih adalah karena gue maunya Jennie.

Tapi sekarang, delapan bulan kemudian, gue disini sendiri, menyesap batangan racun Marlboro merah—dengan hati yang berserakan, tanpa Jennie di samping gue.

Kalo lo bertanya bagaimana hidup gue selama sebulan ini? Well, let me sums up to you all in one fucking sentence: it was hell.

Gue bagaikan hidup di dalam neraka. Tersiksa lahir dan bathin.

Krystal masih terus mengancam seperti biasanya kalo gue pergi dari sisinya. Kejadian yang paling baru adalah ketika gue menemukan banyaknya sleeping pills yang gue temukan di dalam tasnya ketika gue membawa dia ke rumah sakit pasca gue bilang kalo gue gak bisa terus membohongi perasaan gue.

Segala daya dan upaya sudah gue lakukan untuk lepas dari Krystal tapi lagi-lagi Krystal bisa menahan dan menyiksa perasaan gue berkali-kali sampai gue udah gak tau lagi apa yang gue rasain.

Gue sedih? Gak usah ditanya gue sedihnya kaya apa.

Gue marah? Marah gak cukup buat mendeskripsikan gimana keselnya gue sama diri gue dan sama Krystal.

Gue frustrasi? Even now, the word frustrated is understatement to me.

Gimana gue gak frustrasi ketika gue tau Jennie berada dalam radius yang begitu dekat dengan gue tapi gue harus bersikap layaknya gue gak peduli? Layaknya gue gak bisa melihat dia? Dan apa yang harus gue lakukan ketika gue tau dia masih memandang gue dengan tatapan penuh harap? Somebody please kill me right away.

Dan ketika Krystal dengan sengaja memeluk tubuh gue dan mencium bibir gue di depan Jennie, di depan sayangnya gue.

Saat gue melepaskan ciuman Krystal, hal terakhir yang gue tau adalah Jennie sudah pergi dari sana dan Sonya mengumpat "Bajingan" kepada gue.

Well, I am that crazy bastard here right now.

"Puas sekarang?" Gue beneran gak tahan buat gak mengkonfrontasi Krystal waktu itu. "Perlu lo nyium gue di depan Jennie?"

Yours Truly • Kai x Jennie •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang