Kevin terpaku melihat siapa yang bertamu ke rumahnya. Orang itu saat ini tengah duduk santai di sofa dengan secangkir kopi di depannya yang tersaji di atas meja.
Orang itu melihat Kevin dan tersenyum. "Lama tidak bertemu,Kevin"
Kevin menatap orang itu dengan datar. "Yah. Ada keperluan apa om ke sini? malam-malam gini?"
"Hanya bertamu. Bagaimana hubungan kamu dengan Ryan?" tanya orang itu balik.
Kevin menghela nafas. "Kami gak pernah lagi saling bicara."
Orang itu, yang ternyata adalah Andreason, terlihat menyesal. "Aku sebagai ayahnya, meminta maaf atas sikapnya. Dia hanya belum dewasa untuk mengerti semua yang terjadi."
Kevin sebenarnya curiga dengan kedatangan Ayah Ryan. Sudah bertahun-tahun lamanya, mereka tidak pernah saling bertemu lagi sejak kejadian 6 tahun yang lalu.
Kevin menatap mata Andreason dengan lekat, mencari sesuatu yang mungkin saja tersembunyi di sana.
Tiba-tiba saja Kevin merasa pernah melihat mata itu menatapnya, namun dengan orang yang berbeda. Tapi siapa gerangan orang itu?
"Kenapa,Vin?" tanya Andreason heran.
Dan dia melihat bibir itu, bibir itu seperti mirip dengan seseorang yang pernah bicara dengannya. Tapi, itu juga bukan Andreason, ada orang lain yang mirip dengannya, entah kenapa Kevin merasa begitu.
Kevin tersenyum tipis hampir tak terlihat. "Aku akan ke kamarku."
Kevin berusaha keras menyingkirkan pikirannya tentang Andreason.
Ini aneh, dia tidak pernah merasa begitu, seolah dia pernah bicara dengan orang yang sangat mirip dengan Andreason hanya karena pertemuannya hari ini. Tatapannya dan cara bicaranya, mengingatkannya pada seseorang entah siapa.
Satu-satunya orang yang mungkin mirip dengannya adalah Ryan. Tapi, Ryan tidak mirip sedikit pun dengan Andreason.Kevin menggelengkan kepalanya,berusaha menyingkirkan pikiran aneh itu. Mungkin hanya perasaannya.
Tak lama setelah kepergian Kevin, Rossa datang dan bergabung bersama Andreason, duduk di salah satu sofa yang berjauhan dengan Andreason.
"Kamu benar-benar nekad datang malam-malam begini!" kata Rossa kesal namun khawatir "Bagaimana jika anak-anak melihatmu?"
"Kenapa? kau takut jika anak-anak... mu akan curiga?" tanya Andreason sedikit ragu saat mengatakan kata 'anak-anakmu'.
"Kau tahu itu,Andre," geram Rossa.
"Maaf,kan aku," kata Andreason penuh penyesalan. "Tapi, Kevin sudah melihat dan bicara denganku."
"A-apa?!" Rossa terkejut. "Apa yang kalian bicarakan?"
"Hanya basa-basi biasa. Dia tidak curiga sedikitpun," jelas Andreason.
Rossa menghela nafas. "Kamu tidak mengenal anakku,Andre. Dia sangat pandai menyembunyikan perasaannya."
Andreason mengangguk. "Dia mirip sekali denganmu. Berbeda dengan Mia. Dia tidak mirip sama sekali denganmu, dia hanya mirip dengan...."
"Simpan saja!" potong Rossa "Jangan membahas soal itu di sini."
"Baiklah," ucap Andreason mengalah. "Hubungannya dengan Kevin belum membaik sampai sekarang."
"Aku tahu itu," Rossa terlihat sedih.
"Kita akan menyatukan mereka kembali,Rossa," kata Andreason yang membuat Rossa menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya.
"Tapi, sebelumnya, harus ada dua orang yang bersatu," lanjut Andreason, Rossa yang langsung memahami perkataan Andreason, langsung menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Only You (Complete)
Teen Fiction"Kenapa sih lo suka banget cari masalah sama gue?"tanya Vanka dengan nafas yang masih memburu. "Karena gue pengen selalu terhubung sama lo," jawab Ryan dengan senyum miring khas di wajahnya. Dan sejak itu, Vanka rasa hidupnya benar-benar sial. ****...