#18 : Berkaca

52 6 0
                                    

#Ambivert Fact : Suka berada di keramaian, namun lebih banyak diam dan cenderung memperhatikan keadaan.

💚💚💚

Blamm!!

Suara dentuman bola yang dihujam Nanta ke dalam ring basket itu.

Dan jangan di tanya betapa riuhnya suara yang berasal dari tribun penonton di Gedung Olahraga tempat kami berada sekarang.

"Woew, kak Nanta, kak Nantaaaaaaaa!!!"

"Astaga, meninggal guee," itulah dua diantara banyaknya suara yang menerjang ruang dengarku.

Aku hanya tersenyum tipis memandang wanita yang berteriak tadi, bermandikan peluh di dahinya.

Ah, melihat tingkah semangatnya aku jadi mengingat Aka. Wanita itu hampir merajuk jika saja aku tidak menggenapkan uang untuk membeli minuman khusus buat Nanta.

Aka ada jadwal melatih junior futsal cewek, sedang aku memang mengosongkan jadwal khusus buat mantengin Nanta hari ini.

Suasana menjadi riuh kembali, bukan karena Nanta nge-shoot lagi, tapi karena tim lawan baru saja mencetak three point dan membuat selisih yang sangat tipis diantara kedua tim.

Tapi hal aneh yang terjadi adalah, para penonton yang menggunakan seragam sekolah tim lawan, malah meneriakan nama Nanta agar timnya tetap semangat. Dan jangan sampai kalah.

Entah ini hanya semacam perasaanku saja, atau memang benar adanya. Kebanyakan penonton wanita yang datang hari ini bukan memantau jalannya pertandingan, tetapi sedang memperhatikan banyak cogan yang bertebaran di tengah lapangan.

Emm, itu hanya sebatas asumsiku belaka. Akakkka.

Kupandang sebelah kananku, dan Langit tengah berdiri dengan tatapan tenang miliknya.

Ah pemuda ini, dimana-mana selalu diam saja. Tapi kalau aku sedikit berkaca pada diriku sendiri, terkadang aku mirip Langit. Tak suka terlalu heboh jika di keramaian.

Tapi, sesekali aku heboh seperti Nanta. Hanya jika berada di hadapan kedua anak sastra itu.

Jangan bingung, karena Arga juga sudah lelah bingung sendiri.

Setelah lama pertandingan mendebarkan berlangsung, akhirnya sekolah kami berhasil meraih poin yang membuat tim Nanta memenangkan kuarter pertama.

Dan lagi, riuh penonton kembali menghujam gedung tempat di mana kami berada.

Tadi sebelum pertandingan, Nanta sempat datang menemui kami.


Dan pertanyaan pertama yang di lontarkan Nanta, adalah hal yang paling menyebalkan.

"Arisa mana?"

Melihat ekspresi masam dari wajah kami berdua, Nanta mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh.

Pernah punya teman seperti Nanta? Yang sangat baik, menanyakan kabar teman perempuannya ketimbang mengetahui perihal sahabatnya yang sejak lama mantengin dia disini?

VERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang