Haydan x Ayu - A Few Years Later

25 5 2
                                    

"Ayu! How's life?!"

Ayu tersenyum ramah. Haydan baru muncul setelah setengah jam ia menunggu di tempat perjanjian mereka.

Tapi Haydan dimaafkan karena ini pertama kalinya mereka bertemu sejak kelulusan tiga tahun yang lalu.

"Not that bad, not that fun, just so so I think?" sahut Ayu.

"So so lu bilang? Hidup keliatan bahagia gini lo bilang so so hah? Takabur emang!"

Ayu tertawa lagi. Ia bahkan sampai tak sempat berterimakasih pada pramusaji yang datang mengantar pesanannya. Haydan yang menyadari itu hanya ikut tertawa saja.

"Mungkin kalo dulu kita bener-bener pacaran ni gue jadi baper beneran," celetuk Haydan menatap makanan yang datang. "ayam geprek, mendoan, sama es jeruk, gila tiga tahun nggak ketemu sama sekali masih inget aja favorit gue,"

"Ya menurut ngana ngapain gue nawarin makan di restoran indonesia kalo mau makan western food?"

"Iya deh iya yang udah kerja di sini, gue mah apa?"

"Sound director langganan box office movie Indonesia yang lagi menikmati masa liburan, iya kan?"

Haydan mengangkat kedua tangannya. Ia akan selalu kalah jika berdebat dengan Ayu, selalu begitu sejak mereka saling mengenal. Lagi-lagi mereka tertawa dan kembali berkelakar.

Ini benar-benar pertama kalinya mereka bertemu setelah tiga tahun tak pernah menghubungi satu sama lain. Selepas wisuda Ayu langsung mendapat pekerjaan sebagai editor majalah di New York sedangkan Haydan sibuk dengan dunia filmnya. Lucunya adalah mereka selalu tahu kondisi masing-masing tanpa perlu menanyakan kabar.

Ikatan 'pura-pura' yang pernah mereka lakukan jelas berperan besar di sini.

"Jadi... Kenapa lo tiba-tiba ngajak ketemu?" tanya Ayu setelah menghabiskan nasi gorengnya.

Gerakan Haydan sempat tersendat, kemudian ia kembali melanjutkan makannya seakan tak terjadi apa-apa.

"Iseng aja," jawab Haydan sekenanya. "satu-satunya orang yang gue kenal di sini lo doang dan kita udah lama nggak ketemu so why not?"

Ayu mengangguk. Tangannya sibuk mengaduk es jeruk miliknya. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun keraguan menahannya.

"A... Kiara... Lo tahu kabarnya gimana?" tanya Ayu lagi.

"Terakhir gue denger dia jadi relawan guru di perbatasan," Haydan tersenyum kecut. "Kiara selalu jadi orang baik,"

"Kalo..."

"Kontraktor selalu dicari orang Yu. Dia nasibnya kaya lo, pekerjaan menyenangkan," potong Haydan. "dan kabarnya Ajun masih jomblo. Minat balikan?" godanya.

Giliran Ayu yang memaksakan senyumnya. Dua nama yang baru saja disebut Haydan selalu membuatnya teringat akan keputusan bodohnya di masa lalu.

"Nyeselnya belum ilang ya Yu?" tanya Haydan.

"Lo masih nyesel?"

"Selalu," Haydan tersenyum. "tapi kita terlanjur jauh,"

Ayu mengangguk setuju. Sepenuhnya ia sepakat dengan pernyataan Haydan.

"Pengecut banget ya kita? Ajun selalu bikin lo keinget adek lo dan Kiara nggak aman kalo deket gue, terus dengan gobloknya kita justru bikin masalah baru dengan pura-pura pacaran. Yang lebih lucu bisa-bisanya akting kita awet sampe lulus," Ayu terkekeh.

"Harusnya kita dulu belajar menghadapi masalah, bukan lari dari masalah," timpal gadis itu yang dibalas anggukan Haydan.

Cukup lama mereka terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mereka mencoba mencari pembelaan atas apa yang mereka lakukan dulu namun nihil. Mereka sadar itu memang sebuah kesalahan.

Broken InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang