Haena - Favorite

41 7 3
                                    

"Mbak Haena masak banyak banget!"

Wajah Haena menyembul dari balik pintu kamar dan melihat ke arah meja makan.  Semmi tampak kebingungan sekaligus senang melihat berbagai macam makanan di atas meja. Ia menoleh ke arah Haena dan menatapnya penuh harap.

"Makan aja, yang penting rantangnya jangan disenggol ya," ucap Haena, sudah paham maksud tatapan memelas adik semata wayangnya.

Haena sudah benar-benar keluar dari kamar. Dandanannya sangat rapi. Mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, semua sudah tertata apik. Semmi yang awalnya fokus menyantap ayam gorengnya pun kembali terlihat bingung.

"Mau kemana?" tanya Semmi.

"Makan di luar dong,"

"Ha?"

"Tanggal 5 Agustus nih, makanya Mbak masak enak,"

Semmi sedikit tercekat. Jelas ia salah tingkah begitu mengingat hal penting dalam hidup Haena tepat hari ini.

Benar-benar penting.

Walau rasanya benar-benar sakit.

"Mbak berangkat dulu ya! Diabisin aja nggak apa-apa, ini rantangnya penuh kok," pamit Haena kemudian keluar dengan menenteng rantang dan karpet lipat, tak memberikan kesempatan untuk Semmi menanyakan perasaannya.

Sebenarnya Haena sedikit tergesa-gesa. Berulangkali ia melirik arlojinya. Haena juga terlihat ingin meminta sopir agar melajukan bus lebih cepat, namun ia sadar ia bukanlah penumpang eksklusif.

Tapi ia tak bisa mengelak, sinar matahari yang terik membuatnya benar-benar ingin cepat sampai tujuan.

Saat ia sampai, wanita cantik itu bergegas turun. Jalannya yang sedikit tertatih karena menenteng rantang dan karpet sekaligus tak membuatnya mengeluh. Ia justru semakin cepat berjalan ke arah tempat yang benar-benar ditujunya.

"Hey, aku datang," sapa Haena manis.

Wanita itu tak menunggu jawaban. Ia langsung menggelar karpetnya dan menata makanan yang tadi dimasaknya sendiri. Senyum memang masih terpahat di wajahnya, namun itu bukan senyum bahagia.

Di hadapan Haena ada makam tunangannya.

"Harusnya hari ini jadi setahunnya aku jadi istrimu loh," ucap Haena terbata-bata. "tapi kamu pergi. Nggak apa-apa, semua udah baik-baik aja kok,"

Ingatan Haena tentang semua kenangan manis mereka mendadak muncul dalam benaknya. Orang itu memang bukan laki-laki sempurna, ia hanya pria biasa yang membuat hari-hari Haena makin berwarna. Ia hanya seseorang yang membuat Haena selalu mensyukuri kehidupannya. Ia pria sederhana yang mampu meluluhkan hati Haena sekaligus menghancurkannya karena kepergiannya.

Ia meninggal karena kecelakaan, tepat satu jam setelah mereka memeriksa gedung pernikahan, tepat lima menit setelah ia mengantar Haena pulang, dan tepat sehari sebelum pernikahan mereka.

Terpuruk bukan lagi hal asing untuk Haena semenjak kejadian itu. Haena tetap merasakan sakit yang sama dalam hatinya walau sudah setahun sejak kejadian itu berlalu. Haena sudah bisa tersenyum, tapi ia hanya tersenyum sambil berusaha menelan kesedihannya sendiri.

"Aku bawa makanan favorit kita," ucap Haena. "sengaja aku bawa sini, biar kamu liat terus kamu sadar, kamu perginya kecepetan..."

Haena menyuapkan makanan ke dalam mulutnya lalu tersenyum getir.

"Masih sakit sih, tapi aku baik-baik aja, kamu nggak usah khawatir..."

Perlahan air mata Haena menetes.

"Iya, aku baik-baik aja..."

Haena mengusap air matanya yang tak bisa dibendung.

"Nggak, aku nggak baik-baik aja,"

Haena menyerah.

"Aku kangen kamu,"

~DONE~

inspired by this beautiful fanart

inspired by this beautiful fanart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Broken InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang