Vanka masuk ke dalam kamarnya dengan senyum yang terukir jelas, kentara sekali jika dia sedang bahagia.
Malam ini, Ryan meminta Vanka untuk meresmikan hubungan. Tanpa banyak basa-basi, Vanka menganggukan kepalanya.
Vanka bahkan tidak menyangka akan secepat ini. Tapi semuanya terjadi begitu saja. Begitu mudahnya tuhan membolak-balikan hati seseorang dalam waktu yang cepat. Tidak pandang bulu, meskipun kedua orang itu saling membenci, bahkan sangat saling membenci. Tidak ada yang bisa melawan perasaan hati, karena apa yang ia rasakan, itulah kenyataannya.
Ke esokan harinya, Vanka mengawali harinya dengan perasaan yang berbeda. Sudah bukan seorang 'Jomblo' lagi, Vanka merasakan semangat yang terasa berbeda hari ini. Dia tidak bisa berhenti tersenyum.
Seperti biasanya, Ryan akan menjemputnya berangkat sekolah, mengantarnya sampai ke kelas.
"Nanti jam istirahat ke kantin sama gue," pinta Ryan saat berada di depan kelas Vanka.
"Lo duluan aja ke kantin, gue bakal nyusul," kata Vanka pasrah.
"Oke. Gue ke kelas dulu," pamit Ryan.
Vanka hanya tersenyum, hatinya terasa menghangat. Ia masuk ke dalam kelas dan sempat melirik Kevin sebelum dia duduk. Saat itu juga, senyum di wajahnya memudar.
Vanka merasa bersalah. Dia seperti mengkhianati Kevin. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak melakukannya meski Ryan yang memintanya. Tapi, ia sama sekali tidak punya pilihan saat ini. Rencananya merubah sikap Ryan tidak akan berjalan lancar jika dia menyakitinya dengan terus bersama Kevin.
Vanka menghela nafas. Ia merasa dilema. di satu sisi dia menginginkan Ryan, di sisi lain dia memiliki simpati yang besar untuk Kevin.
Jam istirahat, Ryan ternyata menjemput Vanka untuk ke kantin.
"Bukannya gue bilang duluan aja ke kantin?" tanya Vanka terlihat jengah.
"Gue maunya bareng. Status kita sekarang udah beda," balas Ryan.
Seperti petir yang menggelegar di siang bolong, jantung Kevin langsung berdentum-dentum hingga ia mendengarkan detaknya. Entah kenapa, Kevin merasa sangat terluka karena hal itu. Kevin sangat mengerti apa yang dimaksud Ryan.
'Status yang berbeda' sudah jelas mereka meresmikannya. Itu sudah tidak perlu lagi dipertanyaan, melihat bagaimana posesifnya Ryan.
Kevin tiba-tiba merasa hampa, seolah-olah ia mati rasa dan kehilangan semangatnya. Orang yang memberinya semangat telah memilih berada di sisi orang lain.
Kevin sadar, perasaannya pada Vanka bukan sekedar takut kehilangan seorang teman. Melainkan takut kehilangan orang yang dia cintai.
Ya, Kevin jatuh cinta padanya. Dia merasa nyaman saat bersamanya. Rasa yang hadir sejak lama, namun baru dia sadari.
*****
Vanka menganga melihat rumah Ryan. Begitu mewah,besar, dan elegan.Setelah memaksa Vanka untuk ikut dengannya, ternyata Ryan membawanya ke rumahnya. Malam-malam lagi!
"Lo tinggal sama siapa di sini?" tanya Vanka pada Ryan. Ryan sedang membawa Vanka ke halaman belakang, ke rumah kecil.
"Sama Mbok Tin. Dia lagi masak buat kita," jawab Ryan.
Mereka akhirnya sampai di sebuah tempat penuh bunga dan di sana terdapat rumah kecil, tempat bermain Ryan dan Riska waktu kecil.
Vanka menganga takjub. "Tempat apa ini,Ryan?"
Ryan tersenyum. "Ini tempat spesial. Dimana gue bisa mengenang kakak gue. Tempat bersejarah ini adalah tempat gue dan Riska menghabiskan waktu."
Vanka tersenyum, merasa terharu karena Ryan mau mengajaknya dan memperlihatkan tempat bersejarah itu. Tempat yang begitu indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Only You (Complete)
Teen Fiction"Kenapa sih lo suka banget cari masalah sama gue?"tanya Vanka dengan nafas yang masih memburu. "Karena gue pengen selalu terhubung sama lo," jawab Ryan dengan senyum miring khas di wajahnya. Dan sejak itu, Vanka rasa hidupnya benar-benar sial. ****...