28.Kenyataan.

11.5K 417 5
                                    

Ryan menimang-nimang ponselnya bimbang. Apakah dia akan menghubungi Vanka untuk menjemputnya sekolah pagi ini atau tidak?

Jika Ryan boleh jujur, dia sangat merindukannya setelah dua hari satu malam tidak berbaikan dengan Vanka, tidak saling menyapa. Ryan benar-benar merindukannya. Namun, Vanka juga sama sekali tidak menghubunginya dan berusaha memperbaiki hubungannya. Tidak ada yang dilakukan Vanka , seolah dia sudah pasrah dengan apa yang terjadi.

Ryan terlalu menyiksa diri dengan menuruti rasa gengsinya. Rindu itu terasa ingin membunuhnya karena sesak yang dirasanya.

Ryan sudah tidak tahan lagi, jadi dia putuskan untuk segera menghubunginya detik itu juga. Beberapa detik kemudian, sambungan panggilan terhubung.

"Hallo?"

Ryan terpana mendengar suara Vanka. Suaranya seperti alunan musik lagu favoritnya.

"Ryan, ini lo,kan?" tanya Vanka seolah tidak percaya bahwa yang meneleponnya adalah Ryan.

Ryan mengerjap. "Iya,ini gue."

"Ada apa?"

Ryan meneguk air liurnya. Kenapa dia yang jadi gugup begini? seperti dia saja yang melakukan kesalahan dan harus meminta maaf.

"Lo berangkat sekolah barang gue?" ajak Ryan yang sebenarnya terdengar seperti pertanyaan.

"Lo udah gak marah?"

Ryan tidak menggubris pertanyaan Vanka. "Gue on the way sekarang."

Ryan mengakhiri panggilan secatra sepihak dan segera menjalankan mobilnya menuju rumah Vanka.

Vanka yang sudah menunggunya di teras langsung menghampiri mobil Ryan dan masuk saat Ryan tlah tiba.

"Sabuk pengaman lo,Van," peringat Ryan karena Vanka tidak kunjung memakainya juga sampai setelah Ryan menjalankan mobilnya.

"Oh,iya." Vanka memberikan cengirannya, benar-benar canggung.

"Kemarin lo berangkat sama siapa?"

"Berdua...."

"Berdua? sama siapa?" potong Ryan spontan.

"Sama supir taksi."

"Oh."

Hanya oh? Vanka sempat mengira Ryan akan meminta maaf karena tidak menghiraukannya dan tidak menjemputnya seperti biasa. Tapi yang bersalah di sini siapa? untuk apa dia berharap begitu.

Selanjutnya suasana mobil Ryan hanya diselubungi keheningan. Kedua manusia di dalamnya sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing hingga mereka sampai di area parkiran sekolah.

Vanka hendak keluar namun Ryan segera menahannya dengan mencekal lengannya, Vanka pun mengurungkan niatnya dan kembali duduk.

"Besok... peringatan HUT sekolah, lo gak usah datang."

Vanka mengkerut. "Kenapa?"

"Acaranya gak bagus."

"Lo sendiri?"

"Gue gak pernah datang juga, tahun-tahun sebelumnya juga gitu," jawab Ryan acuh.

"Oke. Gue gak akan datang."

Ryan melepaskan cekalannya. "Soal Kevin.. kita lupain."

Vanka tersenyum. "Harusnya dari kemarin. Gue kangen sama lo."

Ryan mengulum senyumnya mendengar pengakuan Vanka. "Yaudah, lo duluan aja ke kelas. Hari ini kayaknya free. Soalnya pada sibuk nyiapin acara besok."

#1 Only You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang