Vanka duduk termenung di atas ranjangnya. Vanka merasakan Dejavu saat ini. Ia pernah duduk termenung seperti ini dimalam hari dengan baju piyama. Dan orang yang dipikirkannya adalah Ryan. Saat dimana dia memikirkan pembalasan dendam karena rasa kesalnya terhadap kelakuan Ryan. Dan hal itu lah yang membawanya pada kejadian malam ini.
Ya, Vanka sedang memikirkan Ryan saat ini. Apapun yang terjadi malam ini sudah menghantuinya hingga dia sulit untuk tidur.
Betapa bingungnya Vanka saat ini. Ryan yang marah karena melihat ia dengan Tyo sangat romantis, yang sebenarnya keromantisannya itu dibuat-buat oleh Vanka.
Apa Ryan cemburu? Tapi kenapa dia begitu pintar mengelak hal tersebut?
Vanka bukan gadis polos yang bisa dibohongi dengan mudah. Menurut Vanka, sikap dan ekspresi Ryan sudah menggambarkan segalanya.
Hanya saja Ryan tidak mau mengakuinya karena rasa gengsinya, seperti yang Rafa katakan.
Dan yang paling menyebalkan adalah kenapa Ryan menyuruh melupakan tentang malam ini? malam di mana ia kalah dengan perasaannya sendiri.
"Bodoh!" umpat Vanka. Entah siapa yang ia maksud.
"Apa lo bisa tidur malam ini setelah kelakuan aneh lo itu?" Vanka mengomel.
Vanka berbaring dan bergerak gelisah. Hingga ia memilih duduk lagi.
"Apa iya Ryan cemburu?" tanya Vanka pada dirinya sendiri.
Vanka yakin sekali jika Ryan cemburu. Tapi kenapa ia sangat penasaran?
Bahkan, saat Vanka membayangkan Ryan cemburu tanpa sadar sudah mampu membuatnya tidak bisa menahan senyumnya.
Vanka meyakinkan dirinya untuk tidak perlu memikirkan hal tersebut. Hingga ia bisa tertidur saat sudah lewat tengah malam. Tidak masalah jika besok dia kesiangan karena besok hari minggu.
*****
"Tumben lo bertiga pagi-pagi gini ke rumah gue?" tanya Ryan dan menghempaskan tubuhnya ke sofa.
"Mood kita lagi bagus nih." sahut Danies dan mengangkat kantong plastik berisi berbagai makanan dan menaruhnya di atas meja.
"Elah, itu semua gue yang bayar." ucap Arsen sewot.
Rafa yang sejak tadi memainkan ponsel kini sudah menyimpannya "Gimana tidur lo tadi malem? nyenyak ?"
Ryan menatap Rafa dengan wajah datarnya "Menurut lo gimana?"
Rafa menghela nafas jengah "Akui aja perasaan lo itu. Ya seenggaknya sama kita bertiga."
"Lo to the poin banget ya," balas Ryan tidak senang.
"Yap. Sama Vanka? itu urusan belakangan!" sahut Arsen.
Ryan terdiam sejenak menatap ketiga temannya satu persatu yang juga tengah menatapnya.
"Emang perasaan gue penting banget buat kalian ketahui?" tanya Ryan tidak suka.
Rafa berdecak, Ryan masih berusaha keras mempertahankan harga dirinya "Ini masalah perasaan. Lo gak bisa ngelak apa yang lo rasain. Dan masalahnya lagi, lo gak tahu siapa cowok yang deket sama Vanka," jelas Rafa.
Mendengar ucapan Rafa, Ryan langsung bergerak tak nyaman karena mendengar Rafa menyebut Vanka dekat dengan seseorang. Namun Ryan terlalu gengsi menanyakan siapa seseorang itu. Dan lagi, perasaannya terhadap Vanka belum terlalu dalam.
Rafa juga tidak ingin memberi tahu Ryan saat ini. Menurutnya, Ryan harus mencari tahunya sendiri.
Arsen dan Danies yang juga mengetahui siapa orang itu, hanya memilih diam. Mereka selama ini diam-diam juga memperhatikan Vanka. Mereka penasaran dengan sosok Vanka setelah apa yang terjadi di kantin dulu. Tempat semua berawal.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Only You (Complete)
Teen Fiction"Kenapa sih lo suka banget cari masalah sama gue?"tanya Vanka dengan nafas yang masih memburu. "Karena gue pengen selalu terhubung sama lo," jawab Ryan dengan senyum miring khas di wajahnya. Dan sejak itu, Vanka rasa hidupnya benar-benar sial. ****...