Vanka melangkahkan kakinya memasuki area sekolah. Sudah dua bulan dia bersekolah di Jakarta. Semuanya begitu cepat berubah.
Vanka merasa jika kepindahannya mengubah hidupnya. Ini semua tidak luput dari peran Ryan dan Kevin.
Vanka sempat melihat Ryan di parkiran saat dia keluar dari mobil. Namun, laki-laki itu langsung berlalu tanpa meliriknya sedikitpun. Vanka merasakan perutnya terasa mulas saat Ryan tidak menghiraukannya.
"Hai," sapa Kevin tiba-tiba yang baru datang. Wajahnya terlihat lebih ceria dari yang kemarin-kemarin.
"Hai,Kevin," balas Vanka tersenyum.
"Ke kelas bareng?" tawar Kevin.
Vanka mengangguk. Tidak mungkin juga dia menolak karena dia memang ingin ke kelas.
"Gimana sama Ryan? dia marah?" tanya Kevin cemas.
"Seperti yang lo duga." Vanka menghela nafas lemah.
"Maaf. Seharusnya lo gak perlu datang tadi malam."
"Ini cuman kebetulan,Kevin."
Kevin mengangguk. "Gue pengen hubungan kalian tetep baik-baik aja."
Vanka tidak menyahut dan terus berjalan di samping Kevin tanpa berkata apapun lagi. Mereka terhenti di depan kelas saat melihat Rafa berdiri di depan kelas.
"Gue mau ngasih tahu lo sesuatu," kata Rafa saat Vanka sudah berada di depannya, di belakangnya berdiri Kevin.
"Tentang Ryan?" tanya Vanka.
"Iya. Tapi, cuman sama lo," kata Rafa dan melirik Kevin untuk menjauh.
Kevin yang paham maksud Rafa, segera masuk ke dalam kelas. Kini hanya tertinggal Rafa dan Vanka di depan kelas.
"Cepetan ceritain!" desak Vanka.
Rafa mendekati telinga Vanka dan berbisik. "Malam ini, Ryan bakal ngehadirin acara makan malam. Ayahnya akan membahas masalah perjodohan Ryan sama..."
"Apa?" pekik Vanka terkejut. "Darimana lo bisa tahu?"
"Makanya, dengerin dulu. Gak usah teriak-teriak!" kesal Rafa.
Vanka terlihat cemas. "Yaudah, lanjutin!"
"Ryan bakalan dijodohin sama sepupu gue. Paman gue dan Andreason sudah merencanakannya sejak lama."
Vanka memegang dadanya. Jantungnya seperti mau meloncat mendengar penjelasan Rafa. "Lo gak bohong,kan?"
"Gak. Gue serius. Gue bener-bener gak tahan buat gak kasih tahu lo. Kayaknya ayah Ryan ngerencanain sesuatu. Entah apa itu," curiga Rafa.
"Kenapa lo bisa tahu segalanya ?" tanya Vanka lagi.
"Gue adalah orang yang paling deket sama Ryan dibanding Danies sama Arsen. Kenapa gue curiga? karena yang gue tahu perjodohan ini cuman sandiwara," jelas Rafa.
Vanka mengerut. "Untuk apa ayahnya Ryan melakukannya?"
"Itu yang gak gue tahu. Nanti gue cari tahu," jawab Rafa. "Gue harus balik ke kelas. Gue belum piket kelas."
Vanka mendapatkan cengiran konyol dari Rafa sebelum dia pergi. Ia menghela nafas. Masalah yang satu belum selesai, masalah lain malah datang.
*****
Ryan kini berada dalam satu mobil dengan ayahnya. Kedua anak dan ayah itu sedang dalam perjalanan menuju restoran untuk makan malam.
Setelah perdebatan yang begitu panjang, Ryan akhirnya mau menuruti ayahnya untuk ikut malam.
Ryan mengenakan pakaian formal dengan dasi pita terpasang di kemejanya. Wajahnya ditekuk, tanda dia sangat tidak antusias dengan acara makan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Only You (Complete)
Teen Fiction"Kenapa sih lo suka banget cari masalah sama gue?"tanya Vanka dengan nafas yang masih memburu. "Karena gue pengen selalu terhubung sama lo," jawab Ryan dengan senyum miring khas di wajahnya. Dan sejak itu, Vanka rasa hidupnya benar-benar sial. ****...