#47 : Bintang Kecil

31 6 0
                                    

Extrovert Fact : Lebih banyak, lebih meriah. Pribadi ekstrovert senang mendengar pendapat yang berbeda dan itulah sebabnya mereka sering berbicara dengan orang banyak.

❤❤❤

Nanta's POV

[12 Hari Menjelang Pengumuman]

"Wonderfullll... Indonesiaaaa~" aku bernyanyi kecil sembari mendekati Arga yang kini tengah berwajah tegang.

Ahahahaha! Coba kalian bisa lihat wajah gugup dia!

"Tahan, Ga. Jangan buang air besar di sini!"

Arga menggetok kepalaku setelah ucapan barusan. Langit dan Arisa yang juga ikut nonton, tergelak pelan karena tingkah kami berdua. Namun sayang, strategiku untuk membuat Arga lebih tenang, tak berpengaruh sedikit pun padanya.

Mataku berusaha mencari sosok seorang gadis. Dia yang mungkin bisa lebih menenangkan Arga. Hmmm... di mana, ya, dia? Di bangku penonton nggak ada, di bangku untuk para pemain juga nggak ada, apa dia nggak dateng?

"Cariin siapa, Nan?'

"Aka."

Seketika, Arga yang tadi nampak tak acuh dengan kelakuanku, langsung memutar kepalanya dan memberiku senyum penuh arti. Hiih, mengerikan. Begitu juga dengan Langit, dia ikut memberiku senyum yang menggambarkan dukungannya untukku. Di samping Langit, Arisa juga mengumbar cengir.

Oh, tidak. Jangan Arisa juga.

"Arisa, aku nggak ada apa-apa, kok, sama cewek satu itu!" ungkapku dengan membuat raut semeyakinkan mungkin. Sedangkan Arga segera merangkulku dan menggelengkan kepalanya.

"Ck ck ck. Sepertinya anakku sudah berpindah ke lain hati."

"Ng-nggak kok! Dibanding Arisa, Aka mah ti-"

Rasanya bulu kudukku berdiri saat seseorang menepuk pundakku lembut. Begitu kutoleh, sosok seorang gadis cantik tengah memberiku senyum. Tapi, siapapun pasti tidak akan ingin jika dia beri senyum itu.

"Ti apa, Nan?" tanya Aka masih dengan senyum mengerikan yang dia buat.

Aku melirik Arga dan Langit. Kedua orang itu segera memalingkan wajahnya dan pergi menuju tempat masing-masing. Arga berlari kecil ke lapangan dan Langit mengajak Arisa untuk duduk di bangku penonton.

Aku menengak ludah dengan payah, berusaha memberikan Aka senyum memelas.

"Aka sehat? Nggak sakit, 'kan?"

"Jangan berlagak kau peduli, Nantoso!"

"Maaf, bundo!"

Kami berdua pun segera berlakon layaknya pemeran dalam drama Malin Kundang. Sehingga orang-orang yang ada di sekitar kami, memberikan kekehan mereka. Tidak juga sedikit yang berbisik-bisik ketika mata mereka bertemu milik Aka.

Kenapa para anak gadis suka sekali begitu?

Tanpa ada basa-basi, Aka lalu segera pergi meninggalkanku untuk duduk di bangku penonton sisi yang lain. Yah, biarlah Aka sendiri, yang penting Arisa tidak ke mana-mana.

"Arisa!" suara itu!? Membuat telingaku menjadi sangat peka.

Segera kutarik tas Aka dengan pelan yang tentunya membuat gadis itu mengomel. Tapi Aka kemudian menghela pelan setelah dia melihat seorang Adi tengah berekspresi bingung karena tingkahku.

"Nanta, Nanta," ujar gadis itu dengan wajah datarnya.

"Aka duduk di sini aja, biar kelihatan lebih jelas!" kuarahkan Aka biar gadis itu duduk tepat di sebelah Arisa, satu-satunya kursi kosong yang tersedia di barisan kami.

VERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang