Danies
*****
Vanka bercermin pada cermin di kamarnya. Vanka berdecak kesal karena menyadari ukuran tubuhnya sekarang. Pahanya terlihat melebar.
"Gue harus rajin olahraga dan diet!" kata Vanka menyemangati dirinya.
Vanka harus menghentikan kebiasaan ngemilnya dan banyak memakan buah dan sayur,olahraga yang cukup,dan minum air putih yang cukup. Sudah tiga hari ini dia melakukan itu. Bahkan kemarin pun pagi sekali Vanka sudah pergi ke tempat senam. Ia mengambil kesempatan tersebut di hari minggu.
Vanka segera memasang seragam sekolahnya. Ia tidak boleh telat karena hari ini adalah hari senin, upacara. Apalagi Vanka ada janji dengan Rafa untuk bertemu hari ini bicara secara pribadi di sekolah.
Vanka mengetukan kakinya menunggu Rafa datang. Tempat mereka bertemu adalah di belakang gedung musik yang mana sangat sepi. Tempat yang banyak terdapat rerumputan hijau.
"Sorry. Udah lama?" tanya Rafa saat sudah tiba. Ia duduk di rerumputan di sebelah Vanka.
Vanka menggeleng. Dia pun baru sampai.
"Langsung to the point aja. Bentar lagi upacara.""Masih setengah jam,Van," kata Rafa melihat jam tangannya.
"Jadi lo nerima tawaran gue?" tanya Rafa.
Vanka mengangguk. Ia sudah memutuskan untuk menerimannya. Ia hanya ingin Ryan merubah sikapnya dan berhenti mengganggunya.
"Tapi, gimana caranya?""Mudah aja," jawab Rafa. "Yang harus lo lakuin adalah mengetahui banyak hal tentang dia."
"Dengar baik-baik. Ryan itu sangat kesepian..." Rafa pun mulai menjelaskan bagaimana keadaan keluarga Ryan, bercerainya orang tua Ryan, dan kecelakaan Riska yang membuat Ryan sangat terpuruk.
"Dia merasa kehilangan semuanya dan menjadi sosok yang rapuh. Makanya sikap dia kayak gitu. Ia memerlukan pelampiasan atas penderitaannya. Dia pikir hidupnya enggak adil. Dia nggak sadar bahwa masih ada Aku,Arsen,dan Danies yang sudah bersamanya sejak SD," jelas Rafa pada akhirnya.
"Terus, kenapa dia sangat terpuruk saat kakanya meninggal?" tanya Vanka heran. Dari cerita Rafa, Ryan baik-baik saja saat perceraian kedua orang tuanya. Namun, saat kehilangan Riska, dia sangat terpuruk.
"Dia nggak bisa nerima kenyataan itu. Menurutnya kematian kakaknya terasa enggak adil," jelas Rafa lagi.
"Kenapa dia berpikir kayak gitu?"
Rafa menggeleng.
"Riska itu sudah seperti ibu baginya.""Apa kecelakaan Riska disebabkan oleh seseorang?"
Rafa terkesiap.
"Enggak. Enggak ada yang tahu apa penyebab dan kenapa dia kecelakaan.""Jadi, apa selanjutnya?" tanya Vanka.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Only You (Complete)
Teen Fiction"Kenapa sih lo suka banget cari masalah sama gue?"tanya Vanka dengan nafas yang masih memburu. "Karena gue pengen selalu terhubung sama lo," jawab Ryan dengan senyum miring khas di wajahnya. Dan sejak itu, Vanka rasa hidupnya benar-benar sial. ****...