#14 : Sebelum Hari H

52 7 0
                                    

#ExtrovertFact : Mereka adalah tipe orang yang tidak suka berbicara dalam hati, melainkan mengutarakannya secara lisan.

Nanta’s POV

“Dilarang masuk!”

Pintu ruang klub sastra tertutup rapat selepas ucapan barusan keluar dari mulut Arga.

Pemuda itu yang katanya dengan berat hari harus mengusirku demi hasil yang baik untuk besok, kembali menemui Arisa dan Langit yang masih sibuk mengurusi sesuatu.

Seperti biasa, dua manusia es itu tidak memperdulikan keberadaanku.

Beruntung ada jendela kecil yang bisa menampakkan situasi yang terjadi di ruang klub sastra. Meski perlu sebuah kursi untukku mengintip ke dalam sana.

Mataku menangkap dua sosok gadis yang asik bertertawa ria. Yang satunya nampak tak bisa diam. Dan yang satu lagi berusaha menyeimbangi percakapan mereka.

Di sisi lain, dua pemuda yang mengajak para gadis itu datang, terlihat mulai memisahkan diri dari Arisa dan mengerjakan sesuatu dengan kertas mereka masing-masing.

Arisa mengambil posisi tidak jauh dari empat orang itu. Dan mulai membuka bukunya. Dengan sampul yang sama seperti kemarin.

Aku terkekeh kecil. Mengetahui fakta bahwa Arisa masih bertekad untuk menyelesaikan bacaannya itu.

Namun, aku menyadari hal lain. Mata Arisa.

Dua pasang bola matanya itu berkali-kali menatap Aka dan Nadhifa yang tengah berbagi cerita. Seperti mengatakan bahwa ia ingin ikut masuk dalam ruang lingkup itu.

Atau bisa jadi karena dia sedikit terganggu dengan celotehan Aka yang cukup bising.

Aka dan Arisa. Dua gadis dengan kepribadian yang sangat berbeda. Mungkin akan sulit bagi mereka berdua untuk bercakap layaknya berada diperbincangan santai.

Aka, dia bukan sepertiku yang bisa memaklumi sifat dingin seseorang. Gadis itu lebih cenderung merasa risih dengan orang-orang yang mengacuhkannya.

Sedangkan Arisa, dia juga tak seperti Langit yang masih mau mencoba terbuka, walah hanya sekian persen. Apalagi pada orang yang sangat berisik.

Arisa itu tidak tahu caranya berteman.”

Statement itu aku dengar dari seorang senior yang pernah satu SMP dengan Arisa. Gadis itu memang tak punya banyak teman. Dia selalu berkutat dengan buku bacaannya dan terkesan tidak peduli dengan lingkungannya.

Tapi, ada udang di balik batu.

Arisa tidak semata-mata menjadi begitu karena keinginannya sendiri.

Kata seniorku, Arisa punya trauma buruk saat di bangku SD. Sehingga membuat empat Kakak laki-lakinya menjadi sangat protektif. Dan membuat Arisa tidak terbiasa bersosialisasi dengan orang lain.

Entah trauma akan apa itu, tidak ada yang tahu.

“Arisa,” panggilku pelan. yang kemudian dihadiahi tatapan sangar dari Arga. “Sebentar aja, Ga. Nemuin Arisa itu juga salah satu bagian dari latihan buat besok!”

VERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang