Donghyun - Birth

52 8 13
                                    

"Papa!"

Donghyun merentangkan kedua lengannya menyambut gadis kecil berkuncir dua yang berlari ke arahnya. Senyum gadis itu makin merekah begitu Donghyun menggendongnya dan mencubit pipinya gemas. Pria tampan itu langsung memutar badan dan berjalan menjauhi sekolah putrinya, hendak pulang dengan berjalan kaki.

Namun senyum gadis kecil itu tak bertahan lama. Ia melirik ke arah teman-teman satu sekolahnya yang bergandengan dengan ibu mereka.

Donghyun peka, tentu saja.

"Yuki mau punya mama," celetuk gadis itu.

"Hm? Kan bu guru di sekolah mamanya Yuki juga," Donghyun mencoba menghibur gadis kecilnya dan berhasil, senyum polos Yuki kembali bersinar.

"Berarti Yuki boleh manggil bu guru 'Mama' ya Pa?"

"Kalo itu tanya dulu, tapi sih biasanya kalo yang minta anak cantik dibolehin," Yuki tertawa riang.

"Yeee!!! Kalo gitu ganti aja Pa, Yuki nggak mau punya Mama, Yuki maunya punya mobil kayak gitu aja!" Yuki menunjuk mobil yang melintas. Donghyun tertawa menyadari kepolosan Yuki.

"Pas Yuki libur sekolah kita ke tempat kerja Papa gimana? Banyak mobil keren, malah bisa ganti-ganti terus,"

"Beneran Pa?" tanya Yuki antusias.

"Iyaaa..."

"Asyik!!! Yuki sayang Papa!"

"Papa juga sayang Yuki,"

Sepasang ayah dan anak itu terus bercanda riang sembari menyusuri jalan pulang. Jarak tak lagi terasa jauh saat kau melewatinya dengan tawa riang bersama orang yang kau sayang, inilah yang terjadi pada mereka.

Namun Donghyun tak lagi tertawa saat mereka tiba di rumah dan ia menyadari ada dua pasang sepatu wanita bertengger di depan pintu. Ia mengenali salah satunya, membuatnya mendadak mengeratkan pelukannya pada Yuki seakan takut gadis kecilnya akan menghilang.

"Udah pulang, Nak?"

Sukses benar suara itu membuat jantung Donghyun berdesir. Pintu perlahan terbuka dan muncul sosok wanita paruh baya yang tersenyum ramah padanya dan Yuki. Ada seorang wanita lagi di belakangnya, juga ikut tersenyum.

Buru-buru Donghyun memasuki rumahnya dan membawa Yuki masuk kamar. Yuki jelas kebingungan, namun Donghyun mengecup kening gadis kecilnya dalam-dalam.

"Papa ada urusan sebentar, Yuki tunggu di dalam, jangan keluar kecuali Papa yang suruh atau Papa yang buka pintu ya?" pinta Donghyun.

"Itu siapa, Pa?"

Donghyun tak menjawabnya. Ia hanya tersenyum lalu keluar dan mengunci pintu kamarnya. Ditatapnya dua wanita paruh baya itu sinis.

"Mau apa kalian?" tanya Donghyun ketus.

"Nak, Ibu..."

"Saya mau ambil cucu saya, satu-satunya pewaris keluarga Takahashi," wanita yang tadi membuka pintu tampak terkejut kalimatnya dipotong begitu saja. Ia terlihat salah tingkah, seakan yang dikatakan wanita tadi bukan bagian dari rencana mereka. Tatapan Donghyun semakin sinis.

"Cucu anda? Maaf Nyonya Takahashi, anda bilang anak saya itu cucu anda?" tanya Donghyun dengan nada sarkas.

Mata wanita yang dipanggil 'Nyonya Takahashi' tadi membulat. Ia bergerak maju dan menatap Donghyun tepat di matanya.

"Anak itu lahir dari rahim anak saya..."

"Anak anda? Maksud anda anak yang anda maki-maki setelah dia menangis di hadapan anda karena dinodai atasannya?! Anak yang anda bilang memalukan keluarga padahal ia hanya korban?! Anak yang anda usir karena hamil di luar nikah?!"

Broken InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang