"Ryan, lo jangan macem-macem!" nasehat Rafa.
"Terserah gue mau ngapain! ini urusan gue!" elak Ryan.
"Apa jangan-jangan lo suka lagi sama Vanka? yakan!" tuding Ryan.
Rafa menggeleng "Bukan gitu. Gue kasihan sama dia. Dia cewek."
"Bodo!"
Ryan baru saja keluar dari kantor polisi. Rafa sudah berusaha keras untuk mencegahnya. Namun, apalah daya kekeras kepalaan Ryan memang sangat sulit untuk dihancurkan.
Rafa mendengus kesal. Jadi, Ryan minta ditemani keluar hanya demi ke kantor polisi ? melakukan penuntutan karena hanya hal sepele?
Rafa tidak habis pikir dan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi besok di sekolah.
"Ryan, pikirin lagi! Apa yang lo lakuin ini keterlaluan," kata Rafa penuh peringatan saat sudah on the way ke rumahnya. Ryan akan mengantar Rafa langsung ke rumahnya karena ia sudah menjemputnya secara paksa.
"Keterlaluan? Undang-undang sudah mengaturnya. Gue bisa nuntut dia!" kata Ryan tak peduli.
Rafa memijit pelipisnya lelah. Oke, mungkin tidak ada yang bisa melawan Ryan Andreason.
Esok harinya Rafa menelpon Vanka memintanya untuk datang ke belakang gedung musik. Pagi-pagi sekali dan Vanka tidak boleh terlambat. Sebelum pukul 6 Vanka sudah harus disana. Orang tuanya pun sangat heran. Tumben Vanka berangkat sekolah pagi sekali?
Tanpa banyak tanya, Vanka langsung menuruti karena Rafa berkata ada masalah serius yang harus dibicarakan. Namun, betapa bingungnya Vanka saat yang didapatinya hanyalah seorang Ryan.
Vanka memilih berdiri di sebelah Ryan dengan jarak dua meter. Terlalu dekat dengan Ryan sangat berbahaya. Begitulah pikiran Vanka
"Ngapain lo di sini?" tanya Vanka sewot.
"Gue yang mau ketemu sama lo. Bukan Rafa," jawab Ryan menatap Vanka datar.
Vanka mulai merasakan keanehan. Ryan tiba-tiba mengajaknya bertemu secara pribadi? pagi-pagi sekali? Vanka tahu tidak akan ada hal yang baik jika itu ada hubungannya dengan Ryan.
Ryan menyodorkan sebuah amplop kuning pada Vanka.
"Baca!""Gak! Langsung ngomong aja apa yang lo mau!" tolak Vanka mentah.
"Semua yang gue bicarain ada di situ," kata Ryan masih belum menarik tangannya yang menyodorkan amplop.
Vanka mengambil amplop tersebut. Membuka dan membacanya dengan tergesa-gesa. Terjadi perubahan ekspresi pada wajah Vanka. Marah dan terkejut, namun juga takut.
Vanka melihat Ryan tersenyum miring.
"Kenapa lo melakukan tuntutan konyol ini? apa lo punya bukti?"Ya, Ryan melakukan penuntutan pada Vanka. Karena Vanka lah yang sudah membuat semua ban mobil Ryan bocor. Sehingga Ryan melakukan penuntutan karena Vanka telah melakukan perusakan barang milik orang lain dan perbuatan merugikan orang lain.
Ryan terkekeh kecil.
"Lo bego! Sekolah kita ini dikelilingi banyak cctv."Vanka terdiam membeku. Kenapa dia tidak mencek hal sepenting itu di sekolah ini?
"Lo juga bego. bocorin semua ban mobil gue. Kelihatan kan kalau itu ada unsur kesengajaan?" lanjut Ryan sinis.
Vanka makin merutuki kebodohannya. Seharusnya dia tahu iblis seperti apa yang sedang dihadapinya kali ini.
Vanka menelan ludah. Tiba-tiba kerongkongannya terasa kering. Detik itu juga, airmatanya jatuh.
Ryan terkesiap melihatnya, namun ia segera bersikap santai. Karena menurutnya Vanka hanya berakting.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Only You (Complete)
Teen Fiction"Kenapa sih lo suka banget cari masalah sama gue?"tanya Vanka dengan nafas yang masih memburu. "Karena gue pengen selalu terhubung sama lo," jawab Ryan dengan senyum miring khas di wajahnya. Dan sejak itu, Vanka rasa hidupnya benar-benar sial. ****...